Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situasi Hong Kong Memanas, Polisi Larang Aksi Protes Menentang Triad

Kompas.com - 26/07/2019, 09:14 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

HONG KONG, KOMPAS.com - Kepolisian Hong Kong, pada Kamis (25/7/2019), melarang aksi protes yang direncanakan untuk menentang gerombolan triad.

Kelompok triad dicurigai berada di balik serangan pemukulan terhadap massa unjuk rasa pro-demokrasi di stasiun MRT yang berakibat 45 orang mengalami luka-luka.

Kendati dilarang, penyelenggara aksi protes mengatakan bakal tetap melanjutkan rencana unjuk rasa mereka pada akhir pekan.

Insiden pemukulan terhadap massa pengunjuk rasa dan warga sipil di stasiun hingga masuk ke dalam kereta di pinggiran Hong Kong terjadi pada Minggu (21/7/2019) lalu.

Baca juga: Massa Pengunjuk Rasa Diserang di Stasiun Hong Kong, 45 Orang Terluka

Para pelaku pemukulan digambarkan sebagai sekelompok pria yang mengenakan kaus putih, masker, serta membawa tongkat atau pentungan sebagai senjata.

Mereka menyerang tanpa pandang bulu, menyebabkan setidaknya 45 orang terluka dan harus mendapat perawatan di rumah sakit.

Kepolisian juga menuai kritik setelah dianggap lamban dalam mengatasi dan melakukan penindakan terhadap para pelaku pemukulan, sehingga muncul tuduhan bahwa aparat sengaja menutup mata terhadap gerombolan pro-pemerintah.

Baca juga: Apa Manfaat Makan Ubi Jalar Setiap Hari? Ketahui Efeknya pada Ginjal

Aksi pemukulan tersebut memicu amarah warga, yang kemudian merencakan untuk menggelar protes pada Sabtu (27/7/2019) besok, di wilayah pinggiran Yuen Long, di mana penyerangan itu terjadi.

Namun kepolisian Hong Kong, dalam langkah yang jarang terjadi, mengeluarkan surat larangan, dengan alasan khawatir massa pengunjuk rasa melakukan serangan balasan terhadap penduduk desa.

"Siapa pun yang keluar ke jalan untuk unjuk rasa, maka mereka akan melanggar hukum," ujar penjabat komandan polisi regional Tsang Ching-fo, kepada wartawan.

Baca juga: China Sebut Unjuk Rasa di Hong Kong Dilakukan Perusuh dan Tak Bisa Ditoleransi

Meski tanpa pemimpin yang mengatur pergerakan, saluran media sosial yang digunakan untuk menggerakkan massa dengan cepat dipenuhi pesan dari warga yang ingin bergabung dalam aksi.

Menurut SCMP, terakhir kali kepolisian Hong Kong melarang dan menolak permintaan untuk aksi protes adalah pada tahun 2014.

Kawasan Yuen Long di pinggiran Hong Kong berbatasan dengan China dan tempat tinggal bagi banyak warga pro-Beijing, juga memiliki reputasi panjang sebagai markas kelompok triad.

Baca juga: Malam 1 Suro 2025 Jatuh pada Malam Jumat Kliwon, Ini Mitos, Tradisi, dan Pantangannya

Pada Kamis (25/7/2019), polisi telah menahan 12 orang yang disebut berkaitan dengan aksi kekerasan pada Minggu lalu. Sembilan orang di antara yang ditahan dilaporkan memiliki hubungan dengan kelompok triad.

Hong Kong telah terjerumus dalam krisis terburuk dalam sejarah sejak munculnya aksi unjuk rasa menentang RUU Ekstradisi, yang ditegaskan pemerintah telah ditangguhkan.

Namun gerakan tersebut kini berkembang menjadi aksi menuntut reformasi demokrasi yang lebih luas.

Dalam rencana aksi mendatang, massa unjuk rasa berencana menggelar protes di dalam bandara Hong Kong pada Jumat (26/7/2019), serta menggelar pawai pada Minggu (28/7/2019).

Baca juga: China Bisa Tempatkan Pasukan Padamkan Aksi Protes Hong Kong jika...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
 
Pilihan Untukmu
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Tren

Apa Manfaat Makan Ubi Jalar Setiap Hari? Ketahui Efeknya pada Ginjal
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Prov

Malam 1 Suro 2025 Jatuh pada Malam Jumat Kliwon, Ini Mitos, Tradisi, dan Pantangannya
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Hype

Adam Suseno Belum Sadarkan Diri, Inul Daratista: Sepertinya Kena Penyakit Ain
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Tren

Kemenaker Ungkap Penyebab Gagal Dapat BSU 2025 walau Lolos Verifikasi, Apa Saja?
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Tren

Lantai Gereja Saint-Philibert Dibongkar, Ada Tangga Kuno dan Ruang Isi Puluhan Jasad
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Tren

Benarkah Menunda Sarapan Bisa Kurangi Kadar Gula Darah di Pagi Hari? Ini Hasil Penelitiannya
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Tren

Cerita Sema, Derita Gagal Ginjal Stadium 5 di Usia 32 Tahun, Sempat Tak Nafsu Makan Berbulan-bulan
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

News

PSI Tetapkan 3 Caketum, Kaesang Dapat Nomor Urut 2
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Prov

Dikecam Warganet Brasil, Basarnas Jawab Kritik atas Lambatnya Evakuasi Pendaki Juliana Marins
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Regional

Cerita Bocah Kelas 5 SD Sempat Koma 3 Hari Akibat Diabetes, Keluarga: Kebiasaan Jajan Makanan Instan
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Edukasi

Pendaftaran Magang Berdampak 2025 Dibuka, Wamen Stella: Rata-rata Gaji Alumni Capai Rp 5,5 Juta
api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Prov

Kapan Malam 1 Suro 2025? Cek Kalender Jawa Juni 2025 dan Wetonnya
api-2 . LATEST


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kecam Serangan ke Iran, China Tuduh AS Perburuk Situasi Timur Tengah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau