JAKARTA, KOMPAS.com - Musisi Cholil Mahmud berbicara soal kemungkinan-kemungkinan konser musik tanpa sponsor setelah kejadian yang dialami Pestapora 2025.
Sejumlah band/musisi, termasuk Efek Rumah Kaca yang digawangi Cholil, memutuskan untuk mundur dari Pestapora setelah mengetahui keterlibatan PT Freeport Indonesia sebagai sponsor.
Menurut Cholil, acara-acara musik di Indonesia memang sudah terbiasa dengan bantuan sponsor untuk membantu biaya produksinya.
Baca juga: Ketika Sejumlah Musisi Pilih Tetap Manggung di Pestapora, Suarakan Keresahan...
"Secara keseluruhan memang karena kita sudah terbiasa dengan sponsorship gitu ya, jadinya memang lebih berat untuk membangun ekosistem yang lebih apa ya, yang lebih ramah buat seluruhnya gitu ya," kata Cholil saat ditemui di Jakarta Selatan, Senin (8/9/2025).
Cholil Mahmud mengatakan di luar negeri beberapa acara musik besar sudah bisa mandiri tanpa keterlibatan banyak sponsor.
"Mereka cukup dengan ticketing, merchandising, lalu mungkin F&B di tempat, mereka akan bisa, apa namanya, bikin satu konser bisa jalan gitu," ujar vokalis sekaligus gitaris Efek Rumah Kaca itu.
Baca juga: Momen Haru Pestapora, Tangis Kiki Ucup Pecah dalam Pelukan Desta
Peristiwa yang terjadi di Pestapora bisa menjadi pelajaran berharga bagi promotor, musisi yang terlibat, hingga penonton yang sudah membayar tiket.
Cholil Mahmud melihat peluang Indonesia menggelar acara musik besar tanpa sponsorship itu bisa saja direalisasikan dengan beberapa syarat.
Syarat pertama, tentu saja, penonton harus rela membayar tiket lebih mahal agar promotor tak perlu mengajukan proposal kerja sama dengan brand-brand demi menopang biaya produksinya.
"Kedua, artis juga mungkin jangan terlalu mahal. Kalau artis jangan terlalu mahal, berarti itu gaya hidup artis juga enggak boleh terlalu mewah," ungkap Cholil.
Baca juga: Batal Manggung di Pestapora, Silampukau Tampil Dadakan di Pos Bloc
Pilihan gaya hidup musisi itu sebenarnya akan menentukan berapa harga yang diminta untuk tampil di sebuah acara musik.
"Kalau dia terlalu mewah (gaya hidupnya), dia akan minta harga yang tinggi dan memaksa promotor untuk mencari dana lain yang mana itu dari sponsorship," kata Cholil.
Cholil Mahmud juga berharap pemerintah bisa ikut membantu dengan menyediakan infrastruktur dan tempat dengan harga terjangkau.
Itu bisa sangat menekan biaya produksi yang mahal karena ongkos sewa tempat biasanya juga cukup tinggi.
Baca juga: Sal Priadi Suarakan Isu Perubahan Iklim di Panggung Pestapora 2025
"Dan mungkin kalau pemerintah mau ikut membantu infrastruktur yang bagus, tempat, harganya enggak terlalu mahal," sambungnya.
Sejauh ini, Cholil Mahmud melihat di kota-kota besar di Indonesia peluang menggelar acara musik tanpa bantuan sponsor besar sangat mungkin dilakuka.
"Di kota-kota besar gue pikir orang mau ngeluarin seminggu sekali beli Rp100.000 nonton band yang dia suka, itu masih bisa," kata Cholil.
Sementara di kota-kota lain, sebaiknya konsep ini disesuaikan dengan upah minimum regional (UMR) agar ekosistemnya tetap berjalan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.