KOMPAS.com - Meski tengah dibalut kasmaran lantaran baru saja berkencan dengan sosok pujaan, kita sebaiknya tidak boleh terlena begitu saja akan perhatian dari pasangan.
Saking senangnya, terkadang kita tidak menyadari jika selama ini kita hanya dimanfaatkan oleh pasangan.
Terjebak terlalu lama dalam kondisi hubungan seperti itu hanya akan merugikan kita.
Baca juga: Kelurahan Ngagel Sudah Ingatkan Tumini untuk Tidak Tinggal di Ponten Umum
Hal ini bahkan didukung oleh studi terbaru yang dimuat dalam The British Journal of Social Psychology.
Studi itu dikerjakan oleh para peneliti asal China, yakni psikolog sosial Xijiang Wang dari City University of Hong Kong serta Hao Chen dari Nankai University.
Mereka berusaha menggali masalah hubungan yang berkaitan dengan bagaimana memanfaatkan pasangan sebagai alat untuk memudahkan pencapaian tujuan pribadi.
Baca juga: Lolos Verifikasi BSU 2025, tapi NIK Tidak Terdaftar di Pospay? Ini Penyebab dan Solusinya
Oleh para peneliti, pendekatan ini disebut sebagai perspektif instrumental atau instrumentally perspective.
Menurut Wang dan Chen, perspektif instrumental adalah hasil dari mode pertukaran pemikiran yang melibatkan analisis situasi biaya versus manfaat (cost-versus-benefits) yang berujung pada kepuasan hubungan yang buruk.
Mereka tertarik untuk memelajari topik tersebut karena melihat adanya perbedaan budaya dalam berkencan dan menikah.
Wang menjelaskan, dari sudut pandang perspektif instrumental, seseorang direndahkan menjadi sebuah alat yang berfungsi memfasilitasi pencapaian tujan orang lain.
Pada intinya, ketika kita menerapkan pendekatan tersebut, kita hanya memandang apakah orang lain berguna bagi kita atau tidak.
Sejumlah ahli berpendapat, terlepas dari kekhawatiran seseorang tentang tingkat kedekatan dan ikatan dalam interaksi sosial, banyak hubungan yang masih dipenuhi oleh perhitungan imbalan dan biaya.
Baca juga: Begini Kondisi Rumah Pria di Sleman yang Digeruduk Driver Shopeefood
Jika mengacu pada perspektif psikologi evolusioner, hubungan romantis merupakan permainan strategis di mana masing-masing pihak menggunakan nilai yang mereka miliki, kemudian ditukar dengan nilai pada pihak lain.
Sebagai contoh, wanita dapat memanfaatkan daya tarik fisik mereka untuk ditukar dengan harta yang dimiliki seorang pria.
Sebaliknya, pria juga dapat menggunakan status mereka untuk ditukar dengan kesuburan wanita.
Baca juga: Penyelam Temukan Kerangka Manusia di Dalam Mobil, Diduga Terkait Orang Hilang 15 Tahun Lalu