Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Sebagai seorang petani, saya memiliki hitung-hitungan sendiri soal kapan harus mulai menanam dan kapan bisa dipanen.
Pada 14 April lalu, saya sudah mulai menanam benih pagi. Perhitungannya, diharapkan sebelum bulan Juli nanti mestinya padi sudah bisa dipanen dan segera diganti menanam palawija.
Pada waktu itu sebenarnya curah hujan terbilang cuku bagus. Akan tetapi semakin ke sini, semakin jarang ada hujan di sini, bahkan cuaca sangat terik.
Baca juga: Lagunya Dipakai Bocah Pacu Jalur, Penyanyi AS Melly Mike Terbang ke Riau Tanpa Bayaran
Padahal tanaman padi sangat membutuhkan cukup banyak air. Dengan hujan yang semakin jarang, otomatis pengairan padi di sawah terganggu.
Tanaman padi yang berumur 15-50 hari memerlukan penggenangan air sekitar 2-3 cm. Dengan cuaca terik yang melanda tentu memengaruhi keadaan air di sawah. Air jadi cepat menyerap ke dalam tanah.
Baca juga: Cek Status NIK KTP untuk Bansos 2025, Apakah Nama Kamu Masih Terdaftar?
Sebenarnya sumber air untuk tanaman padi di sawah selain dari air hujan juga ada irigasi. Akan tetapi, sayangnya sistem irigasi di tempat saya tinggal tidak berfungsi dengan baik.
Akhirnya para petani di sini membuat sumur sendiri baik dibantu oleh mesin diesel atau tenaga listrik.
Terjadinya perubahan iklim secara drastis akibat pemanasan global memang tidak dapat dihindari dan tentu hal ini akan berdampak pada sektor pertanian.
Baca juga: 10.000 Data Konsumen Ninja Xpress Dicuri, Ratusan Konsumen Terima Paket Berisi Sampah
Fenomena panas ekstrem yang terjadi belakangan ini sangat memengaruhi pertanian, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dampak langsung dari panas ekstrem ini, seperti terjadinya kerusakan tanaman, pertumbuhan akar dan pucuk yang tidak sempurna, dan lainnya.
Sementara dampak tak langsungnya bisa terlihat dari menurunnya hasil panen, kenaikan biaya produksi, dan lainnya.
Baca juga: Jual Cangkang Telur, Warganet Hasilkan Rp 3,6 Juta per Bulan di Tengah Ekonomi Lesu
Fenomena cuaca panas ekstrem yang melanda akhir-akhir ini juga menyebabkan penurunan kesuburan tanah. Padahal, kesuburan tanah menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap pertanian, kehutanan, dan ladang.
Berdasarkan penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), setiap 1 derajat kenaikan suhu di malam hari akan menurunkan 10 persen tingkat kesuburan padi.
Dari apa yang saya alami, berikut dampak cuaca panas ekstrem bagi tanaman padi.
Baca juga: KPK Bawa-bawa Nama Jokowi soal Dugaan Korupsi Kuota Haji di Era Menag Yaqut
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya