Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/08/2023, 08:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.comEnergi terbarukan belum bisa berkompetisi dengan bahan bakar fosil karena belum adanya insentif dan subsidi unutk energi terbarukan di Indonesia.

Di sisi lain, pemerintah juga membutuhkan pendanaan untuk mengadakan proyek energi terbarukan.

Hal tersebut mengemuka dalam diskusi yang diselenggarakan Institute for Essential Services Reform (IESR) bersama konsorsium Energy Transition Policy Development Forum (ETP) bagian dari ASEAN Energy Business Forum yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, pada Jumat (25/8/2023).

Baca juga: Indonesia-Swedia Sepakat Konversi Sampah Jadi Energi Terbarukan

Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mendorong pemerintah untuk mengambil contoh kebijakan dan strategi terbaik yang pernah dilakukan oleh negara lain untuk mengakselerasi energi terbarukan.

Namun, strategi atau kebijakan tersebut masih harus diadaptasi dengan kearifan nasional untuk mengakomodasi situasi yang kompleks di sektor energi di Indonesia.

Dia menyampaikan, Indonesia membutuhkan ekosistem energi yang bisa mendukung investasi dan kerja sama.

“Kita harus cerdik dan kita membutuhkan inovasi dan pendekatan yang berbeda dari PLN untuk mendukung transisi energi,” kata Fabby dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.

Baca juga: Pemerintah Bali Targetkan 100 Persen Energi Terbarukan di Nusa Penida

Menurut Fabby, PLN harus mempersiapkan ekosistem dan didukung dengan kebijakan dan regulasi yang disediakan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk menarik lebih banyak investasi dan pendanaan publik dan swasta.

“Meskipun sektor swasta dan pemerintah kerap memiliki ekspektasi yang berbeda, tetapi kita harus tetap melangkah maju dengan berbagai keterbatasan yang ada,” ujar Fabby.

Dalam laporan Indonesia Sustainable Finance Outlook (ISFO) 2023, IESR menilai masih ada risiko investasi dari pengadaan proyek energi terbarukan yang diakibatkan oleh tarif yang kurang menarik.

Hal ini disebabkan rendahnya minat investor swasta pada proyek energi terbarukan serta kurangnya transparansi.

Baca juga: Pemanfaatan Energi Terbarukan Masih Rendah, Belum Ada Target yang Tercapai

Indonesia memerlukan reformasi pada lingkungan investasi yang bisa mendukung proyek energi terbarukan seperti kebijakan dan regulasi yang transparan, berdampak jangka panjang, serta memberikan kepastian berusaha.

Reformasi ini akan meningkatkan kepercayaan investor swasta dan lembaga keuangan internasional atas proyek energi terbarukan di Indonesia.

Fabby mengutarakan, sektor bisnis di Indonesia sebenarnya memiliki keinginan yang tinggi untuk mendukung pengembangan energi terbarukan.

“Namun, stabilitas dan konsistensi kebijakan harus ditetapkan terlebih dahulu untuk mempersingkat proses negosiasi antara pemerintah dan investor swasta,” jelas Fabby.

“Hal lainnya yang harus direformasi yaitu menyelaraskan agenda transisi energi antara satu badan dengan yang lain, harmonisasi kebijakan transisi energi antara pemerintah pusat dan daerah, serta interkonektivitas,” imbuhnya.

Baca juga: Ini Rekomendasi Tingkatkan Bauran Energi Terbarukan Indonesia

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Komentar
tiap lsm tertentu ada aktivitas trus jadi artikel, ini media massa apa humas climate warrior? demi tujuan pro pa ganda bersama ya

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Konservasi Harimau Sumatera Perlu Arah Jelas, SRAK Urgent Diterbitkan
Konservasi Harimau Sumatera Perlu Arah Jelas, SRAK Urgent Diterbitkan
LSM/Figur
Bencana Alam Terus Memberikan Tekanan pada Pasar Asuransi Global
Bencana Alam Terus Memberikan Tekanan pada Pasar Asuransi Global
Pemerintah
Pangkas Emisi, BLDF Tanam 23 Ribu Trembesi di Tol Trans Sumatera
Pangkas Emisi, BLDF Tanam 23 Ribu Trembesi di Tol Trans Sumatera
Swasta
PBB Ungkap 4 Masalah yang Bikin Dunia Makin Kacau jika Tak Diatasi
PBB Ungkap 4 Masalah yang Bikin Dunia Makin Kacau jika Tak Diatasi
Pemerintah
Riset: Serat Plastik Dongkrak Emisi Industri Fashion 7,5 Persen
Riset: Serat Plastik Dongkrak Emisi Industri Fashion 7,5 Persen
LSM/Figur
90.000 Tumpahan Minyak di Laut, Cuma 474 yang Dilaporkan, Tanggung Jawab Siapa?
90.000 Tumpahan Minyak di Laut, Cuma 474 yang Dilaporkan, Tanggung Jawab Siapa?
Pemerintah
Bank Dunia Danai Rehabilitasi Ekosistem Mangrove Indonesia
Bank Dunia Danai Rehabilitasi Ekosistem Mangrove Indonesia
Pemerintah
Program Agrosolution Pupuk Kaltim, Kisah Hadi Membangun Ketahanan Pangan Pertanian Organik
Program Agrosolution Pupuk Kaltim, Kisah Hadi Membangun Ketahanan Pangan Pertanian Organik
BUMN
Pemerintah Targetkan Rehabilitasi 41.000 Hektare Mangrove di 4 Provinsi
Pemerintah Targetkan Rehabilitasi 41.000 Hektare Mangrove di 4 Provinsi
Pemerintah
Mangrove Festival 2025 Banyuwangi, Ajak Masyarakat Rehabilitasi Ekosistem Pesisir
Mangrove Festival 2025 Banyuwangi, Ajak Masyarakat Rehabilitasi Ekosistem Pesisir
Pemerintah
Dua Perusahaan Disegel karena Picu Karhutla Seluas 430 Hektare
Dua Perusahaan Disegel karena Picu Karhutla Seluas 430 Hektare
Pemerintah
Mikroba Jadi Solusi Alami untuk Laut Tercemar Tumpahan Minyak
Mikroba Jadi Solusi Alami untuk Laut Tercemar Tumpahan Minyak
Pemerintah
Dilema AC, Menyejukkan Rumah, Memanaskan Bumi
Dilema AC, Menyejukkan Rumah, Memanaskan Bumi
LSM/Figur
WWF: Koridor Harimau Terputus, Dampak Genetik dan Ekologinya Serius
WWF: Koridor Harimau Terputus, Dampak Genetik dan Ekologinya Serius
LSM/Figur
Ahli Konservasi Ungkap Chaos yang Mungkin Terjadi jika Harimau Hilang dari Bumi
Ahli Konservasi Ungkap Chaos yang Mungkin Terjadi jika Harimau Hilang dari Bumi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau