Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Berobat ke Singapura, Ruben Onsu Ungkap Alami Penyempitan Sumsum Tulang Belakang

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Revi C Rantung
Ruben Onsu saat ditemui di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Senin (23/11/2020).
|
Editor: Rintan Puspita Sari

JAKARTA, KOMPAS.com- Presenter Ruben Onsu ungkap hasil pengobatannya ke Singapura beberapa hari lalu.

Setelah menjalani pemeriksaan, termasuk endoskopi, dokter spesialis darah yang ditemui Ruben di Singapura menemukan kondisi yang dialami Ruben sampai harus sering menerima transfusi darah.

Menurut pengakuannya, Ruben mengalami kondisi penyempitan sumsum tulang belakang.

"Keberangkatan saya ke Singapura ke spesialis darah, kenapa darahnya selalu berkurang, kenapa selalu transfusi terus, itu yang ditelaah," kata Ruben dikutip dari Brownis Trans tv.

Baca juga: Ruben Onsu Jalani Pengobatan di Singapura

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Akhirnya kemarin ada salah satu yang dikasih (tahu) dokter, adanya penyempitan sumsum tulang belakang," imbuh Ruben.

Ruben kemudian menjelaskan seperti apa kondisi tersebut hingga membuatnya harus sering-sering menerima transfusi darah.

"Di mana darahnya jadi kayak kegencet, kesumbat gitu. Jadi dia tidak berproduksi," jelasnya.

Sementara kondisinya yang lain di bagian otak, membutuhkan darah cukup banyak.

"Sementara gue juga fokus ke bagian otak, sehingga darahnya lebih menang ke otak," ungkap Ruben. 

Diketahui sebelumnya, Ruben Onsu beberapa kali dirawat di rumah sakit untuk menerima transfusi darah.

"Biasa, per tiga minggu kemarin ini harus cek darah lagi, darahnya terus berkurang," kata Ruben mengenai kondisinya yang saat itu harus kembali ke rumah sakit.

Baca juga: Pengakuan Ruben Onsu soal Penyakit yang Sempat Ditutup-tutupinya

Dalam sekali transfusi darah, Ruben bisa menghabiskan hingga tujuh kantong darah.

Dikutip dari Mayo Clinic, penyempitan sumsum tulang belakang adalah penyempitan ruang di dalam tulang belakang yang dapat memberi tekanan pada saraf yang berjalan melalui tulang belakang.

Kondisi ini paling sering terjadi di punggung bawah dan leher dengan gejala berbeda pada setiap orang. Tapi mungkin terjadi kesemutan, masalah dengan jalan dan keseimbangan, sakit leher atau tulang punggung, mati rasa dan kelemahan otot.

Sementara itu, Ruben juga didiagnosa mengalami Empty Sella Syndrome di bagian otaknya.

Sindrom sella kosong (ESS), seperti dikutip dari John Hopkins Medicine, dapat terjadi saat orang memiliki sella tursika yang membesar.

Ini adalah struktur tulang di mana kelenjar pituitari berada di dasar otak. Selama tes MRI pada area tersebut, kelenjar pituitari pertama-tama mungkin terlihat seperti hilang.

Ada dua jenis ESS, pertama adalah saat kelenjar pituitari terlihat rata, biasa dialami pada wanita obesitas atau tekanan darah tinggi.

Sementara ESS tipe kedua adalah disaat kelenjar pituitari mengecil yang bisa disebabkan oleh operasi, perubahan genetik, cedera hingga terapi radiasi. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi