Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Pernah Ragukan Keputusan Jadi Dokter Saat Koas, Tirta: Takut Keputusanku Salah

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA
Dokter Tirta Mandira Huda saat menemui wartawan sebelum menerima vaksinasi di Puskesmas Ngemplak 2, Sleman
|
Editor: Rintan Puspita Sari

JAKARTA, KOMPAS.com- Dikenal dengan profesi dokter yang juga kreator konten, Tirta Mandira mengaku sempat melalui momen ragu dengan keputusannya untuk menjadi dokter.

Bukan di awal perkuliahan, Tirta meragukan keputusannya justru saat sudah menjalani koas.

"Aku ngerasa salah pilih, sempat ragu-ragu pas masuk FK (Fakultas Kedokteran)," kata Tirta dikutip dari YouTube Feni Rose Official.

"Pas semester 5 pas koas. Lebih ke takut keputusanku salah dan berimbas pada masa depan, uncertainty, khawatir mengenai ketidakpastian di masa depan," lanjutnya.

Baca juga: Dua Kali Lulus Cumlaude, Dokter Tirta Sebut IPK Tinggi Bukan Penentu Kesuksesan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tirta bahkan sampai ada di titik merasa sulit tidur dan sering sakit karena memikirkan hal tersebut.

"Bukan insecure, tapi jadi susah tidur dan kepikiran terus, asam lambung sering naik, sering sakit, kebangun pas tengah tidur, keringat dingin berlebih, sudah di fase itu," ungkap Tirta.

"Bukan hanya Gen-Z merasakan itu. Aku pun sebagai milenial pernah merasakan itu," ujar Tirta.

Ketakutan akan masa depan sebagai seorang dokter itu muncul setelah Tirta melihat bahwa menjadi dokter ternyata tidak seperti yang ada dalam bayangannya.

Baca juga: Hilang Kesadaran Saat Bersepeda, Dokter Tirta: Belum Sadar Kapasitas Diri, FOMO

"Justru saat itu aku baru tahu, ternyata kalau jadi dokter, kalau enggak jadi spesialis, sengsara," kata Tirta.

"Dan kalau pun jadi spesialis, kalau enggak di lahan basah itu juga sengsara, sulit, perkembangannya lama banget," tutur Tirta.

Membayangkan hal tersebut disaat sedang menjalani koas dengan proses panjang kedepan yang masih harus dilewati, membuat Tirta mempertanyakan keputusannya menjadi dokter.

"Jadi bayangin, prosesnya kayak marathon, lama banget kuliahnya, lama banget prosesnya. Setelah lulus (dokter) umum pun harus internship, internship pun gaji pas-pasan, dia harus berjuang lima tahun lagi untuk spesialis," ungkapnya.

"Setelah lima tahun, kalau dia punya networking bagus, dia akan kerja di lahan basah menurutku, jadi lahan basah itu dekat keluarga dan masih di pulau Jawa, tapi kalau pengin tantangan lebih dia ke daerah 3T yang stressful dan jauh dari keluarga," ujar Tirta.

Tapi pada akhirnya Tirta menghadapi semua ketidakpastian dan keraguan itu karena dia memiliki lingkungan dan teman yang memberikan dukungan.

"Kita itu pernah ngerasa nyesel kan, tapi akhirnya lebih ke as long punya teman cerita, enggak apa-apa," ucap Tirta.

"Kebetulan teman cerita saat itu mendukung dan support," sambungnya.

Menanggapi banyak orang yang melihat dan menganggap menjadi dokter sudah pasti kaya,  Tirta mengatakan ada beberapa hal yang harus dilihat sebelum memukul rata penilaian.

"Tanya dulu umur berapa? Kalau generasi sekarang, tanya bapaknya siapa? Kalau anak biasa-biasa aja, ya kariernya biasa-biasa aja, tidak akan wah banget," ungkapnya.

 

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi