Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Sering Bikin Gerah Orde Baru, Setiawan Djody Ungkap Ibu Tien Soeharto Malah Suka Lagu Bento

Baca di App
Lihat Foto
Musisi sekaligus pengusaha Setiawan Djody.
Penulis: Andika Aditia
|
Editor: Andika Aditia

KOMPAS.com – Musisi sekaligus pengusaha Setiawan Djody berbagi cerita mengenai pengalamannya bermusik di era Orde Baru.

Setiawan Djody merupakan salah satu pendiri supergrup Kantata Takwa dan SWAMI yang beranggotakan Iwan Fals, Sawung Jabo, WS Rendra, Jockie Surjoprajogo, Donny Fatah, dan Innisisri.

Baca juga: Mengenang Naniel C Yakin dan Secercah Perlawanan dari Lagu Bento...

Setiawan Djody mengungkapkan, pergulatan dengan musik dan keresahan pada saat itu membuat lagu seperti “Bento” dan “Bongkar” tercipta.

Saat itu, Setiawan Djody menjadi orang yang mensponsori album SWAMI yang beranggotakan Iwan Fals, Sawung Jabo, Naniel Yakin, Nanoe, Innisisri, Jockie Suryoprayogo, dan Totok Tewel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Lirik dan Chord Bento, Lagu Iwan Fals yang Pernah Kontroversial

Setelahnya, Setiawan Djody bersama kawan-kawan membentuk Kantata Takwa yang mana dirinya terlibat langsung sebagai personel.

Saat membuat Kantata Takwa, Setiawan Djody mengakui, kritiknya lebih keras ketimbang SWAMI.

“(kritik) Sudah sangat keras, karena situasi pada saat itu sudah agak lain,” ucap Setiawan Djody kepada Zulfan Lindan dalam podcast Unpacking, dikutip Senin (9/9/2024).

Baca juga: Iwan Fals Sebut Lagu Bento Bukan Sindiran, tetapi…

Kendati gemar mengkritik kondisi saat Orde Baru yang dipimpin Soeharto, Setiawan Djody mengaku biasa saja.

Dirinya malah tak pernah ditegur secara langsung oleh Soeharto, hanya saja sering dipanggil Benny Moerdani yang saat itu menjadi Panglima TNI yang masih bernama ABRI.

Baca juga: .Feast Ungkap Sosok Ali dalam Album Abdi Lara Insani, Terinspirasi dari Lagu Bento

“Tapi saya tidak pernah ditegur Pak Harto tuh,” ucap Setiawan Djody.

Setiawan Djody tak memungkiri, dirinya memang masih berkerabat dengan mendiang Ibu Tien selaku Ibu Negara pada saat itu.

“Ya saya memang masih kerabat di Mangkunegara dengan Ibu Tien,” ucap Setiawan Djody.

Baca juga: Naniel, Pencipta Lagu Bento Iwan Fals, Meninggal Dunia

Setiawan Djody menyebut, justru Ibu Tien menyukai lagu-lagunya. Salah satunya adalah lagu “Bento” yang disebut-sebut mengkritik nepotisme zaman Orde Baru.

“Dan Ibu Tien malah tidak anti dengan musik saya, malah kalau lebaran ketemu dia panggil saya ‘eh Bento’, dan kalau pak Harto kan habis dapat laporan yang kurang baik, kalau saya ke rumah mas Sigit dia nyalamin sambil cemberut aku pasti mikir ada yang salah, tapi ya begitu aja,” tutur Setiawan Djody.

Baca juga: Deretan Band Indonesia yang Dibikin Film, Slank sampai Kantata Takwa

Sebagai informasi, sebagian besar personel SWAMI merupakan anggota kelompok musik Sirkus Barock yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 70-an dan dimotori Sawung Jabo, mereka adalah Naniel Yakin, Nanoe, dan Innisisri.

Nama Swami sendiri berasal dari bahasa India namun disini merupakan plesetan dari kata suami karena seluruh personel grup band ini semuanya sudah menjadi suami.

Pada album perdana nama Iwan Fals ditampilkan di cover albumnya bertajuk SWAMI I sebagai daya tarik dan penjualan album ini sangat besar.

Baca juga: Lirik dan Chord Lagu Kesaksian - Kantata Takwa

Pada album kedua nama Iwan Fals tidak ditampilkan lagi hanya diisi lukisan Setiawan Djody pada covernya.

Penjualan album kedua ini tidak begitu memuaskan. Tak lama usai merilis album kedua, Swami memutuskan untuk bubar dan kembali berkarier di proyek masing-masing.

Untuk Kantata Takwa, supergrup band ini tak hanya lahir sebagai grup musik tetapi juga dirangkum dalam film.

Baca juga: Menyanyikan Lagi Kantata Takwa

Setiawan Djody selaku produser menggandeng Eros Djarot dan Gotot Prakosa untuk membuat film musikal Kantata Takwa, salah satunya terinspirasi dari konser akbar Kantata Takwa di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, tahun 1991.

Lantaran mendapat banyak kesulitan dan represif dari pemerintahan Orde Baru, film ini baru bisa diselesaikan pada tahun 2008 sekaligus dirilis pada tahun yang sama.

Baca juga: Swami I dan II Dikemas Versi Piringan Hitam, Iwan Fals: Banyak Persoalan yang Harus Kita Selesaikan

Meski belasan tahun menanti, film Kantata Takwa tak sia-sia, meraih banyak penghargaan setelah diputar di jaringan bioskop Indonesia dan berbagai festival film internasional.

Penghargaan itu di antaranya Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) - Film Terbaik 2008 - Golden Hanoman Award, Asia Pacific Screen Awards 2008 - Nominasi untuk Film Dokumenter Terbaik, Nominasi dalam Hawaii International Film Festival 2008, dan Nominasi dalam Osian Cine Fan New Delhi 2008.

Baca juga: 3 Dekade Swami, Iwan Fals dan Musica Kemas Kembali Album Swami I dan II dalam Format Vinyl

Ada pun, Setiawan Djody yang bernama lengkap K.P.H. Salahuddin Setiawan Djodi Nur Hadiningrat lahir di Solo, 13 Maret 1949.

Setiawan Djody merupakan cucu pahlawan nasional Dr. Wahidin Sudirohusodo. Setiawan Djody merupakan lulusan Universitas Wharton tahun 1974 dan S-2 Filsafat dari Universitas California.

Untuk urusan bisnis, Setiawan Djody merupakan CEO Grup Setdco yang membidangi perminyakan dan perkapalan.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi