Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tumbuh bersama kekuatan mimpi perempuan Indonesia

5 Highlight Konser Muse Live in Jakarta 2025, Penantian Panjang Terbayar Tuntas

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Revi C Rantung
Konser Muse: Live in Jakarta yang digelar di Carnaval Ancol, Jakarta Utara, Jumat (19/9/2025).
Penulis: Cynthia Lova
|
Editor: Andi Muttya Keteng Pangerang

JAKARTA, KOMPAS.com - Grup band asal Inggris, Muse, kembali menyapa penggemar Indonesia lewat konser Muse: Live in Jakarta di Carnaval Ancol, Jakarta Utara, Jumat (19/9/2025).

Penampilan ini menjadi momen istimewa karena mereka terakhir kali hadir di Indonesia pada 23 Februari 2007, atau 18 tahun silam.

Sejak awal hingga akhir, konser ini dipenuhi energi, nostalgia, dan interaksi hangat yang membuat penonton larut.

Lebih dari 20 lagu dibawakan, menghadirkan pengalaman musikal yang sulit dilupakan.

Kompas.com merangkum lima momen nostalgia yang tersaji di konser Muse kali ini.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Tutup Konser dengan Starlight, Muse: Kalian Bernyanyi Sangat Bagus, Sampai Jumpa Lagi

1. Pembukaan Muse yang membakar antusiasme

Konser Muse dimulai tepat pukul 19.30 WIB dengan “Unravelling” sebagai lagu pembuka.

Atmosfer melankolis dari intro itu seakan menjadi pemanasan sebelum energi besar dilepaskan.

Vokalis Matthew Bellamy menyapa lantang, “Halo Jakarta!” yang langsung membuat ribuan penggemar bersorak.

Tanpa menunggu lama, dentuman bas Chris Wolstenholme menggelegar melalui intro “Hysteria.”

Begitu nada itu terdengar, penonton berteriak histeris, ikut melompat, dan bernyanyi bersama.

Baca juga: Setelah 18 Tahun, Muse Bayar Kerinduan Penggemar Lewat Lagu-lagu Hits

Suasana pecah seketika, memberi sinyal bahwa konser ini akan penuh ledakan energi.

Ikoniknya permainan bas dalam “Hysteria” memang selalu jadi magnet tersendiri.

Di Jakarta, kekuatan itu kembali terbukti saat penonton larut dalam tempo cepat yang disajikan.

Muse seolah tahu cara membangkitkan memori kolektif penggemar sejak awal.

“Begitu intro ‘Hysteria’ dibawakan, penonton langsung berteriak histeris,” begitu menggambarkan semangat yang pecah di awal konser.

Baca juga: Hysteria Berkumandang, Muse Bikin Penonton Teriak Histeris

Momen pembuka ini menjadi titik balik perjalanan nostalgia yang baru dimulai.

Lihat Foto
KOMPAS.com/Revi C Rantung
Matthew Bellamy, vokalis Muse di Carnaval Ancol, Jakarta Utara, Jumat (19/9/2025).
2. Perjumpaan kembali setelah 18 tahun

Bagi penggemar, konser kali ini adalah momen berharga karena Muse terakhir kali tampil di Indonesia pada 23 Februari 2007.

Penantian panjang 18 tahun membuat antusiasme terasa berlipat.

Sejak tiket dijual, banyak yang mengaku tak ingin melewatkan kesempatan emas ini.

Dominic Howard, sang drummer, sempat menyampaikan rasa terima kasihnya.

Baca juga: Suasana Lokasi Konser Muse di Jakarta

“Sudah lama sekali sejak terakhir kami ke sini. Kalian bernyanyi sangat bagus. Sampai jumpa lagi,” ujar Dominic dari atas panggung.

Ucapan sederhana itu cukup membuat penonton terharu.

Bagi sebagian penggemar, musik Muse adalah teman perjalanan hidup sejak masa sekolah atau kuliah.

Menyaksikan mereka secara langsung kembali di Jakarta bukan hanya sekadar konser, tapi juga perjalanan emosional yang meneguhkan ikatan lama.

Kehadiran Muse kali ini juga terasa makin bermakna karena konser tersebut menjadi bagian dari rangkaian menuju perayaan 20 tahun Hammersonic Festival 2026, salah satu festival musik rock dan metal terbesar di Asia Tenggara.

Baca juga: Prediksi Setlist Konser Muse di Jakarta Hari Ini

3. Deretan hits Muse yang mengguncang panggung

Muse tak segan menampilkan parade hits yang sudah akrab di telinga penonton.

Lagu-lagu seperti “Supermassive Black Hole,” “Unintended,” “Time Is Running Out,” hingga “Uprising” dibawakan dengan aransemen energik.

Setiap lagu disambut teriakan dan nyanyian massal.

Penonton seolah menjadi paduan suara raksasa yang mengiringi Matthew Bellamy.

Dari awal hingga akhir, nyaris tak ada jeda bagi penggemar untuk beristirahat dari euforia.

Selain hits yang populer, Muse juga menghadirkan lagu lain seperti “Madness,” “Psycho,” dan “New Born.”

Baca juga: Muse Konser di Jakarta, Ini 10 Lagu Populernya

Total lebih dari 20 lagu dimainkan malam itu untuk memberi kepuasan penuh pada penggemar.

Penonton pun larut bernyanyi bersama sepanjang penampilan Muse.

Lihat Foto
KOMPAS.com/Revi C Rantung
Matthew Bellamy, vokalis Muse dalam konsernya di Carnaval Ancol, Jakarta Utara, Jumat (19/9/2025),
4. Interaksi hangat meski minim bicara

Meski dikenal bukan tipe band yang banyak berinteraksi, Muse tetap memberikan perhatian khusus untuk penonton Jakarta.

Matthew Bellamy sesekali melempar sapaan yang membuat suasana terasa akrab di tengah megahnya panggung.

“Halo Jakarta!” kembali ia teriakkan di sela penampilan.

Bahkan ia mencoba menggunakan bahasa Indonesia dengan mengucapkan “terima kasih,” yang langsung disambut sorakan riuh.

Baca juga: Rundown Konser Muse di Jakarta Hari Ini

Gestur kecil ini memberikan kesan manis. Muse menunjukkan bahwa meski musik adalah pusat dari konser, interaksi singkat tetap penting untuk menjalin kedekatan dengan penonton.

“Sang vokalis Matthew Bellamy tetap menyapa penonton di sela-sela penampilan,” begitu kesan yang menggambarkan betapa kehangatan bisa lahir dari kata sederhana di tengah megahnya musik rock.

5. Starlight jadi penutup penuh emosi

Setelah suguhan panjang, Muse menutup konser dengan “Starlight.”

Lagu yang begitu ikonik ini seakan menjadi simbol persahabatan antara band dan penggemar.

Begitu nada pertama dimainkan, seluruh penonton langsung ikut bernyanyi lantang.

Atmosfer berubah menjadi campuran syahdu dan megah.

Baca juga: Diskografi Muse, Band Internasional yang Bakal Konser di Indonesia

Sorakan, nyanyian, dan cahaya lampu ponsel menciptakan momen penuh emosi yang sulit dilupakan.

Lagu pamungkas ini terasa seperti klimaks dari seluruh perjalanan malam itu.

Usai penampilan, Dominic Howard menyampaikan terima kasih.

“Terima kasih Indonesia. Sudah lama sekali sejak terakhir kami ke sini. Kalian bernyanyi sangat bagus. Sampai jumpa lagi,” ujarnya menutup konser.

“Starlight” menjadi penutup sempurna yang bukan hanya menutup konser, tapi juga membuka harapan baru bagi pertemuan berikutnya.

Muse meninggalkan panggung dengan kenangan manis yang akan terus melekat di hati penggemar Indonesia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi