Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 10 Agu 2024

Pengajar film di Institut Kesenian Jakarta

Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Jumbo dan Masa Depan Animasi Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Humas Film Jumbo
Poster film Jumbo
Editor: Sandro Gatra

KESUKSESAN film Jumbo yang dirilis pada akhir Maret 2025, menciptakan gelombang optimisme baru dalam industri film Indonesia, terutama di genre animasi yang selama ini dianggap kurang begitu menggugah pasar lokal.

Dalam waktu kurang dari satu bulan, Jumbo berhasil menembus angka lebih dari enam juta penonton dan meraih pendapatan yang diperkirakan mencapai Rp 240 miliar.

Angka tersebut bukan hanya mencatatkan rekor sebagai film animasi lokal paling laris sepanjang masa, tapi juga membuktikan bahwa film animasi Indonesia telah lahir dengan sangat mengagumkan.

Kisah dalam Jumbo yang menyentuh dan menginspirasi tampaknya menjadi salah satu kunci utama keberhasilannya.

Cerita tentang Don, seorang anak yatim piatu bertubuh besar yang sering diremehkan, berhasil menjalin koneksi emosional dengan penonton dari berbagai lapisan usia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Spectatorship dan Dekomodifikasi Agama dalam Film Jumbo

Buku dongeng peninggalan orangtuanya menjadi jembatan menuju petualangan magis, mempertemukannya dengan karakter Meri, seorang peri kecil yang mengubah hidup Don.

Dari sana, penonton diajak menyusuri dunia imajinatif penuh pesan moral—tentang keberanian, kasih sayang, serta pentingnya percaya pada diri sendiri.

Namun, keberhasilan film ini tentu tidak semata-mata karena ceritanya yang menyentuh. Secara teknis, Jumbo adalah pencapaian monumental bagi dunia animasi Indonesia.

Dibuat selama lima tahun oleh lebih dari 420 pekerja kreatif dalam negeri, film ini menampilkan kualitas visual dan animasi yang sangat kompetitif.

Dengan biaya produksi yang dilaporkan mencapai Rp 40 miliar—angka yang fantastis untuk produksi lokal—Visinema Studios bersama Springboard dan Anami Films berhasil membuktikan bahwa investasi besar dalam animasi lokal bukanlah taruhan yang sia-sia.

Justru, film ini menjadi bukti bahwa ketika talenta lokal diberikan ruang, dukungan, dan waktu, mereka dapat menghasilkan karya berkelas dunia.

Yang membuat Jumbo lebih istimewa adalah penetrasi pasar internasionalnya. Film ini tidak hanya menjadi primadona di bioskop Indonesia, tetapi juga didistribusikan ke 17 negara, termasuk Malaysia, Singapura, Rusia, dan beberapa negara di Asia Tengah dan Eropa Timur.

Pencapaian ini menjadi penanda bahwa cerita dari Indonesia, dengan segala nuansa lokalnya, mampu diterima oleh audiens global.

Hal ini tentu membuka mata banyak pihak bahwa potensi ekspor budaya melalui animasi adalah jalan strategis yang harus ditempuh, apalagi di tengah derasnya arus globalisasi konten.

Baca juga: Cetak 6 Juta Penonton, Film Jumbo Jadi Film Lebaran 2025 Terlaris

Namun, pertanyaan yang lebih penting kini adalah: apakah kesuksesan Jumbo bisa menjadi fondasi bagi keberlanjutan produksi film animasi Indonesia ke depan? Apakah ini hanya "keberuntungan" sesaat, atau awal dari revolusi industri animasi di Tanah Air?

Jawaban dari pertanyaan itu tergantung pada kesiapan berbagai elemen industri. Dari sisi sumber daya manusia, Indonesia sejatinya sudah memiliki talenta melimpah.

Generasi muda yang kreatif sangat antusias dengan dunia ilustrasi, desain karakter, dan storytelling visual.

Namun, potensi ini sering kali terkendala oleh minimnya akses pelatihan, keterbatasan pendanaan, dan kurangnya ekosistem kolaboratif yang mendukung.

Kesuksesan Jumbo seharusnya menjadi momentum untuk mendorong hadirnya Pendidikan formal maupun informal animasi yang lebih inklusif, inkubator kreatif, hingga skema pelatihan berskala nasional.

Dari sisi pembiayaan, tantangan lainnya terletak pada bagaimana menarik minat investor untuk melihat animasi bukan sebagai proyek mahal yang berisiko tinggi, tetapi sebagai peluang jangka panjang dengan potensi keuntungan besar.

Model bisnis animasi memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan film live-action, sehingga dibutuhkan pola pendanaan yang fleksibel dan berjangka panjang.

Di sinilah pentingnya kehadiran dukungan pemerintah melalui insentif pajak, subsidi produksi, atau bahkan platform pendanaan khusus untuk proyek animasi berkualitas tinggi.

Berbicara tentang pasar, Indonesia punya modal besar: jumlah populasi yang besar dengan dominasi generasi muda yang menjadi target utama industri animasi.

Namun demikian, sebagian besar layar bioskop Indonesia masih didominasi genre horor dan drama percintaan yang terbukti "laku keras".

Tantangan industri animasi adalah bagaimana terus membangun selera dan kesadaran penonton agar tak hanya mencari hiburan yang menegangkan, tetapi juga narasi yang menyentuh, menginspirasi, dan memperkaya nilai-nilai sosial.

Baca juga: TikTokification: Fenomena Short Attention Span Gen Z

Untuk itu, promosi dan distribusi film animasi harus lebih gencar, kreatif, dan inklusif—melibatkan media sosial, komunitas, sekolah, dan ruang-ruang alternatif.

Satu hal yang menarik dari Jumbo adalah kemampuannya menjadi pusat dari universe baru. Dengan pengembangan lebih lanjut, film ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi serial animasi, novel grafis, merchandise, hingga game interaktif.

Ini membuka ruang untuk menciptakan IP (Intellectual Property) yang kokoh dan berkelanjutan.

Jika para kreator Indonesia mulai berpikir dalam kerangka jangka panjang seperti ini, maka keberlanjutan industri animasi bukan lagi sekadar wacana, tetapi bisa menjadi pilar penting dalam ekonomi kreatif nasional.

Pada akhirnya, Jumbo tidak hanya menghadirkan film yang menyentuh hati, tetapi juga menjadi simbol harapan.

Ia adalah bukti bahwa kerja keras, mimpi besar, dan kolaborasi yang tepat bisa melahirkan karya monumental dari tanah sendiri.

Pertanyaannya bukan lagi apakah kita bisa membuat film animasi sehebat Jumbo, tapi apakah kita siap menjaga momentum ini dan menjadikannya gerakan besar yang melibatkan banyak talenta dan pihak.

Kesuksesan memang bisa diraih oleh satu film, tapi keberlanjutan hanya bisa tercipta jika seluruh ekosistem bersinergi.

Dan jika Jumbo bisa lahir dari semangat itu, maka bukan tak mungkin pada tahun-tahun mendatang kita akan melihat lebih banyak Jumbo lain yang tidak hanya menginspirasi, tetapi juga membentuk generasi dan identitas bangsa melalui layar animasi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi