Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sang Ayah Ambilkan Rapor Reyhan, Remaja Masjid yang Tewas Saat 22 Mei

Kompas.com - 14/06/2019, 07:21 WIB
Verryana Novita Ningrum,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Siang itu, Agus Salim baru saja selesai mengambil rapor anaknya, almarhum Muhammad Reyhan Fajari.

Seperti orangtua lainnya, Agus Salim penasaran dengan nilai anaknya yang telah lulus sekolah menengah pertama (SMP) tersebut. Bedanya, Reyhan kini telah tiada.

"Guru Reyhan bilang, nilainya terbilang bagus di antara murid lain," kata Agus Salim saat ditemui di kediamannya Jalan Petamburan 5, Jakarta Pusat pada Kamis (13/06/2019).

Baca juga: Hasil Autopsi Harun Rasyid Keluar, Polri Masih Tunggu Hasil Investigasi Tim Pencari Fakta

Dia lalu berbincang dengan guru Reyhan. Katanya, Reyhan memang murid yang mudah bergaul dan sesekali jahil.

Bahkan, ia punya panggilan 'kesayangan' untuk salah satu gurunya.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

"Jadi, wali kelas dia pernah sakit dan harus dirawat lama di Singapura. Guru pengganti memperkenalkan diri, eh Reyhan nyeletuk, 'Ibu tiri dong'," kata Agus mengenang anaknya yang tutup usia di umur 16 tahun itu.

Namun, kejahilannya itu tak membuat guru tersebut marah. Dia bahkan akrab dengan guru tersebut.

Begitu pula di lingkungan rumah, Reyhan termasuk anak yang aktif berkegiatan di masjid.

Bisa dibilang, Reyhan adalah remaja masjid di Masjid Istiqomah.

Sayangnya, kegiatan pada 22 Mei 2019 menjadi kegiatan Reyhan yang terakhir di Masjid Istiqomah dekat rumahnya itu.

Dia dan teman-temannya sedang kerja bakti di masjid itu ketika tiba-tiba terdengar suara keributan di Jalan Aipda KS Tubun.

"Namanya remaja, penasaran mau lihat ramai-ramai apa," ujar Agus. Namun, saat itu situasi sudah pecah dan tidak kondusif. 

Agus mengatakan, Rayhan terluka dan dibawa ke Masjid Al Barokah. Tidak lama, dia pun dievakuasi ke Rumah Sakit Angkatan Laut.

Namun sayang, nyawa putra kedua dari tiga bersaudara ini tidak tertolong. Dia mengembuskan napas terakhirnya pagi itu. 

Baca juga: Wiranto Pastikan Investigasi Kerusuhan 22 Mei Libatkan Komnas HAM

Dokter rumah sakit merujuk keluarga korban agar jenazah Rayhan diotopsi ke RS Polri Kramatjati.

Namun, Agus enggan menyebut penyebab kematian anaknya, dia menyerahkan kasus ini kepada yang berwajib.

"Kalau mau tahu penyebabnya, ya, tanya RS Kramatjati, kalau saya sudah ikhlas. Ini memang takdir Reyhan, kita semua juga pasti meninggal," kata Agus.

Kini, tiga minggu setelah kepergian Reyhan, Agus hanya bisa melihat wajah anaknya itu melalui foto-foto yang ada di layar ponselnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya
Polisi Buka Kemungkinan Ekshumasi Jasad Diplomat Kemlu
Polisi Buka Kemungkinan Ekshumasi Jasad Diplomat Kemlu
Megapolitan
Tuding Ijazah Jokowi Palsu, Dokter Tifa: Tak Mungkin KKN Awal 1985, tapi Tahun Itu Wisuda
Tuding Ijazah Jokowi Palsu, Dokter Tifa: Tak Mungkin KKN Awal 1985, tapi Tahun Itu Wisuda
Megapolitan
KRL Baru Jabodebek Dilempar Batu di Bogor, Kaca Pintu Retak
KRL Baru Jabodebek Dilempar Batu di Bogor, Kaca Pintu Retak
Megapolitan
Update Kasus Ijazah Jokowi: Naik Penyidikan, Belum Ada Tersangka
Update Kasus Ijazah Jokowi: Naik Penyidikan, Belum Ada Tersangka
Megapolitan
Saat Wujud Ijazah Jokowi Dipertanyakan…
Saat Wujud Ijazah Jokowi Dipertanyakan…
Megapolitan
Menjelang Tahun Ajaran Baru, Penjualan Seragam di Pasar Kramat Jati Lesu
Menjelang Tahun Ajaran Baru, Penjualan Seragam di Pasar Kramat Jati Lesu
Megapolitan
Pedagang Ngaku Terpaksa Jual Rokok Ilegal di Palmerah: Daripada Menganggur
Pedagang Ngaku Terpaksa Jual Rokok Ilegal di Palmerah: Daripada Menganggur
Megapolitan
Rokok Ilegal Dijual Terang-terangan di Jakbar, Tanpa Cukai dan Peringatan Kesehatan
Rokok Ilegal Dijual Terang-terangan di Jakbar, Tanpa Cukai dan Peringatan Kesehatan
Megapolitan
Warga Ciledug Indah Harap Janji Penanganan Banjir Tak Sekadar Ucapan
Warga Ciledug Indah Harap Janji Penanganan Banjir Tak Sekadar Ucapan
Megapolitan
Komplotan Jambret Rp 300 Juta di Depok Ternyata Intai Korban dari Dalam Bank
Komplotan Jambret Rp 300 Juta di Depok Ternyata Intai Korban dari Dalam Bank
Megapolitan
Berkas Lengkap, Jhonatan Frizzy Diserahkan ke Kejari atas Kasus Vape Berisi Obat Keras
Berkas Lengkap, Jhonatan Frizzy Diserahkan ke Kejari atas Kasus Vape Berisi Obat Keras
Megapolitan
JPO TB Simatupang Gelap dan Rusak, Warga Sampai Gunakan Senter Handphone
JPO TB Simatupang Gelap dan Rusak, Warga Sampai Gunakan Senter Handphone
Megapolitan
Setelah 16 Tahun Disuntik APBD, PT Migas Bekasi Akhirnya Balik Modal dan Setor Dividen
Setelah 16 Tahun Disuntik APBD, PT Migas Bekasi Akhirnya Balik Modal dan Setor Dividen
Megapolitan
Tiga Pelaku Komplotan Jambret Rp 300 Juta di Depok Masih Buron
Tiga Pelaku Komplotan Jambret Rp 300 Juta di Depok Masih Buron
Megapolitan
Kenaikan Tunjangan Guru PAI Non-ASN Disambut Positif: Ibarat Oase di Tengah Kemarau
Kenaikan Tunjangan Guru PAI Non-ASN Disambut Positif: Ibarat Oase di Tengah Kemarau
Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau