Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Bercerita Lewat Lagu, Marsha Voice of Baceprot: Musisi Perempuan Sering Dianggap Terlalu Sensitif

Baca di App
Komentar Lihat Foto
GETTY IMAGES via BBC INDONESIA
Voice of Baceprot ketika tampil di Glastonbury, 28 Juni 2024.
|
Editor: Rintan Puspita Sari

JAKARTA, KOMPAS.com- Virda Marsya Kurnia atau Marsya Voice of Baceprot (VoB) menceritakan inspirasi di balik lagu-lagu dari band beraliran metal itu.

Sebagai musisi perempuan dengan aliran musik metal, Marsya dan dua teman lainnya sadar tentang tudingan dan batasan yang mereka hadapi.

"Perempuan seperti kami, hidup dalam sistem yang seringkali tak berpihak," kata Marsya dikutip dari Kompas tv, Kamis (1/4/2025).

"Minim akses, minim representasi dan penuh prasangka," lanjutnya.

Baca juga: Voice of Baceprot dan 1.000 Drone Light Show Meriahkan Malam Pergantian Tahun di Ancol

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prasangka yang dimaksud Marsya adalah nilai-nilai negatif yang seolah dilekatkan pada mereka hanya karena mereka perempuan. 

"Sebagai musisi perempuan, kami seringkali dianggap terlalu sensitif saat terlalu vokal, terlalu galak saat menyuarakan keresahan," ujarnya.

"Dan terlalu drama serta emosional saat jujur mengenai luka yang kami punya," sambungnya.

Karena itu, di balik musik keras yang menjadi pengiringnya, setiap lirik lagu VoB sebenarnya adalah terjemahan dari perasaan mereka.

Baca juga: Cerita Voice of Baceprot Ditawari Tampil di Glastonbury Festival 2024

"Kami tidak mau berlama-lama larut didalamnya, maka kami memilih untuk mengkonversi dendam dan kekecewaan," tuturnya.

"Kami tidak mau tenggelam dalam kemarahan kami sendiri. Kami berusaha mengubah energi-energi negatif itu menjadi sesuatu yang lebih bernilai, yaitu karya," lanjut Marsya.

Setiap lirik yang mereka tulis adalah cerita pengalaman yang dialami sepanjang karier.

"Yang kami bawa ke atas panggung itu bukan cuma sekedar musik dan lirik, tapi juga pengalaman," ucapnya.

"Pengalaman jadi band check sound, pengalaman sulitnya menghindari pelecehan verbal maupun non verbal di gigs, pengalaman diremehkan secara teknis hanya karena kami perempuan," jelas Marsya.

Pengalaman itu yang kemudian menjadi inspirasi untuk lagu seperti "(Not) Public Property", "Age Oriented".

"Lagu-lagu VoB yang bisa teman-teman dengar hari ini di platform digital, adalah hasil ini, konversi dendam dan kekecewaan kami," ucapnya.

"Kami membingkai keterbatasan bukan sebagai batas, tapi sebagai pijakan," kata Marsya.

Sebagai informasi, berawal dari panggung-panggung kecil, band asal Garut, Jawa Barat beranggotakan Marsya, Widi Rahmawati sebagai basis, dan drummer Euis Siti Aisyah ini pernah tampil di festival musik Glastonbury 2024, Somerset, Inggris.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi