KOMPAS.com- Christian Yu, penyanyi dan rapper yang dikenal sebagai salah satu pendiri Dream Perfect Regime (DPR), Ian, mengenang masa sulit yang harus dihadapi saat masih menjadi seorang idol Kpop.
Kehidupan sebagai idol Kpop generasi ketiga dalam grup bernama C-Clown itu dilaluinya jauh sebelum memulai debut sebagai artis solo, yang berfokus pada seni visual DPR, memanfaatkan keterampilan penyutradaraannya.
Pria Korea-Australia ini menggambarkan kehidupan sebagai idol KPop pada zamannya dulu tidak manusiawi, menjelaskan tentang jadwal pelatihan yang sangat ketat.
Baca juga: Tiba-tiba Dapat Saweran Saat Live TikTok, DPR Ian: Orang Kirim Dinosaurus, Mawar, Itu Apa?
"Bangun jam lima, langsung ke studio. Berlatih, berlatih, berlatih. Kalau terlambat semenit, Anda harus berlutut di lantai," ucapnya.
"Kalian akan pulang, jam 1:00 dini hari, jam 2:00 dini hari, jam 3:00 dini hari, lalu kalian mengulanginya sepanjang minggu," imbuhnya.
Menurutnya pelatihan di masa sekarang sudah jauh lebih baik dibandingkan pada masanya dulu.
"Saya pikir itu tidak manusiawi, tetapi begitulah kehidupan yang dijalani para peserta pelatihan," kata Ian.
"Sekarang jauh lebih baik. Itulah yang saya dengar. Namun pada tahun 2000-an, 2010, 2012, itu adalah masa puncaknya," ujarnya.
Baca juga: The Regime World Tour 2022 Live in Jakarta Disambut Meriah, DPR Live :Saya Bersyukur
Ian mengatakan, sama seperti dirinya dulu, orang seringkali tidak tahu hal berat apa yang harus dilewati sebelum menjadi idol yang muncul di televisi.
"Mereka tidak tahu. Lihat, saya juga tidak tahu itu. Kalian tidak tahu sisi mengerikan dan melelahkan dari kehidupan itu karena tidak ada yang benar-benar memberi tahu kalian," ungkapnya.
"Kalian hanya berpikir, oke, begitu saya menjadi idola, itu berarti itu langsung sukses, padahal tidak demikian," sambungnya.
Ian juga menggambarkan pengalamannya hidup dengan DID (gangguan identitas disosiatif) dan bagaimana industri KPop memperparahnya.
Baca juga: Pamit, DPR Kibarkan Bendera Merah Putih di Konser The Regime World Tour in Jakarta
"Jadi, ini seperti terbangun di tubuh baru, pikiran baru, kesukaan baru, dan ketidaksukaan baru. Ini seperti hidup dengan, menurutku, dirimu yang lain yang sama sekali terpisah dari jati dirimu," ujarnya.
"Bagiku, secara pribadi, aku tidak pernah benar-benar punya pilihan kapan itu akan berubah, dan kamu akan terus berganti-ganti dengan orang itu," lanjutnya.
Menjadi idol membuatnya harus mengubur jati dirinya yang tak ingin diperlihatkan pada publik.
Sehingga perlahan hal itu membuatnya kesulitan mengenali kepribadian aslinya.
"Jika kamu memutuskan untuk tidak menunjukkan sisi dirimu yang paling rentan kepada orang lain, kamu akan punya pilihan untuk tidak menunjukkannya," kata Ian.
"Aku akan berganti. Tiba-tiba aku akan menjadi, aku akan melakukan sesuatu sebagai orang lain. Dan rasanya ketika aku kembali, aku tidak akan benar-benar mengerti apa yang telah kulakukan atau siapa aku atau tidak satu pun dari itu," sambungnya.
Meski begitu, DPR IAN belajar apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya selama masa sulit dalam hidupnya ini.
Sekarang, sebagai bagian dari DPR, ia ingin menjadi seotentik mungkin, membuktikan bahwa penggemar sejati akan terus bersama Anda.
"Menjadi seorang idola mengajarkan saya apa yang tidak boleh saya lakukan. Tidak ada pertunjukan independen untuk para artis karena kami harus mengikuti suatu sistem untuk bisa berhasil atau mencapainya," ujar DPR Ian.
"Namun, saya ingin mendobraknya. Saya hanya ingin menunjukkan kepada orang-orang bahwa kamu bisa sangat tulus dengan apa yang kamu lakukan secara artistik dan tetap memiliki penonton," ucapnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.