JAKARTA, KOMPAS.com - Perjalanan karier Sidharta Tata menjadi seorang sutradara ternyata cukup panjang dan terjal.
Tata awalnya merupakan seorang mahasiswa seni rupa di Universitas Negeri Yogyakarta.
Meski lama menimba ilmu di bidang seni rupa, Tata pada akhirnya tak berhasil mendapatkan gelar sarjana.
"Dulu aku belajar seni rupa yang kemudian lulus dengan tidak hormat atau dalam tanda kurung DO (drop out)," kata Tata dikutip dari video Ngorbit, Rabu (31/7/2024).
Baca juga: Sidharta Tata Stres Saat Waktu Maghrib Jadi Film Box Office
Sebelum dinyatakan DO, Tata banyak menghabiskan waktu untuk bekerja sampingan.
Pria asal Yogyakarta itu tertarik di bidang videografi sehingga berkecimpung dengan desain, art, hingga animasi.
"Belajar ngedit, dicampur animasi, malah jadi video art," kata Tata melanjutkan ceritanya.
Namun, ilmu perfilman akhirnya dipelajari oleh Sidharta Tata ketika dirinya masuk ke industri TVC atau iklan televisi.
Tata mulai belajar menulis dan menyutradarai di tengah tugasnya sebagai seorang editor.
Ketertarikannya terhadap dunia sinema kemudian semakin terbuka saat tergabung dalam komunitas film Yosep Anggi Noen.
Baca juga: Sidharta Tata Gunakan Referensi Cerita Warga untuk Tampilan Jin di Film Sakaratul Maut
"Belajar otodidak dan melihat dari teman-teman. Setelahnya paling lihat syuting Mas Ifa Isfansyah atau Hanung Bramantyo," kenangnya.
Nama Sidharta Tata akhirnya mulai mencuat sebagai sutradara ketika merilis film pendek berjudul Natalan.
Film pendek kedua itu berhasil membawanya kepada kesempatan-kesempatan yang lebih besar di industri perfilman Indonesia.
Meski berhasil mendapatkan nominasi film pendek terbaik di FFI, Tata mengaku tak puas.
Dia merasa film tersebut bukan gambaran dari sinema yang selama ini ada di pikirannya.
Loz Jogjakartoz menjadi film pendek ketiga dari Tata yang akhirnya membawanya ke proyek serial Tunnel bersama Ifa Isfansyah.
"Dari situ kemudian aku mulai bertumbuh, bertumbuh, dan bertumbuh," ucap Tata.
Hitam dan Pertaruhan menjadi dua karya serial Sidharta Tata yang membawanya lebih jauh di dalam industri.
"Setelah itu aku dipercaya Pak Sunil Samtani untuk nge-direct film panjang pertamaku Waktu Maghrib," kata Tata.
Tanpa disangka, film panjang pertama Sidharta Tata meledak.
Waktu Maghrib menjadi salah satu box office dengan perolehan 2,4 juta penonton.
Setelah itu, Tata pun dipercaya menyutradarai Ali Topan dan Malam Pencabut Nyawa.
Sakaratul Maut menjadi karya terbarunya yang akan dirilis pada 1 Agustus 2024.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.