Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/10/2019, 22:08 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Usia ideal menikah, mungkin sering dipertanyakan banyak orang. Terutama di Indonesia, yang menjadi tempat pertanyaan, “Kapan kawin?” sering diajukan.

Banyak yang menganggap, dirinya masih terlalu muda untuk menikah. Sementara itu di sisi lain, pada usia yang sama, seseorang dianggap sudah pantas untuk menikah.

Dari sisi kesehatan dan sosial, usia ideal menikah sudah cukup sering dikaji. Hasilnya ternyata  berbeda dari usia legal menikah di Indonesia. Di sini, usia legal menikah untuk perempuan adalah 16 tahun, dan 19 tahun untuk laki-laki.

Sementara berdasar kajian, usia ideal menikah sebenarnya adalah pada pertengahan usia 20an hingga pertengahan usia 30an.

Berdasarkan penelitian yang dimuat di Institute for Family Studies, menikah di usia terlalu muda, sangat berisiko tinggi terhadap perceraian.

Tren perceraian tersebut kemudian terus berkurang seiring bertambahnya usia orang yang menikah. Namun, angka perceraian kembali mengalami sedikit peningkatan, pada kelompok orang yang menikah pada usia pertengahan 30an.

Pada hasil penelitian disebutkan, setelah menikah selama lima tahun, pasangan yang menikah di usia remaja memiliki risiko perceraian sebesar 32%.

Sementara itu, pasangan yang menikah di usia 20an awal, risiko perceraiannya menurun menjadi 20%.

Baca juga: 7 Rahasia Menghindari Perceraian dalam Berumah Tangga

Risiko perceraian kembali turun pada pasangan yang menikah di usia 25-29 tahun, yaitu sebesar 15%. Risiko terendah, dipercaya dimiliki oleh pasangan yang menikah di usia 30-34 tahun, yaitu sebesar 14%.

Setelah itu, pasangan yang menikah untuk pertama kali pada usia 35 tahun ke atas, memiliki kenaikan risiko perceraian, menjadi 19% selama lima tahun pertama pernikahan.

Dampak pernikahan di usia terlalu muda untuk kesehatan

Menurut riset yang dipublikasikan di US National Library of Medicine, menikah sebelum usia 18 tahun dapat menimbulkan berbagai kerugian, terutama untuk perempuan.

Menikah, hingga saat ini, hampir selalu dikaitkan dengan fungsi reproduksi. Sehingga, meski yang menikah adalah anak perempuan berusia 16-17 tahun, maka seolah “kewajiban” untuk memiliki keturunan pun tetap harus dipikul.

Padahal, apabila seorang perempuan masih berusia terlalu muda untuk melewati proses tersebut, berbagai konsekuensi bisa terjadi, di antaranya:

  • Angka gangguan dan komplikasi saat proses kehamilan dan persalinan yang tinggi
  • Risiko kekurangan nutrisi
  • Risiko gangguan kesehatan, yang bisa berujung pada kematian

Tidak hanya pada ibu, dampak merugikan ini pun akan dialami keturunannya kelak. Jika dibandingkan dengan bayi yang dikandung perempuan berusia 20-24 tahun, bayi pada perempuan yang berusia 19 tahun ke bawah, berada dalam kondisi berikut ini.

  • Berisiko 20-30% lebih tinggi mengalami berat badan lahir rendah.
  • Memiliki risiko kelahiran prematur
  • Berisiko 30-40% lebih tinggi mengalami stunting.

Meningkatnya angka gangguan kesehatan pada ibu berusia remaja, juga disebabkan oleh produksi ASI dan kolostrum yang sedikit, dibandingkan perempuan berusia dewasa. Padahal, ASI dan kolostrum sangatlah penting untuk membangun sistem imun yang baik untuk bayi.

Usia ideal menikah memang bisa berbeda, antara satu sama lain. Tidak semua orang yang menikah muda pasti akan bercerai. Sebaliknya, menikah di usia ideal pun tidak mutlak menjamin pernikahan yang awet.

Namun, dari segi kesehatan maupun kesiapan psikologis, usia memang berpengaruh. Karena itu, berbagai pertimbangan perlu dilakukan sebelum kamu memutuskan untuk menikah.

Baca juga: Meski Saling Cinta, Jangan Buru-buru Menikah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com