Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Fakta Baru soal Koes Plus Dipenjara Orde Lama, Yok Koeswoyo: Itu Pura-pura

Baca di App
Lihat Foto
Sanggar Anak Alam
Koes Plus
Penulis: Andika Aditia
|
Editor: Andika Aditia

KOMPAS.com – Personel Koes Plus tersisa yang masih hidup, Yok Koeswoyo membuka sebuah fakta langka yang baru terungkap berkait perjalanan band asal Tuban, Jawa Timur tersebut.

Diketahui, Koes Plus sempat masuk bui alias dipenjara oleh pemerintahan orde lama pada tahun pada 29 Juni 1965.

Tiga personel Koes Plus, yaitu Tonny Koeswoyo, Yon Koeswoyo, dan Yok Koeswoyo diperiksa lalu ditahan. Beberapa hari kemudian Nomo Koeswoyo yang baru 3 hari keluar dari penjara akibat terlibat kecelakaan jalan raya kemudian mendatangi Kejaksaan Tinggi dan menyerahkan diri. Dia juga ikut ditahan bersama ketiga saudaranya.

Koes Plus dipenjara selama tiga bulan, dan baru dibebaskan pada 27 September 1965, 3 hari sebelum peristiwa Gerakan 30 September.

Baca juga: Konspirasi Koes Plus Dipenjara demi Misi Operasi Kontra Intelijen, Yok Koeswoyo: Sekarang Saya Buka-bukaan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun, Yok Koeswoyo menyatakan fakta baru, dahulu personel Koes Plus dipenjara hanyalah pura-pura.

Padahal, kata Yok Koeswoyo, mereka sebenarnya tidak dipenjara.

“Dulu kita tuh pura-pura dimasukkan ke penjara tiga bulan segala macam, tidak (dipenjara),” ucap Yok Koeswoyo seperti dikutip dari tayangan program Point of View yang dipandu Azizah Hanum, Selasa (10/10/2023).

Malah, kata Yok Koeswoyo, Koes Plus justru terlibat dalam gerakan yang dibentuk oleh Presiden Pertama RI Soekarno pada saat itu.

Yok Koeswoyo melihat, Koes Plus yang sudah punya penggemar dari luar Indonesia bisa menjadi medium untuk menyuarakan semangat nasionalisme dan sebagainya.

“Jadi dulu kita itu ikut KOTI Komando Operasi Tertinggi, Bung Karno itu tidak setuju dengan segala bentuk New Imperialisme, New Kolonialisme, lah karena kita sudah punya penggemar di Malaysia, Singapura, Filipina Selatan, kita sudah mau digunakan oleh bung Karno karena kita ada di dalam KOTI, jadi KOTI kita dipakai,” tutur Yok Koeswoyo.

Baca juga: Sempat Hengkang lalu Balik Lagi ke Koes Plus, Yok Koeswoyo: Tak Terima Saudara Saya Dilempari Sepatu Saat Manggung

Tak hanya pada era orde lama, Yok Koeswoyo mengatakan, pada era orde baru yang dipimpin Presiden Kedua RI Soeharto, Koes Plus juga masih terlibat dalam gerakan yang dibuat pemerintah.

Tak jauh berbeda seperti saat orde lama, Yok Koeswoyo menyebut, Koes Plus masih menjadi medium untuk menyuarakan semangat nasionalisme kebangsaan.

“Zamannya Pak Harto kita masih, tapi kita ini tutup mulut kalau kita ini ada bagian dari pemerintah, akhirnya kita ini dikirim ke Timor Leste agar menjadi bagian dari Indonesia, makanya waktu Timor Leste lepas dari Indonesia saya sakit hati,” ucap Yok Koeswoyo.

Ada pun, Pada kurun 1960-1965, Soekarno gencar mengampanyekan untuk merebut Irian (kini Papua) dari Belanda dan menentang pembentukan negara Federasi Malaysia oleh Inggris yang didukung Amerika Serikat.

Politik konfrontasi yang dilancarkan Presiden Soekarno terhadap Blok Barat yang dianggap ingin menghidupkan Neokolonialisme dan Neoimperialisme turut menyeret seniman dan musisi ke dalamnya.

