Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harapan Warga Kampung Nelayan Marunda Kepu Usai Dilanda Krisis Air

Kompas.com - 13/10/2022, 19:49 WIB
Zintan Prihatini,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ratusan warga di Kampung Nelayan Marunda Kepu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara menderita akibat krisis air bersih enam bulan belakangan.

Ada sekitar 280 kepala keluarga, yang terdampak sulitnya mendapatkan air bersih.

Eva (31), salah seorang warga Kampung Nelayan Marunda Kepu mengungkapkan harapannya terkait permasalahan krisis air bersih. Dia ingin pihak terkait segera membereskan permasalahan yang dialami warga.

"Harapannya minta biar air lancar kayak sebelumnya. Jangan lagi kayak sekarang, krisis air," ucap Eva saat ditemui Kompas.com di Kampung Nelayan Marunda Kepu, Rabu (12/10/2022).

Baca juga: Melihat Kampung Nelayan Marunda Kepu yang Dilanda Krisis Air sejak 6 Bulan Lalu...

Hal senada juga disampaikan Edah (35), yang berharap agar air bersih bisa kembali mengalir dengan bebas dari keran milik warga.

"Saya berharap agar dipermudah dapat air kayak sebelumnya, biar lancar karena di sini daerah nelayan warganya melaut semua," imbuh Edah.

Sementara itu Eva berujar, kondisi air yang sulit didapatkan saat ini membuat warga termasuk dirinya mengeluh. Pasalnya, mereka harus irit dalam menggunakan air untuk kebutuhan sehari-hari.

Baca juga: Krisis Air Bersih di Kampung Nelayan Marunda Kepu, Warga: Kadang Enggak Kebagian...

Adapun sejak akhir April 2022 lalu, aliran air bersih yang disalurkan PT Aetra Air Jakarta ke rumah warga di kampung ini terganggu. Akibatnya, mereka kesulitan mendapatkan air untuk mandi, mencuci, dan memasak.

Semenjak itulah, warga di kampung mulai menelan kenyataan pahit bahwa air tidak lagi mengaliri keran-keran di rumah.

Selama enam bulan, warga hanya mengandalkan mobil tangki air yang berasal dari PAM Jaya dan PT Aetra Air Jakarta sebagai sumber air bersih. Warga pun harus berebut untuk mendapatkan air dari tangki-tangki itu.

Baca juga: Keluhan Warga Kampung Nelayan Marunda Kepu: Air Mati atau Nyala Tetap Bayar

Tak sampai di situ, warga juga terpaksa membeli air senilai Rp 3.000 per dua jeriken, di tempat lain apabila tak kebagian jatah air bersih dari tangki.

Mereka hanya bisa menyimpan air di dalam drum, jeriken, ataupun kemasan bekas galon isi ulang. Jangankan mengisi air ke toren, wadah kecil yang mereka miliki pun tak sampai penuh terisi air dari tangki yang datang dua hari sekali itu.

"Saya jarang dapat air, orang pada pakai mesin jet pump untuk sedot dari tangki kan saya enggak pakai mesin," ungkap Eva.

Baca juga: Warga Terpaksa Irit hingga Berebut dengan Tetangga imbas Krisis Air di Kampung Nelayan Marunda Kepu

"Jadi kalau mereka enggak sedot air, baru dapat saya paling 4 galon ukuran 15 liter. Kalau drum mereka sudah pada penuh, baru saya dapat air," tambahnya.

Dia juga terpaksa mengirit pemakaian air semaksimal mungkin, agar kebutuhan sehari-hari bisa tetap tercukupi.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pemprov Salurkan 100 Paket Makanan dan Tenda untuk Korban Kebakaran Bukit Duri
Pemprov Salurkan 100 Paket Makanan dan Tenda untuk Korban Kebakaran Bukit Duri
Megapolitan
Pria Disabilitas di Kepulauan Seribu Cabuli Dua Anak, Foto Diunggah ke Google Drive
Pria Disabilitas di Kepulauan Seribu Cabuli Dua Anak, Foto Diunggah ke Google Drive
Megapolitan
Napi Lapas Cipinang Kendalikan 'Open BO' Anak dari Balik Jeruji, Bagaimana Bisa?
Napi Lapas Cipinang Kendalikan "Open BO" Anak dari Balik Jeruji, Bagaimana Bisa?
Megapolitan
Seorang Paman Diduga Cabuli Keponakan di Tangerang, Terungkap lewat Google Drive
Seorang Paman Diduga Cabuli Keponakan di Tangerang, Terungkap lewat Google Drive
Megapolitan
Perkembangan Kasus Kematian Diplomat Kemlu: 5 Saksi Diperiksa, Termasuk Rekan Kerja Korban
Perkembangan Kasus Kematian Diplomat Kemlu: 5 Saksi Diperiksa, Termasuk Rekan Kerja Korban
Megapolitan
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Dinilai Akan Bebani Warga, DPRD DKI Desak Kajian Mendalam
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Dinilai Akan Bebani Warga, DPRD DKI Desak Kajian Mendalam
Megapolitan
Novi Loncat dari Lantai 2 Saat Kebakaran Tebet, 2 dari 4 Anaknya Tewas
Novi Loncat dari Lantai 2 Saat Kebakaran Tebet, 2 dari 4 Anaknya Tewas
Megapolitan
Napi Lapas Cipinang Kendalikan Open BO Anak di Bawah Umur sejak 2023
Napi Lapas Cipinang Kendalikan Open BO Anak di Bawah Umur sejak 2023
Megapolitan
Kebakaran Indekos Tebet Ternyata Bukan Pertama Kali, Warga Sudah Peringatkan
Kebakaran Indekos Tebet Ternyata Bukan Pertama Kali, Warga Sudah Peringatkan
Megapolitan
Stasiun Thamrin Akan Jadi Simpul Jalur MRT Lintas 3 Provinsi
Stasiun Thamrin Akan Jadi Simpul Jalur MRT Lintas 3 Provinsi
Megapolitan
Terowongan MRT Terdalam di Indonesia Dibangun di Proyek Fase 2A Bundaran HI–Kota
Terowongan MRT Terdalam di Indonesia Dibangun di Proyek Fase 2A Bundaran HI–Kota
Megapolitan
Jeritan Minta Tolong Terdengar Sebelum Kebakaran Tebet Tewaskan Empat Anak
Jeritan Minta Tolong Terdengar Sebelum Kebakaran Tebet Tewaskan Empat Anak
Megapolitan
Terindikasi Langgar Keimigrasian, 6 WNA di Bogor Terancam Dideportasi
Terindikasi Langgar Keimigrasian, 6 WNA di Bogor Terancam Dideportasi
Megapolitan
Diskon 30 Persen Tiket Kereta Api Masih Berlaku hingga 31 Juli, Ini Daftar Perjalanannya
Diskon 30 Persen Tiket Kereta Api Masih Berlaku hingga 31 Juli, Ini Daftar Perjalanannya
Megapolitan
Korban Kebakaran Tebet Mengungsi ke Tenda Darurat, Status Tanggap Darurat Diterapkan
Korban Kebakaran Tebet Mengungsi ke Tenda Darurat, Status Tanggap Darurat Diterapkan
Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau