Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernah Dilecehkan Saat Kecil, Babeh Menjelma Jadi Pembunuh Berantai yang Habisi Nyawa 14 Anak

Kompas.com - 15/03/2021, 11:13 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan ini perhatian masyarakat tertuju pada aksi pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Rian (21) di daerah Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Usai mengajak beberapa perempuan untuk berkencan di penginapan, ia kemudian membunuh dan membuang mayat korban di pinggir jalan.

Rian berhasil diringkus oleh polisi pada tanggal 10 Maret 2021 di persembunyiannya di Depok, Jawa Barat.

Polisi menduga Rian akan kembali melancarkan aksinya jika tidak segera ditangkap. Ini terlihat dari polanya membunuh dua perempuan hanya dalam rentang waktu dua minggu.

Peristiwa pembunuhan berantai ini membuka kembali memori tentang tindakan yang dilakukan oleh Babeh alias Baekuni.

Baca juga: Babeh, Pelaku Pembunuhan dan Mutilasi Belasan Anak yang Berkedok Jadi Ayah bagi Para Korbannya

Pria kelahiran tahun 1961 ini mengaku sudah membunuh 14 anak jalanan, semua berjenis kelamin laki-laki. Sebagian dari mereka dimutilasi.

Sebelum dibunuh, korbannya disodomi terlebih dahulu.

Babeh telah memulai "perburuannya" sejak 1993. Sejak itu, ia melecehkan belasan anak lalu kemudian membunuh mereka.

Aksi keji babeh baru terungkap pada tahun 2010 ketika potongan mayat seorang anak yang menjadi korbannya ditemukan di dekat jembatan Banjir Kanal Timur di Jalan Raya Bekasi, Ujung Menteng, Cakung, Jakarta Timur.

Mayat terpotong lima tanpa kepala itu kemudian teridentifikasi sebagai Ardiansyah (9), pengamen jalanan.

Babeh dibekuk Sabtu (9/1/2010) pukul 03.00 WIB di rumah kontrakannya di Gang H Dalim RT 6 RW 2, Pulogadung, Jakarta Timur.

Baca juga: Fakta Pembunuhan Berantai di Bogor, Berkenalan di Medsos, Rian Tidak Jera dan Nikmati Bunuh Korban

Dilecehkan sewaktu kecil

Catatan Kompas.com, hidup Baekuni kecil dikepung cercaan sebagai ”si bodoh” karena sering tidak naik kelas.

Tak tahan menanggung hinaan tersebut, anak petani miskin di Magelang, Jawa Tengah, itu meninggalkan bangku kelas III SD-nya dan kabur ke Jakarta.

Baekuni hidup menggelandang di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, sampai suatu hari ia disodomi paksa oleh seorang preman.

Kenangan pahit tersebut membuat Baekuni mengidap paedofilia, atau gangguan kejiwaan berupa kecenderungan seksual terhadap anak-anak.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya
Desak Polisi Tangkap Penyebar Ranjau Paku, Relawan: Cari Pelakunya, Bukan Ranjaunya
Desak Polisi Tangkap Penyebar Ranjau Paku, Relawan: Cari Pelakunya, Bukan Ranjaunya
Megapolitan
Tenaga Ahli KPK Terima Rp 200 Juta dari Adhi Kismanto Usai Buat Software Clandestine
Tenaga Ahli KPK Terima Rp 200 Juta dari Adhi Kismanto Usai Buat Software Clandestine
Megapolitan
Tenaga Ahli KPK Bersaksi di Sidang Judol Komdigi, Akui Dapat Rp 200 Juta dari Adhi Kismanto
Tenaga Ahli KPK Bersaksi di Sidang Judol Komdigi, Akui Dapat Rp 200 Juta dari Adhi Kismanto
Megapolitan
ETLE Mobile Jaring Ratusan Pelanggaran Lawan Arus di Kampung Melayu
ETLE Mobile Jaring Ratusan Pelanggaran Lawan Arus di Kampung Melayu
Megapolitan
Ranjau Paku Teror Pengendara di Jalan Gatot Subroto, Pemprov dan Polisi Diminta Bertindak
Ranjau Paku Teror Pengendara di Jalan Gatot Subroto, Pemprov dan Polisi Diminta Bertindak
Megapolitan
PKL Kuasai Jalan di Pasar Senen, Ganggu Pengendara dan Pejalan Melintas
PKL Kuasai Jalan di Pasar Senen, Ganggu Pengendara dan Pejalan Melintas
Megapolitan
Cerita Loisa Kerja di Jepang Demi Impian Jadi Pionir Perawat di Papua…
Cerita Loisa Kerja di Jepang Demi Impian Jadi Pionir Perawat di Papua…
Megapolitan
Dilema Raperda Kawasan Tanpa Rokok: Antara Ekonomi dan Isu Kesehatan
Dilema Raperda Kawasan Tanpa Rokok: Antara Ekonomi dan Isu Kesehatan
Megapolitan
ART Zulkarnaen Diminta Pindahkan Tas Isi Uang Miliaran Rupiah ke Rumah Saudara
ART Zulkarnaen Diminta Pindahkan Tas Isi Uang Miliaran Rupiah ke Rumah Saudara
Megapolitan
Trotoar di Pasar Senen Dipenuhi Lapak PKL, Warga: Mau Jalan Kaki Saja Susah
Trotoar di Pasar Senen Dipenuhi Lapak PKL, Warga: Mau Jalan Kaki Saja Susah
Megapolitan
Diskon Pajak Hotel di Jakarta Dinilai Lebih Untungkan Tamu Ketimbang Pengusaha
Diskon Pajak Hotel di Jakarta Dinilai Lebih Untungkan Tamu Ketimbang Pengusaha
Megapolitan
Ada Festival Lari, Jalan Margonda dan Arif Rahman Ditutup Minggu Ini
Ada Festival Lari, Jalan Margonda dan Arif Rahman Ditutup Minggu Ini
Megapolitan
5 Tahun Patroli 'Ranjau', Usmanto Kumpulkan 2 Galon Paku
5 Tahun Patroli "Ranjau", Usmanto Kumpulkan 2 Galon Paku
Megapolitan
1 RT di Jakbar Masih Terendam Banjir, Ketinggian Air Capai 30 Cm
1 RT di Jakbar Masih Terendam Banjir, Ketinggian Air Capai 30 Cm
Megapolitan
Chat Zulkarnaen dan Istri Terungkap di Sidang Judol Komdigi: “Hari Ini Gue Dapat 3M”
Chat Zulkarnaen dan Istri Terungkap di Sidang Judol Komdigi: “Hari Ini Gue Dapat 3M”
Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau