Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Akui Ada yang Menghubungi Usai Cerita Kehidupan di Dalam Penjara, Tyo Pakusadewo: Untuk Apa?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/BAHARUDIN AL FARISI
Aktor Tyo Pakusadewo saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat pada Selasa (7/2/2023).
|
Editor: Rintan Puspita Sari

JAKARTA, KOMPAS.com- Aktor Tyo Pakusadewo mengaku dihubungi seseorang usai membuat konten bersama Uya Kuya yang membagikan cerita tentang sisi lain kehidupan dalam lapas.

Tyo justru dibuat bertanya-tanya dengan adanya orang yang disebut menghubunginya untuk mengajak bicara itu.

"(Oknum bertanya) secara langsung tidak ada. Tapi ada beberapa orang-orang yang mencoba untuk ngajak ngobrol mengenai hal ini, tapi saya pikir untuk apa?" kata Tyo dikutip dari YouTube Pagi Pagi Ambyar Trans tv.

Menurutnya hal yang dia ceritakan dalam konten tersebut tidak untuk menyerang instansi apapun.

Baca juga: Buat Konten Bersama Tyo Pakusadewo soal Bisnis Haram di Lapas, Uya Kuya Mengaku Dihubungi 19 Orang Penting: Ada yang Nyuruh Take Down

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melainkan hanya membagikan pengalaman yang pernah dialami sendiri ketika menjadi warga binaan.

"Saya kan sebetulnya sama Uya hanya sharing, bercerita pengalaman saya di dalam," ucap Tyo.

"Bukan bertujuan untuk menghantam sebuah institusi atau menunjuk beberapa orang yang harus bertanggung jawab terhadap itu, enggak. Kalaupun ada, itu oknum kan," lanjutnya.

Hal tak jauh berbeda juga dialami Uya Kuya yang mengaku dihubungi sampai 19 orang penting dengan berbagai tujuan berbeda atas konten itu.

Baca juga: Cerita Kehidupan di Dalam Penjara, Tyo Pakusadewo: Kalau Udah Kena Penyakit Kulit, Mandi Pakai Sabun Colek

"Buat ajak ngobrol, tapi ada juga yang nyuruh take down, ada juga yang ngobrol tapi dia bilang enggak usah di take down karena ini buat kebaikan," tutur Uya.

"Ada juga yang saya disuruh minta maaf. Saya bilang, minta maaf sama siapa, saya enggak mau," lanjutnya.

Uya mengungkap, awal dirinya memutuskan membuat konten itu adalah untuk membasmi penipu online yang ternyata berada di dalam penjara.

"Saya awalnya love scammer, membasmi penipu-penipu online yang ada di dalam penjara, dan saya yakini masih beredar sampai hari ini, karena masih terjadi penipuannya sampai tadi malam banyak yang ngadu," jelas Uya.

"Saya optimis kalau dari kementerian mau melakukan sesuatu, saya yakin pasti ini akan ditindak. Saya masih selalu mikir positif kok, kita lihat aja," sambungnya.

Uya sendiri juga sadar akan risiko yang dihadapi sebagai pemilik channel YouTube ketika mengunggah konten tersebut.

"Kalau kita enggak posting, nanti enggak bisa jadi bahan masukan buat instansi terkait untuk bersih-bersih," kata Uya.

Untuk diketahui, dalam konten berjudul "Bisnis Haram Dalam Lapas, Ada Dalam Negara?" itu Tyo menceritakan banyak hal yang dialaminya sendiri sebagai orang yang pernah mendekam di dalam sel dan menjadi warga binaan.

Mulai dari adanya sel tikus di mana orang di dalamnya hanya tahu waktu dari suara adzan.

Melihat ukuran sel itu, Tyo yang pernah tinggal di dalamnya mengatakan, sel tikus itu seharusnya hanya dihuni satu orang tapi kenyataannya ditempati oleh sekitar 7 orang.

Belum lagi kondisi air yang kotor dan membuat siapapun bisa terkena penyakit kulit yang disebut sebagai rabi.

Hingga soal adanya perdagangan narkoba, handphone di dalam sel.

Tyo Pakusadewo pernah dipenjara karena kasus penyalahgunaan narkoba. Pertama kali Tyo ditangkap tahun 2017 karena kasus narkoba dan menjalani rehabilitasi selama sembilan bulan.

Saat itu polisi menyita barang bukti berupa 1,06 gram dalam tiga bungkus plastik klip, korek api gas, satu unit telepon seluler, bong, dan cangklong.

Kemudian di tahun 2020, Tyo kembali ditangkap dengan barang bukti nakotika jenis ganja seberat 11,32 gram lebih.

Pada kasus kedua, Tyo divonis 1 tahun penjara dipotong masa tahanan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi