Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Kenapa Korea Utara Melarang Rakyatnya Menonton Drakor dan Musik K-Pop?

Baca di App
Lihat Foto
Repro bidik layar via Netflix
Crash Landing on You
|
Editor: Rintan Puspita Sari

KOMPAS.com- Pemerintah Korea Utara dikabarkan mengeksekusi tiga siswa SMA yang menonton drama Korea.

Sebenarnya apa alasan pemerintah Korea Utara memberikan larangan warganya menonton tayangan atau mendengar musik dari Korea Selatan atau produksi luar negeri?

Dikutip dari The New York Times, Kim Jong Un, Pemimpin Tertinggi Korea Utara, mengatakan bahwa jika gelombang K-pop, film asing, aspek budaya lain tidak dikuasai, akan menghasilkan kekacauan di Korea Utara.

Kim sangat tidak menyukai pengaruh K-drama, video K-pop dan film Korea Selatan, bahkan sampai memerintahkan "pemerintahnya untuk membasmi invasi budaya".

Baca juga: Korea Utara Eksekusi Tiga Siswa karena Nonton Drama Korea

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bagi Kim Jong Un, invasi budaya dari Korea Selatan telah melampaui tingkat yang dapat ditoleransi,” kata Jiro Ishimaru, pemimpin redaksi Asia Press International Jepang.

"Jika ini dibiarkan, dia khawatir rakyatnya akan mulai mempertimbangkan Korea Selatan sebagai Korea alternatif untuk menggantikan Korea Utara," imbuhnya.

Akibatnya, pemerintah Korea Utara mengeluarkan “undang-undang pemikiran anti-reaksioner” pada Desember 2020.

Undang-undang ini melarang kepemilikan atau distribusi media asing, dan siapa pun yang ditemukan atau menyebarkan media tersebut akan dimasukkan ke dalam kamp penjara atau dieksekusi.

"Penetrasi ideologis dan budaya di bawah papan nama kaum borjuis yang berwarna-warni bahkan lebih berbahaya daripada musuh yang mengambil senjata," demikian peringatan surat kabar resmi Rodong Sinmun dalam sebuah artikel.

Baca juga: Kepergok Tonton Drakor, 4 Orang Korea Utara Dihukum Kerja Paksa 10 Tahun

Seperti yang dikatakan Pemimpin Redaksi The Daily NK Lee Sang Yong kepada BBC.

"Dengan kata lain, rezim menyimpulkan bahwa rasa perlawanan dapat terbentuk jika budaya dari negara lain diperkenalkan," ujarnya.

Karena itu, siapa pun yang ditemukan menonton media asing jenis apa pun akan dimasukkan ke dalam penjara selama 15 tahun.

Hukuman ini tidak hanya berlaku untuk orangtua saja, bahkan anak-anak tak luput dari eksekusi.

Sebelum kabar tiga siswa SMA dieksekusi menjadi sorotan di tahun ini, pada tahun 2021 pemerintah Korea Utara juga pernah memenjarakan dua anak SMA laki-laki dan empat perempuan selama lima tahun. 

Baca juga: Penyelundup Squid Game ke Korea Utara Dihukum Mati

Itu dilakukan karena mereka menonton drama Korea dan saling berbagi dengan teman sekelas mereka.

Untuk diketahui, sistem pengawasan bersama Korea Utara tercermin dalam undang-undang. Jadi jangan harap bisa bebas menonton diam-diam.

Karena warga negara diminta untuk memberi tahu orang lain yang menonton K-drama dan memberikan hukuman yang signifikan bagi mereka yang dinyatakan bersalah atau mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran.

Misalnya, jika pekerja tertangkap, maka kepala pabrik dapat dihukum. Kemudian orang tua dapat dihukum atas tindakan seorang anak.

Sementara itu, dikutip dari CNN, pada tahun 2021, anggota parlemen Korea Selatan Ha Tae Keung mengatakan setelah menghadiri pengarahan oleh agen mata-mata negara bahwa rezim Korea Utara menerapkan aturan ketat tentang bagaimana anak muda berpakaian dan berbicara.

Ha mengatakan, pakaian, gaya rambut, dan bahasa adalah cerminan dari keadaan pikiran dan jiwa.

“Bahkan jika anak muda bernyanyi dan menari, mereka harus bernyanyi dan menari mengikuti melodi dan ritme yang sesuai dengan kebutuhan zaman dan sentimen nasional rakyat kita, dan mengembangkan gaya budaya kita," ucapnya.

Untuk diketahui, hubungan Korea Utara dengan Korea Selatan tetap tegang sejak Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1953.

Tidak ada perjanjian damai yang pernah ditandatangani, yang berarti perang tidak pernah berakhir secara resmi.

Perekonomian Korea Utara merosot pada 1990-an setelah runtuhnya Uni Soviet, yang mengakhiri aliran bantuan ke negara itu, meninggalkan China sebagai mitra dagang terbesar negara itu.

Sebaliknya, Korea Selatan adalah ekonomi terbesar keempat di Asia, dengan PDB per kapita setara dengan negara-negara Eropa seperti Prancis dan Italia.

Kekuatan lunaknya telah berkembang pesat ketika ekspor budaya seperti musik, makanan, dan produk kecantikan mendapatkan popularitas di seluruh dunia.

Itulah mengapa Korea Utara sangat berhati-hati dalam membiarkan pengaruh asing seperti bahasa gaul Korea Selatan, karena itu berarti “mengakui bahwa model masyarakat alternatif berhasil, dan model Korea Utara tidak,” kata Andrei Lankov, direktur Korea Risk Group dan profesor di Kookmin University di Seoul.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi