KOMPAS.com - Musisi sekaligus pengusaha Setiawan Djody mengungkapkan pengalamannya usai menciptakan lagu “Bento” dan “Bongkar” bersama grup band SWAMI.
SWAMI terbentuk saat era Orde Baru masih berkuasa.
Setiawan Djody menjadi orang yang mensponsori album SWAMI yang beranggotakan Iwan Fals, Sawung Jabo, Naniel Yakin, Nanoe, Innisisri, Jockie Suryoprayogo, dan Totok Tewel.
Baca juga: Sering Bikin Gerah Orde Baru, Setiawan Djody Ungkap Ibu Tien Soeharto Malah Suka Lagu Bento
Dalam album pertama SWAMI lahirlah lagu “Bento” dan “Bongkar” yang dianggap sangat representatif dengan kondisi sosial dan politik di Indonesia.
Tak jarang, lagu “Bento” dan “Bongkar” dijadikan balada para penentang rezim Orde Baru yang seringkali melakukan kesewenang-wenangan.
Setiawan Djody mengakui, dirinya memang juga sepakat untuk memberikan kritik terhadap pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto.
Baca juga: Deretan Band Indonesia yang Dibikin Film, Slank sampai Kantata Takwa
“Akhirnya saya mendengarkan, saya menjadi pemayung, dan memang kita harus beri kritik, tapi saya minta kritik dengan kepatutan, sepakat, akhirnya lahirlah SWAMI yang pertama dan lahirlah lagu ‘Bongkar’, ‘Bento’,” kata Setiawan Djody kepada Zulfan Lindan dalam podcast Unpacking, dikutip Selasa (10/9/2024).
Namun, Setiawan Djody mengungkapkan, setelah lagu “Bento” dan “Bongkar” dirinya menjadi langganan dipanggil menghadap Panglima TNI yang masih bernama ABRI saat itu, yakni mendiang Jenderal Benny Moerdani.
Setiawan Djody diminta untuk menjelaskan apa maksud dan tujuan dari lagu “Bento” dan “Bongkar” yang syarat kritik itu.
Baca juga: Lirik dan Chord Lagu Kesaksian - Kantata Takwa
“Karena itu saya jadi sering bolak-balik dipanggil pak Benny Moerdani, saya ditanya apa maksudnya lagu ‘Bongkar’, dia tanya apa yang mau dibongkar, ya saya jelaskan,” ucap Setiawan Djody.
Saking seringnya dipanggil menghadap Panglima TNI, Setiawan Djody jadi sering dianggap dekat dengan Benny Moerdani.
Padahal, kata Setiawan Djody, dirinya dipanggil untuk menjelaskan setiap lagu yang ia buat tersebut.
Baca juga: Menyanyikan Lagi Kantata Takwa
“Jadi kadang-kadang orang pikir aku dekat dengan Pak Benny Moerdani padahal aku sering dipanggil untuk ditanya,” ucap Setiawan Djody.
Setiawan Djody bersyukur, dirinya tak mengalami tekanan berarti dan ia melihat Benny Moerdani cukup memamahmi musik dan seni.
Hal ini pun membuat Setiawan Djody terus bermusik sampai akhirnya membentuk supergrup Kantata Takwa yang dikenal lebih pedas dalam mengkritik lewat lagu.
Baca juga: Manajemen Iwan Fals Berkeberatan dengan Saksi Promotor Kantata Barock
“Dan Pak Benny ternyata ngerti musik, bisa main piano juga, jadi dia ngerti seni, ibunya guru piano juga, ya terus berjalan, dan berkembang sampai akhirnya kita sepakat lagi bikin Kantata Takwa,” kata Setiawan Djody.
Setiawan Djody mengakui, lagu-lagu yang ia buat bersama Kantata Takwa justru lebih keras ketimbang SWAMI dalam mengkritik.
“Sudah sangat keras, karena situasi pada saat itu sudah agak lain,” ucap Setiawan Djody.
Baca juga: Manajemen Iwan Fals Gugat Promotor Konser Kantata Barock 2011
Sebagai informasi, sebagian besar personel SWAMI merupakan anggota kelompok musik Sirkus Barock yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 70-an dan dimotori Sawung Jabo, mereka adalah Naniel Yakin, Nanoe, dan Innisisri.
Nama Swami sendiri berasal dari bahasa India namun disini merupakan plesetan dari kata suami karena seluruh personel grup band ini semuanya sudah menjadi suami.
Pada album perdana nama Iwan Fals ditampilkan di cover albumnya bertajuk SWAMI I sebagai daya tarik dan penjualan album ini sangat besar.
Baca juga: Swami I dan II Dikemas Versi Piringan Hitam, Iwan Fals: Banyak Persoalan yang Harus Kita Selesaikan
Pada album kedua nama Iwan Fals tidak ditampilkan lagi hanya diisi lukisan Setiawan Djody pada covernya.
Penjualan album kedua ini tidak begitu memuaskan. Tak lama usai merilis album kedua, Swami memutuskan untuk bubar dan kembali berkarier di proyek masing-masing.
Setelahnya, Setiawan Djody bersama kawan-kawan membentuk Kantata Takwa yang mana dirinya terlibat langsung sebagai personel.
Baca juga: 3 Dekade Swami, Iwan Fals dan Musica Kemas Kembali Album Swami I dan II dalam Format Vinyl
Setiawan Djody merupakan salah satu pendiri supergrup Kantata Takwa yang beranggotakan Iwan Fals, Sawung Jabo, WS Rendra, Jockie Surjoprajogo, Donny Fatah, dan Innisisri.
Lagu Kantata Takwa di antara lain “Air Mata”, “Kesaksian”, “Balada Pengangguran”, “Paman Doblang”, “Rajawali”, dan lainnya.
Untuk Kantata Takwa, supergrup band ini tak hanya lahir sebagai grup musik tetapi juga dirangkum dalam film.
Baca juga: Lirik dan Chord Lagu Bongkar - Iwan Fals
Setiawan Djody selaku produser menggandeng Eros Djarot dan Gotot Prakosa untuk membuat film musikal Kantata Takwa, salah satunya terinspirasi dari konser akbar Kantata Takwa di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, tahun 1991.
Lantaran mendapat banyak kesulitan dan represif dari pemerintahan Orde Baru, film ini baru bisa diselesaikan pada tahun 2008 sekaligus dirilis pada tahun yang sama.
Meski belasan tahun menanti, film Kantata Takwa tak sia-sia, meraih banyak penghargaan setelah diputar di jaringan bioskop Indonesia dan berbagai festival film internasional.
Baca juga: Lirik dan Chord Bento, Lagu Iwan Fals yang Pernah Kontroversial
Penghargaan itu di antaranya Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) - Film Terbaik 2008 - Golden Hanoman Award, Asia Pacific Screen Awards 2008 - Nominasi untuk Film Dokumenter Terbaik, Nominasi dalam Hawaii International Film Festival 2008, dan Nominasi dalam Osian Cine Fan New Delhi 2008.
Ada pun, Setiawan Djody yang bernama lengkap K.P.H. Salahuddin Setiawan Djodi Nur Hadiningrat lahir di Solo, 13 Maret 1949.
Baca juga: Mengenang Naniel C Yakin dan Secercah Perlawanan dari Lagu Bento...
Setiawan Djody merupakan cucu pahlawan nasional Dr. Wahidin Sudirohusodo. Setiawan Djody merupakan lulusan Universitas Wharton tahun 1974 dan S2 Filsafat dari Universitas California.
Untuk urusan bisnis, Setiawan Djody merupakan CEO Grup Setdco yang membidangi perminyakan dan perkapalan.