Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Mengenal Maestro Ranto Gudel Ayah Didi Kempot yang Namanya Berkali-kali Disebut dalam Lagu Cintamu Sepahit Topi Miring

Baca di App
Lihat Foto
Mendiang pelawak Ranto Gudel saat tampil di salah satu stasiun televisi swasta medio era 90an.
Penulis: Andika Aditia
|
Editor: Andika Aditia


KOMPAS.com – “Ke mana Ranto Gudel pergi,
Panggung selalu harum dengan arak wangi.
Di Sriwedari jadi petruk,
Garengnya diajak mabuk,
Bagongnya menggeloyor,
Semarnya berjualan ciu cangkol,
dengan terang lampu semprong.”

Barusan adalah petikan sajak yang ada dalam puisi Cintamu Sepahit Topi Miring karya budayawan Sindhunata atau dikenal Romo Sindhu yang juga pernah menjadi jurnalis Harian Kompas.

Kemudian, puisi Cintamu Sepahit Topi Miring yang ada dalam buku Air Kata-Kata karya Sindhunata dikonversi lagi menjadi sebuah lagu oleh grup hip hop kolektif Jogja Hip Hop Foundation dengan judul yang sama.

Lagu gubahan Jogja Hip Hop Foundation berjudul “Cintamu Sepahit Topi Miring” ini kemudian viral setelah dirilis pada tahun 2013.

Di TikTok, lagu “Cintamu Sepahit Topi Miring” menjadi hits untuk lagu latar ribuan konten, sementara di Spotify, lagu ini sudah diputar lebih dari 50 juta kali.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagu ini di menjadi viral karena dentuman musik elektronik yang asyik dengan liriknya yang satire.

Salah satu yang menarik dalam lagu ini adalah nama maestro Ranto Gudel yang disebutkan berkali-kali.

Meskipun, pada faktanya tak hanya Ranto Gudel saja yang namanya terseret dalam liriknya, ada nama tokoh pewayangan Sengkuni sampai punakawan yang terdiri dari Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng.

“Sengkuni leda-lede
Mimpin baris ngarep dhewe
Eh barisane menggok
Sengkuni kok malah ndheprok
Nong eh nong ji nong ro,”

Begitu bunyi sajak yang menyeret nama Sengkuni dalam lagu “Cintamu Sepahit Topi Miring”.

Namun, nyatanya juga, Ranto Gudel tetaplah paling banyak disebut dalam lagu.

Siapa Ranto Gudel?

Ranto Gudel bernama lengkap Ranto Edi Gudel, ia lahir di Solo, Jawa Tengah pada tahun 1937.

Ranto Gudel lalu tumbuh menjadi seniman bahkan maestro yang mengharumkan kesenian lawak Ketoprak.

Ranto Gudel konsisten berkesenian dengan melawak lewat pentas ketoprak selama 40 tahun.

Meski hanya lulusan kelas 2 SMP, Ranto Gudel bukannya tak berpendidikan, ia memperhatikan betul lakon kebudayaan dalam hidupnya.

Banyak filosofi kehidupan dituangkan dalam lawakannya.

Dikutip dari buku Ensiklopedia Tokoh Kebudayaan IV yang dirangkum oleh Muchtaruddin Ibrahim, Julinar Said, Espita Riama, dan Andi Maryam, disebutkan Ranto Gudel hanya sekolah sampai SMP saja.

Ranto Gudel enggan melanjutkan sekolah karena dalam pandangannya, sekolah yang sebenarnya adalah hidup yang dijalani.

Pandangan ini pula yang memperkaya cakrawala seni lawaknya. Ranto Gudel menjalani sebagian besar kariernya sebagai pelawak dalam drama ketoprak.

Pada usianya yang ke-60, Ranto Gudel membuat gebrakan. Meski tak menguasai instrumen musik, Ranto Gudel secara mengejutkan menciptakan lagu pop Jawa berjudul “Anoman Obong” pada tahun 1995.

Lagu itu berkisah soal cerita pewayangan Ramayana dengan tokoh utama Anoman, dan setelah dirilis segera saja meledak di pasaran.

Dedikasinya dalam dunia seni dan kebudayaan tak perlu diragukan lagi, ia juga sudah mempopulerkan lawak tunggal yang kini disebut stand up comedy sejak di tahun 60-an sampai 70-an.

Sepanjang hidupnya, kisah asmara Ranto Gudel juga tak kalah surut, ia menikah sebanyak empat kali alias beristri empat.

Hampir semua anak Ranto Gudel menurunkan bakatnya di bidang seni.

Beberapa anaknya yang meneruskan jalannya adalah Maestro Campursari Didi Kempot yang konsisten mempopulerkan musik campursari dengan setuhan pop Jawa.

Lalu ada Mamiek Prakoso, yang dikenal sebagai pelawak Srimulat dengan ciri khas rambut semir pirang di sisi kanan dan kiri kepalanya.

Ada pula nama Joko Lelur Sentot Suwarso atau Sentot Selino. Ia adalah musisi campursari yang turut membantu karier adiknya Didi Kempot. Sentot Selino telah meninggal dunia di tahun 2016 karena gagal ginjal.

Kemudian, ada Eko Gudel yang juga memilih dunia lawak seperti Ranto Gudel. Eko Gudel sering tampil melawak di sela-sela sesi humor wayang kulit atau biasa disebut dengan goro-goro dalam pertunjukan tersebut.

Eko Gudel juga beberapa kali turut mengisi sela-sela penampilan Didi Kempot di beberapa kota.

Dari semua anak Ranto Gudel, hanya Lilik Subagyo dan Veronika Tatik Hartanti yang tak ikut menggeluti dunia seni.

Setelah 40 tahun lebih mendedikasikan hidup dalam lawak, Ranto Gudel akhirnya berpulang pada 8 Desember 2002.

Ranto Gudel meninggal dunia di usia 66 tahun di Rumah Sakit Oen, Solo.

Dua anak Ranto Gudel, yakni Didi Kempot dan Mamiek Prakoso juga telah berpulang menyusul ayahnya.

Didi Kempot meninggal dunia pada 5 Mei 2020, sementara Mamiek Prakoso meninggal dunia pada 3 Agustus 2014.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi