Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

3 Saksi Selamat Ungkap Cerita Halloween Itaewon Berujung Tragedi yang Tewaskan 154 Orang

Baca di App
Lihat Foto
REUTERS via BBC INDONESIA
Kerumunan orang-orang yang berdesakan di gang atau lorong sempit di Distrik Itaewon, Seoul.
|
Editor: Rintan Puspita Sari

KOMPAS.com- Jumlah korban meninggal dunia dalam tragedi Itaewon meningkat menjadi 154 orang.

Diantaranya ada 11 remaja, 103 orang di usia 20 tahunan, delapan lainnya berusia 40 tahun dan satu diantaranya berusia 50 tahun, sedangkan satu orang tak diketahui usianya.

Korban berasal dari beberapa negara, tak hanya Korea Selatan, tapi juga China, Rusia, Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Australia, Vietnam, Thailand, Iran, Kazakstan, Sri Lanka, Austria, Norwegia dan Uzbekistan.

Presiden Korea Selatan juga menetapkan masa berkabung nasional hingga 5 November 2022.

Baca juga: Siapa Lee Ji Han? Aktor yang Meninggal dalam Tragedi Itaewon

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas seperti apa kejadian tanggal 29 Oktober 2022 itu menurut saksi mata yang selamat? Berikut kisahnya.

Seon Yeo jeong, YouTuber

Melalui Instagram-nya Seon Yeo Jeong mengatakan bagaimana dia ingat mendengar orang-orang berteriak, “Hei, dorong! Kami lebih kuat! Aku akan menang!".

Dan dia menggambarkan pada satu titik orang-orang seperti diayunkan maju mundur seolah-olah dalam tarik tambang sebelum diperas dari depan dan belakang.

"Jika teman saya tidak memeluk saya dan membantu saya. Saya pikir saya akan pingsan dan jatuh ke tanah," ujarnya.

Kim Seo Jeong, remaja 17 tahun

Datang dengan mengenakan pakaian tradisional China yang dikenal sebagai qipao, bersama dengan seorang temannya yang berpakaian sebagai pelayan.

Baca juga: Insiden Halloween di Itaewon, Hampir 150 Orang Meninggal Dunia

Tapi Sabtu malam dengan cepat berubah mematikan. Kim termasuk di antara ribuan orang yang mendapati diri mereka berdesakan di gang sempit berbukit.

"Orang-orang di belakang saya jatuh seperti kartu domino," kata Kim.

"Ada orang-orang di bawah saya dan orang-orang jatuh di atas saya. Saya hampir tidak bisa bernapas. Kami berteriak dan berteriak minta tolong, tetapi musiknya sangat keras di gang, teriakan kami tenggelam," ujarnya.

Kim dan temannya berhasil merangkak menuju tempat yang aman dan akhirnya ditarik ke sebuah kedai oleh para penonton. Mereka kemudian meninggalkan gang dengan beringsut di sepanjang dinding.

Janelle, guru bahasa Inggris

Guru bahasa Inggris yang sedang keluar dengan dua temannya di lingkungan itu, mengatakan orang-orang yang berdesak-desakan sebentar menghampirinya sekitar pukul 22.30 dekat sudut dari gang di mana sebagian besar korban tertindih.

Baca juga: Cerita Jang Hansol dan Istri Nyaris Datangi Halloween Itaewon

"Saya melihat lautan tubuh ini datang dengan sangat cepat ke arah kami, tanpa peringatan apa pun. Sepertinya itu terjadi begitu tiba-tiba," katanya.

Dia khawatir, tetapi pada awalnya mengira itu hanya kerumunan mabuk yang tidak teratur. Dia meninggalkan daerah itu sekitar pukul 11 malam.

Mengetahui sepenuhnya tragedi itu hanya setelah dia naik kereta bawah tanah kembali ke daerah tempat dia tinggal.

Foto-foto dari tempat kejadian menunjukkan sejumlah mayat tersebar di trotoar ditutupi oleh seprai dan pekerja darurat mengenakan rompi oranye memuat lebih banyak mayat dengan tandu ke dalam ambulans.

"Orang-orang berlapis-lapis di atas yang lain seperti kuburan. Beberapa secara bertahap kehilangan kesadaran mereka sementara beberapa tampak meninggal pada saat itu," kata seorang saksi mata kepada Kantor Berita Yonhap.

Dalam sebuah wawancara dengan penyiar lokal YTN, Lee Beom Suk, seorang dokter yang memberikan pertolongan pertama kepada para korban menggambarkan adegan tragedi dan kekacauan.

"Begitu banyak wajah korban pucat. Saya tidak bisa menangkap denyut nadi atau napas mereka dan banyak dari mereka memiliki hidung berdarah. Ketika saya mencoba CPR, saya juga memompa darah keluar dari mulut mereka," ujarnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi