JAKARTA, KOMPAS.com — Unjuk rasa yang diwarnai aksi anarkistis oleh sopir taksi, bajaj, dan angkutan kota KWK, Selasa (22/3/2016), menimbulkan banyak korban luka dan kendaraan rusak, termasuk terhadap sopir taksi, sopir bus, serta driver Go-Jek dan Grab Bike.
Aksi saling serang sempat terjadi antara sopir angkutan umum dan pengemudi ojek berbasis aplikasi. Namun, aparat kepolisian berhasil meredakannya.
CEO Go-Jek Nadiem Makarim merespons peristiwa tersebut dengan memberikan imbauan kepada para driver. Nadiem mengaku prihatin dengan para korban, dan meminta semua pengemudi Go-Jek tidak terlibat dalam unjuk rasa, apalagi sampai melakukan aksi anarkistis.
Baca juga: 10 Sekolah Kedinasan Sepi Peminat, Bisa Kuliah Gratis dan Lulus Jadi CPNS
"Saya pun sedih melihat rekan kami menjadi korban kekerasan ini, tetapi tolong diingat, kekerasan tidak akan menguntungkan siapa pun dan hanya akan merugikan diri kita sendiri dan keluarga," demikian pesan Nadiem melalui keterangan tertulis, Selasa (22/3/2016).
Nadiem tidak percaya, unjuk rasa tersebut mempermasalahkan regulasi yang dilanggar perusahaan penyedia jasa transportasi online atau berbasis aplikasi. Menurut dia, ini semua hanya masalah kompetisi.
"Susah juga bilang soal regulasi karena semuanya sudah badan hukum. Semuanya sudah bayar pajak. Menurut saya, ini masalah kompetisi. Sebenarnya, unsur (permasalahan) soal kompetisi," kata Nadiem.
Baca juga: SBY Sebut Masa Depan Dunia Ditentukan 5 Orang Kuat: Netanyahu, Khamenei, Trump, Putin, Xi Jinping
Terkait dengan aksi unjuk rasa tersebut, dia mengancam bahwa para driver yang ikut melakukan kekerasan akan diserahkan kepada kepolisian dan putus hubungan kemitraan dengan Go-Jek. Menurut dia, keberadaan perusahaan penyedia jasa transportasi online, seperti Go-Jek, memungkinkan tukang ojek mendapat penghasilan yang kena pajak.
"Siapa pun yang inisiasi, apa pun bentuk kekerasannya, akan kami lapor ke polisi, termasuk yang (demo) tadi, kami akan memfasilitasi polisi," kata Nadiem.
Uber panen rezeki
Jika tuntutannya adalah menolak angkutan berpelat hitam yang berbasis aplikasi, maka tidak tepat jika sopir angkutan umum yang berunjuk rasa menumpahkan kekesalannya kepada ojek berbasis aplikasi.
Baca juga: Kenapa Sopir Truk Demo Tolak Aturan ODOL di Berbagai Daerah?
Adapun yang ditolak para sopir angkutan umum adalah Uber, yang menggunakan pelat hitam sehingga sangat menyerupai mobil pribadi.
Namun, siapa sangka, pengemudi Uber justru meraup untung besar saat sopir angkutan umum berunjuk rasa kemarin.
"Permintaan hari ini sangat tinggi hingga harga ramai terjadi sampai perkalian 5 di daerah tertentu. Selain itu, jangan lupa bahwa khusus di hari ini, Anda bisa mendapatkan Rp 50.000 per jam online. Lihat ketentuannya di t.uber.com/insentifJKT. Tetap berhati-hati di jalan dan mengemudi dengan aman. Uber ON!" Begitu bunyi SMS yang diberikan manajemen Uber kepada para driver-nya, Selasa (22/3/2016).
Baca juga: Profil Kakek Al Ghazali, Harjono Sigit yang Mantan Rektor ITS dan Arsitek Pasar Atom
Bahkan, driver Uber juga diberikan bonus dua kali lipat dari biasanya.
"UBER: Mengantisipasi banyaknya permintaan hari ini, semua biaya perjalanan Anda kami bayarkan 2xlipat. Khusus hari ini sampai pukul 00.00."
Untuk mengantisipasi jebakan yang bisa membahayakan, manajemen Uber meminta para pengemudinya menghindari titik-titik lokasi unjuk rasa sopir angkutan umum.
"Tetap berhati-hati dan hindari daerah Kemenkominfo, Parkir Timur Senayan sampai DPR RI, Thamrin, Sudirman dan Gatot Subroto."