KOMPAS.com – Di media sosial, ramai postingan tentang lagu-lagu musisi Ahmad Dhani yang disebut mirip dengan lagu dari luar negeri. Sebagian warganet menuding Ahmad Dhani melakukan plagiat atau menjiplak.
Ternyata, jauh sebelum postingan tersebut muncul, Ahmad Dhani sudah memberikan pernyataan atas sejumlah kemiripan lagu yang ia populerkan tersebut.
Baca juga: Bantah Tuduhan Plagiat Lagu Luar Negeri, Ahmad Dhani: Bukan Menjiplak, Saya Beli
Ahmad Dhani memberikan klarifikasi terkait sejumlah lagu yang disebut-sebut sebagai hasil jiplakan dari karya musisi internasional.
Ahmad Dhani dengan tegas menyatakan bahwa lagu-lagu tersebut bukan hasil plagiat, melainkan hasil adaptasi resmi yang hak ciptanya telah dibeli.
Baca juga: Ari Lasso Ungkap Satu Lagu Dewa 19 Terinspirasi Luna Maya, Ahmad Dhani Terkesan Saat Pertama Bertemu
“Bukan mirip ya, itu 100 persen sama. Ya, lagu Barat itu dong yang keluar duluan. Tapi saya memang beli rights-nya, untuk ganti liriknya. Itu hal pertama yang saya lakukan,” ujar Ahmad Dhani dalam wawancara dengan TVOne beberapa tahun lalu, dikutip Rabu (14/5/2025).
Ahmad Dhani mengakui, ada tiga lagu yang lisensinya ia urus untuk dialih bahasakan dengan lirik bahasa Indonesia.
Menurut Ahmad Dhani, membeli hak cipta lagu untuk digubah ke dalam bahasa Indonesia adalah praktik yang legal dan kini makin umum dilakukan industri musik Tanah Air.
“Sekarang ini jadi tren. Banyak perusahaan rekaman yang melakukan hal yang sama. Contohnya band The Overtunes, lagunya dari Backstreet Boys, itu dialihbahasakan,” jelas Ahmad Dhani.
Baca juga: Penjelasan Tommy Kurniawan Usai Sanksi MKD untuk Ahmad Dhani Dinilai Terlalu Ringan
Lagu The Overtunes yang dimaksud Ahmad Dhani adalah lagu berjudul “Sayap Pelindungmu” yang diadaptasi dari lagu milik Backstreet Boys berjudul “Center of Gravity” dengan lebih dulu mengurus lisensinya.
Ahmad Dhani juga menanggapi kritik publik dan pengamat musik yang menyebut karya-karyanya sebagai plagiat.
Baca juga: Fajar Indonesian Idol XIII Duet dengan Raisa Bawakan Lagu Ahmad Dhani
Menurut Ahmad Dhani, tudingan plagiat muncul karena yang bersangkutan tidak tahu proses di baliknya.
“Ya namanya orang awam pasti bilangnya plagiat. Kita harus maklumi. Pengamat musik juga ada yang awam. Kalau dia enggak awam, enggak mungkin bilang begitu,” ucap Ahmad Dhani.
Soal biaya pembelian hak cipta, Ahmad Dhani mengatakan saat itu (sekitar tahun 2010), ia hanya perlu mengeluarkan Rp 20 juta untuk satu lagu.
Jumlah tersebut sudah termasuk lisensi untuk mengganti lirik lagu secara resmi.
“Awalnya mereka pikir Indonesia besar, mintanya macam-macam. Tapi karena mereka punya perwakilan di sini, akhirnya bisa dijelaskan dan hanya Rp 20 juta bisa dapat rights-nya,” imbuh Ahmad Dhani.
Baca juga: Ditegur MKD DPR RI, Ahmad Dhani Minta Maaf kepada Rayen Pono
Meski tidak tahu persis harga hak cipta saat ini, Ahmad Dhani meyakini biaya lisensi semacam itu masih tergolong terjangkau, karena umumnya dihitung sebagai advance royalty.
Ahmad Dhani menegaskan bahwa langkahnya ini adalah bentuk profesionalisme dalam industri musik, dengan menghormati hak cipta dan membeli lisensi secara resmi.
Baca juga: Tak Jadi Bawakan Lagu Dewa 19, Ari Lesmana: Aku Takut, Mohon Maaf Mas Dhani
Ahmad Dhani melihat, ramainya anggapan plagiat karena banyak yang belum tahu tentang mekanisme seperti membeli lisensi lagu atau mekanisme lainnya seperti advance royalty.
Tentang Hak Cipta LaguSebagai informasi, "Rights" dalam lagu, dalam konteks hak cipta, mengacu pada hak eksklusif yang dimiliki oleh pencipta lagu atau pemegang hak cipta atas penggunaan karya mereka.
Baca juga: Honor Rp 650 Juta Sekali Manggung, Andre Taulany Klaim ATF Kalahkan Tarif Dewa 19 dan NOAH
Hak ini mencakup berbagai aspek, termasuk hak untuk mengumumkan, menggunakan secara publik, dan mengizinkan penggunaan karya mereka oleh orang lain.
Rights dalam konteks hak cipta terdapat beberapa elaborasinya, seperti Hak Cipta Lagu, Performing Rights, Mechanical Rights, Advance Royalti, dan Royalti.
Setidaknya ada tiga lagu Ahmad Dhani yang punya banyak kemiripan, seperti lagu “Jika Surga Dan Neraka Tak Pernah Ada” (2004) yang dinyanyikan Chrisye featuring Ahmad Dhani dengan lagu Stephen Simmonds, musisi Swedia yang berjudul “Tears Never Dry” (1997).
Lalu lagu “Cinta Mati 2” – Mulan Jameela (2009) yang mirip dengan "Real Life" milik Sergio Mendes (1984), musisi terkenal asal Brasil.
Kemudian ada lagu “Cinta Mati 3” – Mulan Jameela (2010) yang mirip dengan "Do You Believe in Love" milik Michael English (1991).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.