Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Guru Besar Cyber Law & Regulasi Digital UNPAD
Bergabung sejak: 25 Sep 2022

Guru Besar Cyber Law, Digital Policy-Regulation & Kekayaan Intelektual Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Tulus dan Budi Doremi Musisi Milenial Hebat Pendukung Ekonomi Digital

Baca di App
Lihat Foto
Sumber: TulusCompany
Penyanyi Tulus
Editor: Sandro Gatra

ADA dua lagu generasi kini yang sangat populer saat ini. Lagu Melukis Senja dan Mesin Waktu yang ditulis dan dinyanyikan sendiri komposernya Budi Doremi.

Lagu Melukis Senja terus melejit dan ditonton tidak kurang 145 juta viewers di kanal YouTube, sementara Mesin Waktu sudah memiliki viewers lebih dari 66,9 juta (per 25 Oktober 2022).

Inilah lagu generasi milenial yang diterima begitu kuat di kalangan generasi baru yang sarat dengan kultur digital itu.

Syahbudin Syukur, yang dikenal dengan nama platform Budi Doremi, lahir 19 September 1984. Sukses menembus belantara musik digital.

Frasa “Doremi” yang ia gunakan sebagai nama panggung, diambil dari singelnya yang dirilis pada 2012.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tulus

Tulus adalah musisi dan penyanyi hebat lainnya yang begitu diidolakan penggemarnya. Salah satu lagunya adalah “Hati-hati di Jalan” yang ditulis sendiri oleh komposer jenius dan pelantun bernama lengkap Muhammad Tulus Rusdy itu.

Ia lahir 20 Agustus 1987 dan lebih dikenal dengan sebutan Tulus.

Tulus pantas dibilang jenius, karena lirik dari banyak lagunya seolah menjadi "magik" bagi penggemarnya.

“Hati-hati di Jalan” juga secara akumulasi sudah ditonton lebih dari 150 juta viewers. Padahal di kanal YouTube lainnya juga banyak tersebar.

Lirik lagu ini ditulis oleh Tulus, melodi dan chord ditulis oleh Tulus dan Ari Renaldi ada dalam album berjudul Manusia.

"Hati-hati di Jalan" hanyalah salah satu lagu dari banyak lagu bagus yang ditulisnya. Lagu ini dirilis pada 10 April 2022, dan dibawakan begitu menawan oleh Tulus yang juga seorang arsitek lulusan Universitas Katolik Parahyangan Bandung.

Tulus adalah salah satu musisi milenial paling top saat ini. Lirik dan melodi lagu-lagunya sangat khas.

Karakter milenial sangat tampak pada liriknya yang simpel, tapi sangat disukai generasi digital saat ini. Kehebatannya bisa kita cermati pada kekuatan olah kata yang harmoni dengan melodinya. Irit frasa dan kalimat, tetapi padat arti dan makna.

Dengan bait pendek pendengarnya diajak menafsirkan kedalaman makna. Pendengar lagunya justru akan merasa semakin bisa menikmati lagunya saat sukses menerjemahkan bait-bait pendek itu.

Tulus semula hidup dan sekolah di Payakumbuh, kemudian pindah ke Kota Bandung yang banyak melahirkan musisi hebat. Tulus lalu melanjutkan sekolah SMA Bandung.

Bakat menulis lagu mulai dijalani saat kuliah di Bandung. Meskipun tidak memiliki latar belakang sekolah musik, Tulus menulis melodi dengan dasar intuisi dan hati dan diramu dengan logika cerdas.

Lirik lagunya lekat dengan formula pantun, menggunakan kata-kata biasa dan sederhana, tetapi begitu kuat mengena.

Majalah Rolling Stone Indonesia menobatkan Tulus sebagai Editor's Choice: Rookie of The Year tahun 2013. Selain itu, album perdananya pernah menduduki peringkat pertama chart Rolling Stone pada Januari dan Februari 2012.

Tidak kurang 50 penghargaan, baik di bidang musik dan sinematografi, telah ia terima. Sampai saat ini, lagu-lagunya telah didengarkan sebanyak lebih 97 juta kali lewat layanan digital streaming Spotify.

Tulus adalah musisi Indonesia pertama yang berhasil meraih 1 juta pelanggan di layanan digital streaming, Spotify. Subscriber-nya dan viewers-nya di YouTube sangat spektakukler.

Tulus juga telah berekspansi ke Jepang, dimulai dengan merilis lagu berbahasa Jepang berjudul “Kutsu”.

Di Malaysia, Tulus meluncurkan secara resmi Album Monokrom pada Juni 2015, dengan menggandeng Shiraz Project sebagai representatif dari TulusCompany.

Sempat menggelar konser September 2018, di Istana Budaya, Kuala Lumpur, tiket konsernya terjual laris manis dalam pertunjukan tersebut.

Tulus dalam kiprah internasionalnya juga pernah tampil sebagai pembuka di festival musik jazz berskala internasional di Hamamatsu Jepang.

Ekonomi digital dan diplomasi budaya

Tulus dan Budi Doremi adalah contoh musisi yang dengan cerdas dan insting tinggi, meramu lirik dan melodi lagu dengan begitu apik.

Tema lirik cenderung melankolis dengan melodi yang pas dan jauh dari kesan dipaksakan. Lagu-lagunya tidak hanya enak didengar, tetapi juga membuat banyak pendengar merasa menjadi bagian dari perjalanan lagu itu.

Belajar dari Tulus dan Budi, memilih tema dalam menulis lagu menjadi unsur penting. Membungkus sebuah narasi, yang kemudian dibuat seuniversal mungkin, sehingga mewakili perasaan siapa saja yang mendengarnya, menjadi faktor sukses sebuah lagu.

Saat ini ungkapan rasa, keinginan, dan logika sendiri saja, tidaklah cukup. Jika ingin sukses dan diterima publik, maka mengukur selera dan kecenderungan konsumen sebagai suatu realitas amatlah penting.

Mereka bukan sekadar pendukung ekonomi digital, mereka juga adalah duta-duta diplomasi budaya negeri ini yang bisa “menyihir” para penggemarnya di berbagai belahan dunia lainnya.

Indonesia adalah gudangnya musisi dan penyanyi hebat. Saatnya kita memberikan dukungan lebih besar kepada mereka agar go internasional, di saat diseminasi bisa dilakukan dengan begitu mudah lewat platform digital.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi