JAKARTA, KOMPAS.com - Album terbaru penyanyi pop Sabrina Carpenter, "Man's Best Friend", yang akan rilis pada 29 Agustus mendatang, sudah mencuri perhatian tetapi juga menuai kontroversi.
Meskipun digadang-gadang akan mendapat sambutan hangat mengingat kesuksesan tur "Short n' Sweet" Carpenter sebelumnya, proyek ini justru diwarnai skeptisisme, bahkan penolakan terang-terangan di media sosial.
Akar kontroversi terletak pada judul album dan desain sampulnya.
Baca juga: Sabrina Carpenter Berniat Larang Ponsel di Konsernya, Siap Diprotes Penggemar
Sampul album minimalis itu menampilkan Carpenter berpose merangkak di kaki seorang pria yang tak terlihat wajahnya, dengan tangan pria tersebut menggenggam rambutnya.
Gambar film yang buram ini, dipadukan dengan judul "Man's Best Friend" (Sahabat Terbaik Manusia), membuat banyak orang merasa bahwa Carpenter mengobjektifikasi dirinya di bawah kendali pria.
Melansir ScreenRant, beberapa pihak merasa sampul dan judul album ini kehilangan sentuhan satir atau humor cerdas yang biasa mereka harapkan dari Carpenter.
Baca juga: Kali Pertama Menang Grammy Awards, Sabrina Carpenter: Aku Mau Nangis
Mereka keberatan dengan Carpenter yang seolah mempromosikan perbandingan dirinya dengan anjing yang patuh pada kehendak pria.
Namun, kritik ini mendapat balasan skala besar dari para pendukung Carpenter.
Banyak pengguna internet yang membela sang musisi, berargumen bahwa persona Sabrina Carpenter memang sudah memiliki citra yang berani, di mana banyak lagu-lagunya pun mengandung kiasan dewasa.
Oleh karena itu, mereka menganggap aneh mengapa ekspresi citranya yang terbuka kini tiba-tiba dipermasalahkan.
Para pembela album ini juga menyoroti adanya korelasi antara single utama album, "Manchild", dan judul album.
Lagu "Manchild" sendiri mengkritik pria yang tidak kompeten dalam hubungan dan berharap pasangannya merawat mereka seperti sosok ibu.
Hal ini menunjukkan bahwa album Carpenter tidak menempatkan pria di atas wanita, bahkan mungkin justru 'merendahkan' mereka secara jenaka.
Penyanyi Carly Simon pernah mengalami situasi serupa ketika albumnya, Playing Possum, dirilis pada tahun 1975.
Simon membela Carpenter, menyatakan bahwa "Carpenter tidak melakukan sesuatu yang keterlaluan".
Simon berpendapat, wanita lebih sering mendapat ejekan saat mengekspresikan sisi yang berani dari diri mereka dibanding pria. Hal ini terlihat pada album Rolling Stones, Sticky Fingers, yang menampilkan gambar sugestif seorang pria.
Pada akhirnya, kontroversi ini menyoroti kembali perdebatan seputar ekspresi artistik dan interpretasi publik terhadap citra selebriti, terutama di era media sosial.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.