KOMPAS.com- Song Joong Ki menangis saat membicarakan sepinya penonton bioskop saat ini ketika sedang menghadiri pemutaran filmnya Bogota: City of The Lost.
Terlepas dari kritikan yang muncul karena respons Song Joong Ki saat itu, sebenarnya kenapa film ini disebut gagal?
Jauh dari target penonton
Pada tanggal 7 Januari 2025, jaringan penjualan tiket terpadu Dewan Film Korea melaporkan bahwa film Song Joong Ki Bogota: City of The Lost berada di peringkat ketiga, setelah Harbin dan The Firefighter.
Dengan jumlah penonton total 336.349, jumlah penonton hariannya telah turun ke kisaran 10.000, yang menandakan adanya krisis.
Baca juga: Selesai Karantina Mandiri, Song Joong Ki Kembali Syuting Film Bogota
Padahal, film itu harus meraih 3 juta penonton untuk mencapai titik impas. Bahkan mencapai 500.000 penonton pun dianggap menjadi hal yang tidak mungkin setelah melihat pencapaiannya sejak rilis akhir Desember lalu.
Film ini dikabarkan menelan biaya hingga 12,5 miliar won atau sekitar Rp 140 miliar.
Kenapa Bogota menelan banyak biaya?
Film Bogota: City of the Lost disebut menjadi salah satu film Korea termahal yang pernah dibuat.
Selain karena jajaran bintang ternama, Bogota difilmkan di Kolombia sejak Januari 2020, tetapi menghadapi kendala yang signifikan, termasuk penangguhan syuting karena pandemi.
Butuh 21 bulan untuk memproduksi film ini.
Baca juga: Song Joong Ki Menangis Lihat Filmnya Sepi Penonton
Rating
Film ini menghadapi kritik yang luas. Di CGV, Egg Index-nya berada di angka 79 persen, sementara rating penonton Naver rata-rata 7,04, dan skor netizen di platform lain berkisar di angka 4,76.
Penonton mengkritik film ini karena narasinya yang terfragmentasi dan kesimpulannya yang tidak lengkap.
Kenapa dianggap membosankan?
Film ini dinilai memiliki alur tersendat-sendat tanpa banyak logika.
Begitu juga dengan karakter-karakternya yang hampir selalu datar.
Pesan yang lebih luas tentang naluri dasar dan ambisi manusia hilang dalam sensasi murahan dan konflik di permukaan. Yang tersisa hanyalah getaran kosong yang mengabaikan substansi.
Meskipun premisnya ambisius, film ini runtuh karena bebannya sendiri. Latar Amerika Selatan hanya berfungsi sebagai latar belakang, selain beberapa adegan aksi yang tersebar di jalan-jalan kota.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.