Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Thrifting" Dianggap Mengganggu Industri Tekstil Indonesia, Pedagang Baju Bekas: Ah, Tidak Juga

Kompas.com - 16/03/2023, 22:16 WIB
Rizky Syahrial,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menyebut, berbelanja baju bekas impor atau thrifting dapat merusak industri tekstil di Indonesia.

Namun, pedagang baju bekas impor di Blok M Square menilai usaha mereka tidak mengganggu hal tersebut.

Salah satu pedagang baju bekas di Blok M Square, Bosman Hasugian (56) justru menuding pedagang tekstil di Pasar Tanah Abang yang merusak pedagang toko grosir karena berjualan secara online.

Baca juga: Pedagang di Blok M Soal Larangan Impor Baju Bekas: Pemerintah Berlebihan...

"Ah tidak juga, justru pedagang tekstil di Tanah Abang mereka yang merusak pasaran menurut saya. Sebagian besar pedagang baju grosiran di sana jual secara online," ujar Bosman kepada Kompas.com di lokasi, Kamis (16/3/2023).

Selain menjual baju impor bekas, Bosman juga belanja baju grosir dari Pasar Tanah Abang dan Pasar Cipulir untuk dijual di tokonya.

Menurut dia, semenjak adanya toko online, pedagang di Blok M Square dan tempat perbelanjaan lainnya tak berdaya sampai bangkrut.

"Kita ini kan pedagang murni selama ini belanja dari grosir, bisa di Tanah Abang, Cipulir, Bandung dan lain-lain. Semenjak ada toko online, bukan hanya di Blok M ini, hampir di Jabodetabek bahkan seluruh Indonesia itu pedagang toko retail baju mati pembeli," terang dia.

Ia mengatakan, jika berbelanja di Pasar Tanah Abang, satu baju dikenakan harga Rp 50.000. Ia tidak mungkin menjual baju tersebut sama dengan harga modal.

Baca juga: Cerita Andriani Dagang Baju Bekas Impor di Blok M, Awalnya Jualan ke Tetangga di Depan Rumah

"Mereka (pedagang grosir tekstil Tanah Abang) itu jual secara online dengan harga Rp 50.000. Sama kayak ke kami. Pedagang toko baju retail enggak mungkin dong jual Rp 50.000. Nah matinya di situ. Jadi yang mematikan pedagang retail online ini," papar dia.

Ia pun menyayangkan Pemerintah bisa bangga dengan pedagang baju retail online dengan membayar pajak yang lebih sedikit.

Sedangkan pedagang toko baju retail seperti dirinya, harus mengeluarkan sewa toko dan pajak yang nilainya puluhan bahkan ratusan juta rupiah.

"Pajaknya besar atau enggak itu (pedagang baju online), sementara pengeluaran kita besar di sini. Sebulan ada yang Rp 20 juta, ada yang Rp 60 juta biaya sewanya," terang dia.

"Pemerintah jangan bangga dulu dengan pedagang online, tapi pikirkan dulu pedagang toko ada berapa juta di seluruh Indonesia, yang sudah mati karena pedagang online semenjak Covid-19," tambah dia.

Baca juga: Masih Kebingungan Cuci Baju Thrift? Kata Pedagang, Ini Caranya...

Ia pun berharap pemerintah tidak melihat dari satu sisi. Menurutnya, berdagang baju bekas impor sangat berpotensi untuk meningkatkan perekonomian.

"Tolonglah pemerintah jangan melihat dari satu sisi, secara global lihatlah kebutuhan masyarakat seperti apa gitu," tambah dia.

Halaman:
Komentar
setuju banget. pedagang online matikan banyak toko retail. pedagang tanah abang kepaksa ikut jual online karena sepi akibat bakar uang di e commerce. yang dimaksud umkm kalo spt ini apa ya?


Terkini Lainnya
Banjir Surut, Warga Pondok Petir Depok Mulai Bersihkan Sisa Lumpur
Banjir Surut, Warga Pondok Petir Depok Mulai Bersihkan Sisa Lumpur
Megapolitan
Ombudsman Sidak Pasar Induk Beras Cipinang, Penjualan Pedagang Anjlok hingga 50 Persen
Ombudsman Sidak Pasar Induk Beras Cipinang, Penjualan Pedagang Anjlok hingga 50 Persen
Megapolitan
Transjakarta Modifikasi Rute 7Q Blok M–PGC Mulai 12 Agustus 2025
Transjakarta Modifikasi Rute 7Q Blok M–PGC Mulai 12 Agustus 2025
Megapolitan
Fokuskan Literasi, Relawan Rumah Belajar Senen Hadapi Tantangan Anak Marginal
Fokuskan Literasi, Relawan Rumah Belajar Senen Hadapi Tantangan Anak Marginal
Megapolitan
Nyanyi atau Putar Lagu di Nikahan dan Ultah Kena Royalti? Ini Kata Perancang UU Hak Cipta
Nyanyi atau Putar Lagu di Nikahan dan Ultah Kena Royalti? Ini Kata Perancang UU Hak Cipta
Megapolitan
Anak-anak Rumah Belajar Senen Merajut Mimpi Menjadi Dokter hingga Presiden
Anak-anak Rumah Belajar Senen Merajut Mimpi Menjadi Dokter hingga Presiden
Megapolitan
Uniknya Masjid dari Botol Bekas yang Mengapung di Kali Cengkareng
Uniknya Masjid dari Botol Bekas yang Mengapung di Kali Cengkareng
Megapolitan
Pedagang Cilok di Bundaran HI Diduga Dipalak dan Gerobaknya Dirusak Preman
Pedagang Cilok di Bundaran HI Diduga Dipalak dan Gerobaknya Dirusak Preman
Megapolitan
Banjir Sempat Rendam Rumah di Pondok Petir Depok Imbas Turap Jebol
Banjir Sempat Rendam Rumah di Pondok Petir Depok Imbas Turap Jebol
Megapolitan
KM Dorolonda Terbakar di Pelabuhan Tanjung Priok
KM Dorolonda Terbakar di Pelabuhan Tanjung Priok
Megapolitan
Rumah Belajar Senen Asah Anak Marginal Belajar Calistung hingga Seni
Rumah Belajar Senen Asah Anak Marginal Belajar Calistung hingga Seni
Megapolitan
Silfester Matutina Belum Ditahan, Roy Suryo Cs: Ini Runtuhkan Wibawa Kejaksaan
Silfester Matutina Belum Ditahan, Roy Suryo Cs: Ini Runtuhkan Wibawa Kejaksaan
Megapolitan
Terkait Larangan Roblox, PPAPP DKI Ingatkan Penerapan 8 Fungsi Keluarga
Terkait Larangan Roblox, PPAPP DKI Ingatkan Penerapan 8 Fungsi Keluarga
Megapolitan
Warga Nekat Lompati Pagar Stasiun Cikini karena Malas Putar Jauh ke Jalan Resmi
Warga Nekat Lompati Pagar Stasiun Cikini karena Malas Putar Jauh ke Jalan Resmi
Megapolitan
Petinggi MDI dan Telkom Akan Diperiksa Terkait Kasus Korupsi Dana Investasi
Petinggi MDI dan Telkom Akan Diperiksa Terkait Kasus Korupsi Dana Investasi
Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tantangan Perempuan Dalam Ikut Mencapai Target SDGs
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau