Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Omelan dan Bentakan Orangtua Bisa Sebabkan Anak Trauma

Kompas.com - 23/07/2019, 08:24 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com – Banyak orangtua yang mulai meninggalkan kekerasan fisik pada anak-anaknya, namun tidak dengan kekerasan verbal. Tak sedikit orangtua yang masih berteriak, membentak, dan berkata kasar ketika buah hatinya melakukan kesalahan.

Walau tidak menyentuh fisik, kekerasan verbal juga melukai anak, apalagi jika dilakukan oleh orangtua, guru, atau pelatihnya. Anak bisa mengalami trauma emosional yang berdampak jangka panjang.

Hal paling buruk dari pola asuh orangtua semacan itu adalah rusaknya self-esteem anak, rusaknya kemampuannya untuk percaya dan membentuk hubungan, serta turunnya kemampuan akademik anak.

Temuan dari penelitian-penelitian terbaru juga mengungkap, kekerasan verbal yang diterima anak sama-sama merusak emosinya seperti halnya kekerasan fisik dan seksual. Anak juga lebih beresiko mengalami depresi dan kecemasan.

Orangtua mungkin tak menyadari tindakannya selama ini merupakan bentuk kekerasan verbal sehingga tanpa sadar terus melakukannya. Itu sebabnya sebagai orangtua kita perlu mengingat bahwa ketika sedang marah dan emosional, apa yang kita ucapkan pada anak bisa berpengaruh. 

Sebagai orangtua, kita menjadi role model bagi anak, sehingga jika kita sering kehilangan kontrol diri, melakukan kekerasan, dan tidak peduli pada perasaan anak, kita pun sedang membesarkan anak yang akan melakukan hal yang sama kelak.

Baca juga: Kekerasan Bukan Pola Asuh Mendisiplinkan Anak 

 

Seseorang dianggap melakukan kekerasan verbal pada anak jika melakukan hal-hal berikut:

  • Memberi label, meremehkan, mengumpat, dan mempermalukan. Misalnya: “Dasar kamu bodoh”, “anak sial’.
  • Menolak atau mengancam akan mengabaikan anak. Misalnya “Ibu menyesal melahirkan kamu”, “Seharusnya kamu dulu diadopsi”. Kekerasan semacam ini akan menciptakan kesan anak tidak diinginkan dalam keluarga.
  • Mengancam melakukan kekerasan fisik. Penelitian menunjukkan kaitan antara agresi verbal dan fisik. Orangtua yang sering berteriak ke anak ternyata adalah mereka yang juga pada akhirnya memukul anak. Demikian pula sebaliknya.
  • Menyalahkan anak. Misalnya, “Kalau kamu tidak ceroboh, adikmu tidak akan terluka” atau “Gara-gara kamu keluarga ini jadi berantakan.” Anak akan merasa sebagai anak yang buruk atau tidak layak bahagia.
  • Menggunakan sarkasme dan juga membandingkan dirinya dengan anak lain atau saudaranya.
  • Sering bertengkar dengan pasangan. Penelitian menunjukkan, anak yang sering melihat orangtuanya bertengkar akan merasa cemas dan depresi.

Baca juga: Kesalahan Pola Asuh yang Sering Dilakukan Orangtua Zaman Now

 Tanda anak menderita oleh kekerasan verbal:

  • Memiliki citra diri negatif. Misalnya anak akan mengatakan dirinya bodoh, tidak ada yang menyukainya. Anak juga mungkin akan menarik diri, jadi lebih pendiam, atau depresi.
  • Melakukan tindakan melukai diri.
  • Perilaku antisosial, misalnya ia akan memukul anak lain, sering bertengkar dengan teman sekelas, atau bersikap kejam pada hewan.
  • Perkembangan terganggu, dalam hal fisik, social, akademik, dan perkembangan emosionalnya. Ia mungkin akan sulit berteman, tertinggal dalam pelajaran, atau melakukan perilaku regresi seperti mengompol lagi, mengisap jempol, atau perilaku menarik-narik rambut.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya
6 Penyebab Seseorang Melakukan Ghosting dalam Hubungan, Takut Komitmen
6 Penyebab Seseorang Melakukan Ghosting dalam Hubungan, Takut Komitmen
Relationship
Hindari Drama Pagi Hari, Ini Cara agar Anak Berangkat Sekolah dengan Bahagia
Hindari Drama Pagi Hari, Ini Cara agar Anak Berangkat Sekolah dengan Bahagia
Parenting
3 Jenis Operasi Plastik Hidung, dari Silikon hingga Tulang Rawan
3 Jenis Operasi Plastik Hidung, dari Silikon hingga Tulang Rawan
Beauty & Grooming
6 Tas Branded Pria di Lelang KPK 2025, Ada Tas LV Seharga Rp 10 Jutaan
6 Tas Branded Pria di Lelang KPK 2025, Ada Tas LV Seharga Rp 10 Jutaan
Fashion
Mengenal Hifu Treatment di Eva Mulia Clinic, Perawatan Pengencang Kulit Wajah
Mengenal Hifu Treatment di Eva Mulia Clinic, Perawatan Pengencang Kulit Wajah
Beauty & Grooming
Apa Itu Ghosting? Arti, Penyebab, dan Dampaknya dalam Hubungan
Apa Itu Ghosting? Arti, Penyebab, dan Dampaknya dalam Hubungan
Relationship
Fenomena Manusia Tikus oleh Gen Z Bukan Ajang Adu Nasib Antar-Generasi
Fenomena Manusia Tikus oleh Gen Z Bukan Ajang Adu Nasib Antar-Generasi
Wellness
Tips Anak Tidur Siang Nyenyak, Jauhi dari Gadget dan Mainan Berisik
Tips Anak Tidur Siang Nyenyak, Jauhi dari Gadget dan Mainan Berisik
Parenting
BLACKPINK Akan Konser di Jakarta 2025, Intip Gayanya dari Timeless sampai Futuristik
BLACKPINK Akan Konser di Jakarta 2025, Intip Gayanya dari Timeless sampai Futuristik
Fashion
Pilates untuk Pemula, Cara Aman hingga Manfaatnya Menurut Instruktur
Pilates untuk Pemula, Cara Aman hingga Manfaatnya Menurut Instruktur
Wellness
Apa Itu Pembalut Biomaterial? Simak Manfaatnya untuk Kesehatan dan Lingkungan
Apa Itu Pembalut Biomaterial? Simak Manfaatnya untuk Kesehatan dan Lingkungan
Wellness
4 Cara Mengoptimalkan Tidur Siang Anak, Jangan Terlalu Sore
4 Cara Mengoptimalkan Tidur Siang Anak, Jangan Terlalu Sore
Parenting
Cara Mudah Membujuk Anak untuk Tidur Siang
Cara Mudah Membujuk Anak untuk Tidur Siang
Parenting
Syifa Hadju Beberkan Caranya Menerapkan Gaya Hidup Ramah Lingkungan
Syifa Hadju Beberkan Caranya Menerapkan Gaya Hidup Ramah Lingkungan
Wellness
Menghadapi Fenomena Manusia Tikus pada Gen Z, 5 Hal yang Bisa Dilakukan Orangtua
Menghadapi Fenomena Manusia Tikus pada Gen Z, 5 Hal yang Bisa Dilakukan Orangtua
Wellness
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Konfirmasi Usia
Kami ingin memastikan iklan yang tampil sesuai dengan usia pembaca. Beberapa iklan memerlukan konfirmasi usia 21 tahun ke atas
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau