Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riwayat Kampung Akuarium, Pernah Jadi Laboratorium Penelitian Fauna Laut Belanda

Kompas.com - 19/08/2020, 07:52 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kampung Akuarium yang berada di wilayah Penjaringan, Jakarta Utara menjadi sorotan publik setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan membangun kembali perkampungan padat penduduk tersebut.

Walaupun mendapat kritik dari sejumlah anggota DPRD DKI Jakarta, Anies tetap melanjutkan pembangunan Kampung Akuarium yang disebut Kampung Susun Akuarium.

Pembangunan Kampung Susun Akuarium merupakan bagian dari penataan 21 kampung prioritas sesuai Keputusan Gubernur Nomor 878 tahun 2018 tentang Gugus Tugas Pelaksanaan Penataan Kampung dan Masyarakat.

Baca juga: Pemprov DKI Akan Buat Galeri Cagar Budaya di Kampung Akuarium

Kampung susun itu nantinya dibangun di tanah seluar 10.300 meter persegi dengan total 241 unit hunian. Pembangunan Kampung Susun Akuarium ditargetkan selesai pada Desember 2021 mendatang.

Adapun sumber dana pembangunan ini tidak murni bersumber dari angaran pendapatan belanja daerah (APBD) Provinsi DKI Jakarta, melainkan direncanakan dari dana kewajiban pengembang senilai Rp 62 miliar.

Bagaimana sejarah Kampung Akuarium?

Sebelum dikenal sebagai perkampungan kumuh dan padat penduduk, pada zaman kolonial Belanda, Kampung Akuarium dikenal sebagai lokasi laboratorium milik Belanda.

Kampung Akuarium tepatnya berada di RT 1 dan RT 12 di RW 004, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Dikutip dari Instagram @dkijakarta, sebuah laboratorium Belanda semi permanen pernah dibangun pada tahun 1905 di utara Pasar Ikan (kini Kampung Akuarium) yang digunakan untuk penelitian laut atau sekarang dikenal sebagai Oseanografi dan merupakan bagian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Baca juga: Pemprov DKI: Proyek Kampung Akuarium Tak Pakai APBD

"Lahan tersebut yang kemudian menjadi pemukiman penduduk dan dikenal sebagai Kampung Akuarium," tulis keterangan dalam Instagram @dkijakarta, Sabtu (15/8/2020).

Sementara itu, berdasarkan catatan Oseanografi LIPI, sejarah Kampung Akuarium berawal dari 10 Januari 1898.

Kala itu, Dr. J. C. Koningsberger yang menjabat sebagai kepala Laboratorium Zoologi Pertanian bagian dari Kebun Raya Bogor milik pemerintah kolonial Hindia-Belanda, memiliki ketertarikan meneliti fauna darat dan fauna laut.

Baca juga: Gibran Akan Berkantor di Papua, Dapat Penugasan Khusus dari Prabowo

Dia kemudian mencari lokasi yang tepat untuk mendirikan sebuah laboratorium penelitian fauna laut. Dia pun memilih sebidang tanah tepatnya di sebelah utara Pasar Ikan.

Pembangunan laboratorium kemudian dimulai tahun 1904 dan selesai tahun 1905. Laboratorium itu dibangun dalam bentuk gedung semi-permanen disebut Visscherij Laboratorium te Batavia atau Laboratorium Perikanan di Batavia.

Dalam perkembanganya laboratorium itu lebih dikenal Visscherij Station te Batavia atau Stasiun Perikanan Batavia.

Baca juga: September 2020, Pemprov DKI Mulai Bangun Hunian di Kampung Akuarium

Pada tahun 1922, laboratorium dibangun menjadi gedung permanen. Lalu dibangun pula sebuah gedung akuarium air laut yang besar.

Akuarium itu mulai dibuka untuk masyarakat umum pada tanggal 12 Desember 1923, sebagai akuarium pertama di Indonesia dan di kawasan Asia Tenggara.

Hingga tahun 1960-an, lokasi itu dikenal sebagai Akuarium Pasar Ikan yang menjadi tujuan wisata warga Jakarta. Laboratorium kelautan lalu dipindahkan ke kawasan Ancol yang saat ini menjadi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.

Sementara itu, lahan bekas laboratorium dijadikan permukiman penduduk yang kini dikenal sebagai Kampung Akuarium.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya
Ketika Lukisan Adie Sampai ke Dedi Mulyadi tapi Ponsel Raib Dicuri...
Ketika Lukisan Adie Sampai ke Dedi Mulyadi tapi Ponsel Raib Dicuri...
Megapolitan
Tetangga Ungkap Diplomat Tewas di Kos Jual Mobilnya, Diduga Akan Pindah ke Luar Negeri
Tetangga Ungkap Diplomat Tewas di Kos Jual Mobilnya, Diduga Akan Pindah ke Luar Negeri
Megapolitan
Pemkot Sebut Bangunan Liar di Depok Mayoritas Punya Pendatang
Pemkot Sebut Bangunan Liar di Depok Mayoritas Punya Pendatang
Megapolitan
Bersaing Ketat, Dari 171 Peserta Wawancara, Hanya 6 yang Lolos PPSU
Bersaing Ketat, Dari 171 Peserta Wawancara, Hanya 6 yang Lolos PPSU
Megapolitan
DPRD Jakarta Soroti Serapan BPBD yang Rendah, Respons Bencana Terancam
DPRD Jakarta Soroti Serapan BPBD yang Rendah, Respons Bencana Terancam
Megapolitan
Atasi Banjir, Bangunan yang Berdiri di Bantaran Sungai Tangerang Bakal Digusur
Atasi Banjir, Bangunan yang Berdiri di Bantaran Sungai Tangerang Bakal Digusur
Megapolitan
Kos Tempat Diplomat Kemlu Tewas Punya Keamanan Ketat, Hanya Istrinya yang Pernah Masuk
Kos Tempat Diplomat Kemlu Tewas Punya Keamanan Ketat, Hanya Istrinya yang Pernah Masuk
Megapolitan
Sejumlah Kejanggalan Tewasnya Diplomat Kemlu di Jakpus
Sejumlah Kejanggalan Tewasnya Diplomat Kemlu di Jakpus
Megapolitan
Usai Di-PHK, Sudarminto dan Ridwan Berebut Kursi PPSU di Cipayung
Usai Di-PHK, Sudarminto dan Ridwan Berebut Kursi PPSU di Cipayung
Megapolitan
Korban Banjir Rawa Buaya Dapat Bantuan Biskuit hingga Sabun Mandi
Korban Banjir Rawa Buaya Dapat Bantuan Biskuit hingga Sabun Mandi
Megapolitan
Pakai Kode Nama Nabi, Bandar Narkoba di Kampung Boncos Ada yang Dipanggil 'Daud'
Pakai Kode Nama Nabi, Bandar Narkoba di Kampung Boncos Ada yang Dipanggil "Daud"
Megapolitan
Diplomat Kemlu Sempat Ditelepon Istrinya Sebelum Ditemukan Tewas
Diplomat Kemlu Sempat Ditelepon Istrinya Sebelum Ditemukan Tewas
Megapolitan
Dampak Banjir di Ciputat akibat Tanggul Jebol, Mobil Terseret Arus dan Naik ke Taman
Dampak Banjir di Ciputat akibat Tanggul Jebol, Mobil Terseret Arus dan Naik ke Taman
Megapolitan
Satpol PP Depok Bakal Gusur PKL dan Bangunan Liar di GDC dan Juanda
Satpol PP Depok Bakal Gusur PKL dan Bangunan Liar di GDC dan Juanda
Megapolitan
Jakarta Bantu Bekasi Salurkan Air Bersih, Pramono: Kita Bisa Produksi Lebih
Jakarta Bantu Bekasi Salurkan Air Bersih, Pramono: Kita Bisa Produksi Lebih
Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau