JAKARTA, KOMPAS.com- Selebgram Fanny Kondoh menceritakan alasannya memutuskan tetap melakukan program bayi tabung disaat usia suaminya, mantan Presdir Marugame Udon, Hajime Kondoh atau dikenal sebagai Papa Udon divonis hanya tinggal enam bulan.
Diakui Fanny, setelah tahu vonis dokter, sebenarnya dia sempat ragu melakukan lagi proses bayi tabung.
"Aku masih muda, 29 tahun, suami kanker, punya anak. Sanggup enggak, aku takut," kata Fanny dikutip dari YouTube Curhat Bang Denny Sumargo.
"Aku bilang 'aku takut, how I grow my baby without you, nafkahnya gimana, I'm still young, having baby, this world so scary,'" imbuhnya.
Baca juga: Fanny Kondoh, Istri Presdir Marugame Udon, Positif Hamil Setelah Suami Meninggal
Namun dalam waktu enam bulan tersisa, Papa Udon terus meyakinkan Fanny untuk memiliki anak.
"Suami aku tetap 'ayolah-ayolah.' Mohon-mohon ke aku, tiap bulan mohon-mohon ke aku, sampai akhirnya aku luluh," imbuhnya.
Mengikis semua ketakutannya akan masa depan memiliki anak tanpa suami, Fanny akhirnya menuruti keinginan suami dan menjalani proses bayi tabung.
"Aku mikirnya kayak gini, ya udah nothing to lose, transfer aja embrionya, enggak usah pressure harus hamil," ujar Fanny.
Baca juga: Menangis Cerita Momen Sakaratul Maut Suami, Fanny Kondoh: Dia Belum Tahu Aku Hamil Enggak
"Yang penting aku melakukan apa yang dia minta. Siapa tahu kalau hamil ada rasa ingin bertahan hidup lebih, mungkin bisa sembuh, who knows?" lanjutnya sambil tersenyum getir.
Terlepas ucapan orang diluar, Fanny tahu bahwa niat suaminya saat itu yang memaksanya melakukan bayi tabung.
"Suamiku, pentingnya aku, bukan anaknya," ucap Fanny.
"Dia itu mikir kayak sebenarnya tujuannya punya anak kayak 'I want to this baby protect you when I'm not here,'" imbuhnya.
Kondisi Papa Udon saat itu yang menjalani perawatan paliatif juga diceritakan oleh Fanny pada dokter yang merawatnya.
Baca juga: Heboh Bongkar Dugaan Perselingkuhan Suami, Iris Wullur Terdiam Saat Anak Beri Nasihat Ini
Sehingga baik dokter maupun Fanny Kondoh seolah sedang dikejar waktu untuk mewujudkan kehamilan Fanny.
"Dokternya pas embrio transfer bilang 'Bismillah semoga kamu gantiin papamu ya jagain mama,'" ungkap Fanny sambil menangis.
Seminggu setelah embrio transfer, kondisi suami Fanny terus menurun. Dan tanpa tahu Fanny sudah positif hamil atau belum, Papa Udon telah menyiapkan nama anak.
"Itu baru seminggu embrio transfer, belum tahu hamil enggak, tapi dia tahu aku akan hamil," tutur Fanny.
Baca juga: Heboh Agnes Jennifer Bongkar Dugaan Perselingkuhan Suami, Ungkap Awal Bertemu di Sekolah Anak
"Dan dia sudah prepare nama yang pakai kanjinya apa. (Diberi nama) Kazuki," kata Fanny yang tak berhenti menangis saat mengenang sang suami.
Beberapa minggu setelah suaminya meninggal dunia, Fanny baru mendapat kepastian bahwa dirinya hamil.
"Aku masuk klinik IVF, semua orang freeze lihat aku, 'ini loh ibu yang miracle story, dia mengusahakan wasiat suaminya untuk hamil, embrio transfer seminggu, istrinya hamil, suaminya meninggal,'" kenang Fanny sambil menangis.
"Aku masuk ruang dokter, dokter langsung (meluk) 'congratulation you pregnant, kan seperti saya bilang, this baby will protect you, replace the father,'" imbuhnya menirukan ucapan dokter padanya.
Diakui Fanny, setelah suaminya meninggal dunia, kondisinya cukup menurun hingga harus masuk UGD.
Tak ada keinginan untuk hidup saat itu, namun kehamilannya disebut Fanny memberi dia semangat untuk bertahan hidup.