Baca juga: Kabar Terbaru Yok Koeswoyo, Personel Koes Bersaudara dan Koes Plus yang Tersisa

Menurut pandangan Soekarno, popularitas irama rock n roll seperti yang dimainkan grup musik The Beatles asal Liverpool, Inggris, saat itu adalah wujud dari imperialisme budaya. Bahkan Soekarno mencibir musik ala The Beatles sebagai irama "ngak ngik ngok".

Ketidaksukaan Soekarno terhadap musik-musik ala Barat itu diungkapkan dalam pidato peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1959.

"Dan engkau, hei pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi; engkau yang tentunya anti-imperialisme ekonomi, engkau yang menentang imperialisme politik; kenapa di kalangan engkau banyak yang tidak menentang imperialisme kebudayaan? Kenapa di kalangan engkau banyak yang masih rock n roll, rock n roll-an, dansi- dansian ala cha-cha-cha, musik-musikan ala ngak-ngik-ngok, gila-gilaan, dan lain-lain sebagainya lagi? Kenapa di kalangan engkau banjak yang gemar membaca tulisan-tulisan dari luaran, yang nyata itu adalah imperialisme kebudayaan?" kata Soekarno dalam pidato tersebut.

Atas hal ini, Presiden Soekarno menerbitkan Surat Penetapan Presiden Nomor 11/1963 KUHP yang melarang musik-musik berbau Barat atau kebarat-baratan dibawakan.

Kemudian pada 14 Maret 1965, Koes Plus diberitakan membawakan tembang The Beatles di sebuah restoran di Bandara Kemayoran, Jakarta Pusat.

Baca juga: Sudah Tak Nyanyikan Karya Koes Plus, T’Koes Mengaku Punya 3 Album

Koes Plus pun sempat dipanggil aparat dan diperiksa akibat menyanyikan lagu-lagu The Beatles. Saat itu mereka berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Akan tetapi, menurut pemberitaan Kompas pada 30 Juni 1965, dalam sebuah pagelaran di wilayah Jati Petamburan, Koes Plus kembali membawakan lagu-lagu The Beatles.

Hal ini lantas membuat Kejaksaan Tinggi/Istimewa Jakarta memanggil dan memeriksa kemudian menahan personel Koes Plus.

Meski dibebaskan, status hukum keempat personel Koes Plus saat itu masih bermasalah.

Koes Plus baru bisa bernapas lega setelah Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta memutuskan mendeponering (mengesampingkan) delik yang menjerat mereka pada 16 Mei 1966. Aparat juga mengembalikan seluruh peralatan musik yang disita dari Koes Plus.

Sebagai informasi, Koes Plus adalah band legendaris yang didirikan pada tahun 1968. Koes Plus sendiri sebelumnya bernama Koes Bersaudara.

Baca juga: Imbauan Keluarga Besar Koes Plus untuk Band Pelestari Koes Plus di Seluruh Dunia

Koes Bersaudara sendiri telah berdiri sejak tahun 1958, yang beranggotakan Jon Koeswoyo (Bass), Tonny Koeswoyo (gitar), Nomo Koeswoyo (drum), Yon Koeswoyo (vokal), dan Yok Koeswoyo (vokal).

Beberapa waktu kemudian pada tahun 1964 kakak tertua mereka Jon Koeswoyo yang telah berkeluarga pun mengundurkan diri, sehingga menyisakan empat personel kakak beradik yang dipimpin oleh Tonny Koeswoyo.

Pergantian nama dari Koes Bersaudara menjadi Koes Plus terjadi setelah Nomo Koeswoyo hengkang dan posisinya digantikan oleh Murry sebagai drummer.

Begitu banyak lagu hit dan masih eksis sampai sekarang yang diciptakan Koes Plus. Di antaranya “Kolam Susu,” “Andaikan Kau Datang,” “Bujangan,” “Buat Apa Susah,” “Why Do You Love Me,” dan masih banyak lainnya.

Sementara, saat ini, personel Koes Plus yang masih hidup tinggal lah Yok Koeswoyo.

Jon Koeswoyo telah berpulang pada 2 Desember 2022, Tonny Koeswoyo berpulang pada 27 Maret 1987, Nomo Koeswoyo pada 15 Maret 2023, dan Yon Koeswoyo pada 5 Januari 2018.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi