Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

Didi Riyadi Ungkap Konflik Apartemen Cilandak: IPL Naik, Bentrokan, hingga Dugaan Dana Janggal

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Disya Shaliha
Musisi dan Aktor Didi Riyadi mengeluhkan kenaikan iuran di apartemennya di kawasan Cilandak, Senin (18/8/2025)
Penulis: Disya Shaliha
|
Editor: Tri Susanto Setiawan

JAKARTA, KOMPAS.com – Musisi sekaligus aktor Didi Riyadi mengungkap adanya konflik antara warga dan pengelola apartemen tempatnya tinggal di kawasan Cilandak.

Menurut Didi, perseteruan itu dipicu kenaikan iuran pengelolaan lingkungan (IPL) hingga 54 persen tanpa transparansi yang jelas.

Baca juga: Protes Iuran Apartemennya Naik 54 Persen, Didi Riyadi Tuntut Transparansi Pengelola

Berikut rangkuman penjelasan Didi:

1. Kenaikan IPL jadi pemicu konflik

Didi menyebut kenaikan IPL secara sepihak menimbulkan kemarahan dan kecurigaan warga.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Pemicunya adalah kenaikan IPL sebesar 54 persen, dan itu yang memicu kemarahan warga. Ini ada apa, gitu loh?” kata Didi.

Baca juga: Didi Riyadi Pertanyakan Sikap Polri Minta Sukatani Jadi Duta: Cukup Berikan Ruang Aman Berekspresi

Ia menegaskan kebijakan tersebut seharusnya diputuskan melalui Rapat Umum Anggota (RUA), bukan ditetapkan sepihak oleh pengelola.

2. Berujung bentrokan fisik

Kurangnya transparansi membuat konflik semakin memanas.

“Makanya dari situ bentrok antara warga dengan pengurus terjadi,” ujar Didi.

Baca juga: Apresiasi Sikap Sukatani Tolak Jadi Duta Polri, Didi Riyadi: Kalau Diterima Gerak Terbatas

Menurutnya, pihak pengelola bahkan sempat mengerahkan petugas keamanan hingga polisi turun tangan untuk meredakan situasi.

3. Dugaan penyelewengan dana

Sebagai bentuk protes, warga akhirnya sepakat menyegel kantor manajemen apartemen.

Didi mengungkap, tim pengawas menemukan sejumlah kejanggalan dalam alur keuangan.

Baca juga: Masih Sama-sama Single, Putri Patricia Jawab Rumor Pacaran dengan Didi Riyadi Setelah 20 Tahun

“Pengawas menemukan banyak temuan lalu lintas uang yang enggak jelas,” katanya.

Ia menambahkan, ada transaksi dengan sistem tarik-setor manual yang dianggap janggal di era digital.

“Itu baru salah satu contoh. Kalau saya paparkan semua, banyak sekali,” jelas Didi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi