JAKARTA, KOMPAS.com - Sosok Susana Darmawan, pendiri Clairmont, ini menjadi sorotan setelah melaporkan kreator konten William Anderson atau Codeblu.
Susana Darmawan yang sudah mendirikan Clairmont sejak tahun 1998 itu ternyata adalah anak ketiga dari pendiri toko ritel Matahari Department Store.
"Papa saya founder Matahari," ungkap Susana, dikutip dari YouTube Grace Tahir, Jumat (4/4/2025).
"Saya nomor tiga. Paling besar kakak saya perempuan, setelah itu kakak saya laki-laki, saya ketiga. Saya masih ada adik laki-laki," jelasnya.
Baca juga: Clairmont Tidak Laporkan Food Vlogger Codeblu Terkait Pemerasan
Susana sendiri mengaku sudah tertarik dengan dunia kuliner sejak kecil.
Itu juga yang kemudian melandasi keinginannya untuk melanjutkan sekolah kuliner di Amerika Serikat.
"Setelah saya lulus sekolah di Singapura, saya masuk Culinary Institute of America," ungkapnya.
Merasa tak cukup bekal pendidikannya, Susana kemudian melanjutkan pendidikan di bangku universitas.
Baca juga: Bisnis Sempat Hancur Usai Direview Food Vlogger, Bang Madun: Yang Penting Video Dia Viral
"Kata mama saya, penting edukasi. Saya apply ke Universitas Cornell, saya ambil jurusan perhotelan," ungkapnya.
Berbicara tentang Clairmont, Susana mengatakan bahwa awalnya merupakan toko roti asal Jepang bernama Sun Merry.
"Itu usaha orang Jepang, kawannya papa saya," kata Susana.
"Kami ambil alih, tapi karena merek itu sudah teregistrasi, kami ganti nama. Saya cari yang berbau-bau Perancis supaya lebih internasional," jelasnya lagi.
Baca juga: Soal Dugaan Hoaks, Clairmont Telah Laporkan Codeblu sejak Desember 2024
Namun, nama baik dari merek yang dibesarkannya selama puluhan tahun itu belakangan ternoda karena ulasan food vlogger.
Susana menjelaskan alasannya tetap melaporkan hal ini ke pihak berwajib, setelah merasa upaya mediasi yang dilakukan mereka sejak tahun lalu tak membuahkan jalan keluar.
"Permohonan maafnya sudah kami terima, namun dalam perdamaian ini kita harus menunjukkan mengalami kerugian luar biasa," kata Susana.
"Kerugian ini bukan hanya sales, tapi nama baik kami rusak," imbuhnya.
Persoalan antara Codeblu dan Clairmont ini berawal dari ulasan kreator konten setelah menerima laporan tentang adanya nastar yang sudah tidak layak konsumsi diberikan kepada sebuah yayasan.
Padahal, menurut Susana, pihaknya tidak pernah memasukkan panti asuhan tersebut.