Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Tukang Tambal Ban Cari Untung, Tebar Ranjau Paku lalu Naikkan Harga Ban Dalam Motor 3 Kali Lipat

Kompas.com - 25/09/2021, 08:47 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang pria berinisial BIP (43) hanya bisa pasrah saat digelandang oleh polisi di Mapolsek Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (24/9/2021).

Dengan mengenakan baju tahanan dan kedua tangan diborgol, BIP terus menundukkan kepalanya saat dihadirkan polisi dalam konferensi pers.

Belakangan diketahui, BIP baru saja ditangkap Kamis (23/9/2021) malam. Dia diduga penebar ranjau paku di Jalan MT Haryono, Jakarta.

Tukang tambal ban

Kapolsek Tebet Kompol Alexander Yuriko mengatakan, BIP merupakan seorang tukang tambal ban di dekat Jalan MT Haryono.

BIP disebut memanfaatkan situasi arus lalu lintas yang kembali ramai di masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3.

Baca juga: Ditangkap, Penebar Ranjau Paku di Jalan MT Haryono adalah Penambal Ban

Dia mengetahui masyarakat sudah mulai berkegiatan menggunakan kendaraan untuk mencapai lokasi tujuan dari rumah.

“Pelaku merupakan operator tukang tambal ban non-permanen yang baru beroperasi satu bulan,” kata Alex, Jumat.

BIP memotong rangka payung bekas dengan panjang sekitar 5-10 sentimeter untuk dijadikan ranjau di jalan raya.

Baca juga: Tukang Tambal Penebar Ranjau Paku Naikkan Harga Ban Dalam Motor Tiga Kali Lipat

Aksi itu dilakukan BIP untuk mencari keuntungan dari usaha yang dijalaninya.

"Jika paku ini masuk ke ban sekarang yaitu tubeless, tekanan angin akan hilang. Dengan sangat terpaksa pengendara roda dua harus menambal ban,” kata Alex.

Naikkan harga

Alex mengatakan, BIP selama ini membuka bengkel tambal ban menggunakan gerobak. Dia pun kerap berpindah-pindah lokasi.

"Di mana alat kompresor, penekan ban, dan segala macamnya ditumpangkan di gerobak. Jadi tidak tetap tempatnya tetapi berjalan,” tambah Alex.

Pengakuan BIP dalam pemeriksaan, dia sudah beraksi menebar ranjau paku di jalan selama sekitar satu bulan.

Baca juga: Modus Ranjau Paku di Jakarta oleh Penambal Ban

Alex mengatakan, BIP menjual layanan tambal ban dan penggantian ban dalam dengan harga tiga kali lipat dari harga normal kepada korban.

“Harga ban ini pasarannya Rp 20.000. Akan tetapi jika karena paku yang ditebar sendiri oleh saudara BIP untuk kemudian diperbaiki di bengkel yang bersangkutan, maka biayanya adalah Rp 75.000, artinya hampir tiga kali lipat,” kata Alex.

Polisi bantah ada keterlibatan anggota Dishub

BIP (43) sebelumnya menyebutkan adanya keterlibatan anggota Dinas Perhubungan dalam kegiatan penebaran ranjau paku.

Pengakuan itu saat video penangkapan BIP viral di media sosial. Dia menyebutkan, anggota Dishub itu bernama Rian yang menebar ranjau paku rangka payung di Jalan Jenderal Gatot Soebroto.

Baca juga: Catat, Ini Titik Rawan Ranjau Paku di Jakarta Selatan

Namun, Alex membantah pengakuan BIP. Menurut Alex, tidak ada keterlibatan anggota Dishub dalam aksi tebar ranjau paku yang dilakukan BIP.

“Tidak ada (keterlibatan anggota Dinas Perhubungan). Itu tidak ada,” kata Alex.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya
Cerita Peserta Barak Militer Depok yang Malas di Rumah Usai Putus Sekolah Akibat Ekonomi
Cerita Peserta Barak Militer Depok yang Malas di Rumah Usai Putus Sekolah Akibat Ekonomi
Megapolitan
Ibu Hamil Keluhkan Minimnya Lift dan Eskalator di Stasiun Tanah Abang
Ibu Hamil Keluhkan Minimnya Lift dan Eskalator di Stasiun Tanah Abang
Megapolitan
Momen Dedi Mulyadi Tanya Peserta Barak Militer: Tawurannya di Mana, Jagoan Kita?
Momen Dedi Mulyadi Tanya Peserta Barak Militer: Tawurannya di Mana, Jagoan Kita?
Megapolitan
Pemkot Depok Mulai Persiapkan Gelombang Dua Program Barak Militer
Pemkot Depok Mulai Persiapkan Gelombang Dua Program Barak Militer
Megapolitan
Korban Kebakaran Krukut Tuntut Pabrik Lilin Ditutup dan Rumah Dibangun Ulang
Korban Kebakaran Krukut Tuntut Pabrik Lilin Ditutup dan Rumah Dibangun Ulang
Megapolitan
Buka Kursus Bahasa Jepang Biaya Seikhlasnya, Rudy: Kalau Tidak Serius, Saya Coret!
Buka Kursus Bahasa Jepang Biaya Seikhlasnya, Rudy: Kalau Tidak Serius, Saya Coret!
Megapolitan
2 Kelompok Remaja Tawuran di Pasar Rebo Pakai Sajam dan Bom Molotov, 1 Orang Tewas
2 Kelompok Remaja Tawuran di Pasar Rebo Pakai Sajam dan Bom Molotov, 1 Orang Tewas
Megapolitan
Revitalisasi Hampir Selesai, Pemkot Bogor Segera Operasikan Pasar Sukasari
Revitalisasi Hampir Selesai, Pemkot Bogor Segera Operasikan Pasar Sukasari
Megapolitan
Hari Ini, 98 Pelajar Pulang dari Barak Militer Depok usai 10 Hari Dibina
Hari Ini, 98 Pelajar Pulang dari Barak Militer Depok usai 10 Hari Dibina
Megapolitan
Tawuran Gunakan Sajam dan Molotov di Pasar Rebo, Satu Korban Tewas
Tawuran Gunakan Sajam dan Molotov di Pasar Rebo, Satu Korban Tewas
Megapolitan
Tangkapan Ikan Berkurang, Nelayan Cilincing Keluhkan Penggunaan Pukat Harimau
Tangkapan Ikan Berkurang, Nelayan Cilincing Keluhkan Penggunaan Pukat Harimau
Megapolitan
Tukang Cukur yang Sabet Pelangganya Pakai Gunting Ditangkap Polisi
Tukang Cukur yang Sabet Pelangganya Pakai Gunting Ditangkap Polisi
Megapolitan
Kisah Amir dan Keuntungan Rp 2 Miliar di Balik Penjualan Sapi Kurban...
Kisah Amir dan Keuntungan Rp 2 Miliar di Balik Penjualan Sapi Kurban...
Megapolitan
Pasokan PDAM Bekasi Gangguan, Warga Terpaksa Beli Air Galon hingga Mengungsi
Pasokan PDAM Bekasi Gangguan, Warga Terpaksa Beli Air Galon hingga Mengungsi
Megapolitan
Puluhan Kapal di Cilincing Masih Gunakan Pukat Harimau untuk Tangkap Ikan
Puluhan Kapal di Cilincing Masih Gunakan Pukat Harimau untuk Tangkap Ikan
Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Termasuk PT Gag Nikel, Ini 13 Perusahaan yang Dapat Izin Tambang di Hutan Sejak Era Megawati
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau