Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terduga Teroris Condet dan Bekasi Pakai Kata Sandi "Takjil" untuk Sebut Bom

Kompas.com - 30/03/2021, 07:14 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Terduga teroris yang ditangkap Detasemen Khusus (Densus 88) Antiteror di dua tempat berbeda di Bekasi dan Condet, Jakarta Timur, menyebut bom dengan kode 'takjil'.

Hal itu disampaikan oleh Kapolda Metro Irjen Pol Fadil Imran di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (29/3/2021). Kata sandi itu merujuk pada bom berdaya ledak tinggi.

"Mereka mengistilahkan (bom) dengan istilah takjil. Setelah dicampurkan akan menghasilkan bom dengan ledakan besar," ujar Fadil, dilansir dari Tribunjakarta.com.

Tim Densus 88 menemukan lima bom rakitan dari empat terduga teroris tersebut. Kelimanya memiliki bahan peledak yang cukup untuk membuat 70 bom pipa.

"TATP (triacetone triperoxide) dari lima bom toples dengan berat 3,5 kg itu diperkirakan dapat membuat sekitar 70 bom pipa," ujar Fadil, menambahkan. TATP adalah bahan kimia yang sangat mudah terbakar dan tergolong "high explosive" atau berdaya ledak tinggi.

Baca juga: Kapolda Metro: Bahan Peledak yang Ditemukan di Condet dan Bekasi Setara 70 Bom Pipa

Peran keempat terduga teroris

Empat terduga teroris inisial ZA (37), BS (43), AJ (46) dan HH (56) berperan mulai dari penyedia dana dan pembuat bom.

"Peran penting HH. Dia yang merencanakan bersama ZA. Hadir dalam pertemuan amaliah. Kemudian membiayai dan mengirimkan video teknis pembuatan kepada 3 tersangka lain," beber Fadil.

Adapun peran ZA adalah membeli bahan baku bom setelah menerima kucuran dana. Dia juga yang membuat bom bersama BS.

Kemudian AJ membantu ZA selama pembuatan bahan peledak.

Fadil mengungkapkan, penangkapan keempat terduga pelaku merupakan buntut adanya ledakan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar.

Baca juga: Fakta Penangkapan Terduga Teroris di Bekasi dan Condet, Sita 5 Bom Aktif dan Terkait dengan Bom di Makassar

"Berawal dari adanya bom di Katedral Makassar. Bapak Kapolri kemudian memerintahkan agar seluruh jajaran meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya dan ancaman teror," kata Fadil.
Adapun ledakan bom bunuh diri di depan gerbang Katedral Makassar terjadi pada Minggu (28/3/2021) pagi. Dua pelaku yang merupakan pasangan suami-istri tewas.

Akibat serpihan bom, puluhan orang luka-luka di wajah, leher, perut, tangan, dan kaki. Pelaku laki-laki adalah L, sedangkan pelaku perempuan adalah YSF.

Keduanya dinikahkan oleh terduga teroris bernama Rifaldy, yang merupakan bagian dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Rifaldy juga diduga terkait aksi serupa di Katedral Our Lady of Mount Carmel, Pulau Jolo, Filipina Selatan.

L sempat meninggalkan surat wasiat untuk orangtuanya. Dalam surat itu, L berpamitan kepada orangtuanya dan mengaku siap mati syahid.

(Penulis : Muhammad Isa Bustomi/ Editor : Irfan Maullana)

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul "Terkuak Kata Sandi Bom Bermakna Ledakan Besar Hingga Temuan TATP di Condet dan Bekasi".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Terkini Lainnya
Kurir Narkoba di Tanjung Priok Sembunyikan Sabu dalam Kaleng Biskuit
Kurir Narkoba di Tanjung Priok Sembunyikan Sabu dalam Kaleng Biskuit
Megapolitan
Warga Resah dengan Street Feeding di Fasilitas Umum, Minta Pemprov buat Aturan
Warga Resah dengan Street Feeding di Fasilitas Umum, Minta Pemprov buat Aturan
Megapolitan
Pengujung Minimarket Kalideres Kehilangan Motor, Korban Disebut Tak Mau Lapor Polisi
Pengujung Minimarket Kalideres Kehilangan Motor, Korban Disebut Tak Mau Lapor Polisi
Megapolitan
Sejarah di Balik Nama Ragunan dan Pondok Labu
Sejarah di Balik Nama Ragunan dan Pondok Labu
Megapolitan
Terbatas tapi Selalu Ditunggu, KRL Stasiun Nambo bak Kekasih LDR buat Penumpang
Terbatas tapi Selalu Ditunggu, KRL Stasiun Nambo bak Kekasih LDR buat Penumpang
Megapolitan
Perjuangan Sutrisno, Rela Kayuh Sepeda Puluhan Kilo demi Mengais Rezeki di Usia Senja
Perjuangan Sutrisno, Rela Kayuh Sepeda Puluhan Kilo demi Mengais Rezeki di Usia Senja
Megapolitan
29 Orang Terlibat Narkoba Ditangkap di Jakut, 5 Juta Pil Ekstasi Disita
29 Orang Terlibat Narkoba Ditangkap di Jakut, 5 Juta Pil Ekstasi Disita
Megapolitan
Penerima KJP Plus Gratis Masuk Tempat Wisata Edukatif, Orangtua Siswa Makin Bahagia
Penerima KJP Plus Gratis Masuk Tempat Wisata Edukatif, Orangtua Siswa Makin Bahagia
Megapolitan
Menikmati Malam di Taman Literasi Blok M, Ruang Santai di Tengah Sibuknya Jakarta
Menikmati Malam di Taman Literasi Blok M, Ruang Santai di Tengah Sibuknya Jakarta
Megapolitan
Hangatnya Kuliner Malam Blok M, Pengunjung Bersantap Ria di Lesehan Tanpa Sekat
Hangatnya Kuliner Malam Blok M, Pengunjung Bersantap Ria di Lesehan Tanpa Sekat
Megapolitan
Tak Hanya Babi, Warga Sebut Monyet dan Anjing Pernah Lepas dari Pejaten Shelter
Tak Hanya Babi, Warga Sebut Monyet dan Anjing Pernah Lepas dari Pejaten Shelter
Megapolitan
Eskalator Cipulir Masih Mati, Warga: Saya Pikir Matinya Cuma Pagi
Eskalator Cipulir Masih Mati, Warga: Saya Pikir Matinya Cuma Pagi
Megapolitan
Surga Kuliner Malam Blok M, dari Makanan Tradisional hingga Kekinian
Surga Kuliner Malam Blok M, dari Makanan Tradisional hingga Kekinian
Megapolitan
Pengunjung Keluhkan Perpustakaan Taman Literasi Blok M Sempit
Pengunjung Keluhkan Perpustakaan Taman Literasi Blok M Sempit
Megapolitan
Korban Kebakaran Penjaringan Minta Bantuan Bahan Material untuk Bangun Rumah
Korban Kebakaran Penjaringan Minta Bantuan Bahan Material untuk Bangun Rumah
Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
AS Bom Situs Nuklir: Iran Mungkin Targetkan Pangkalan Militer, Negara Teluk “Ketar-ketir”?
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau