Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Pengemudi Ojol Tak Sanggup Bayar Kontrakan, Jual Harta Benda hingga jadi Penghuni Rusun Rp 10.000 Bambu Apus

Kompas.com - 02/04/2023, 19:12 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

3

JAKARTA, KOMPAS.com - Sutarman (55), bersyukur ia bisa diterima untuk tinggal di Rusun Sentra Mulya Jaya di Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, yang harga sewanya hanya Rp 10.000 per bulan. 

Sebelum mendapatkan kepastian bisa menghuni rusun tersebut, pria yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online ini sudah hidup luntang lantung karena tak sanggup lagi membayar biaya sewa kontrakan. 

Bahkan, seluruh harta benda yang ia miliki sudah dijual untuk kehidupan sehari-hari ia dan keluarganya.

"Udah dijualin dulu buat modal (hidup), barang-barang kayak penanak nasi. Sekarang udah enggak ada yang bisa dijual lagi," ucap Sutarman kepada Kompas.com, Minggu (2/4/2023).

 Baca juga: Sewa Rusun Tunawisma di Cipayung Cuma Rp 10.000, Mensos Risma Wanti-Wanti Jangan Dipindah Tangan!

Saat ini, barang-barang Sutarman yang tersisa hanya lah buku-buku, pakaian, dan barang sehari-hari yang tidak memiliki nilai jual.

Barang-barang itu rencananya akan Sutarman angkut saat ia pindah ke Rusun Sentra Mulya Jaya.

"Nanti mungkin akan dipilih-pilih dari barang yang dimiliki sekarang, dipilih yang penting aja. Kalau dibawa semua ke sini (rusun), nanti enggak memungkinkan," terang dia.

Sutarman mengisahkan jatuh bangun perjuangan hidupnya hingga ia tak sanggup lagi menyewa rumah kontrakan.

Sejak 1997, ia dan keluarganya hidup mengontrak di wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat.

Sutarman kerap berpindah-pindah tempat tinggal menyesuaikan dengan pendapatannya saat masih berprofesi sebagai seorang pengantar dokumen di agen perjalanan, dan penjual daging ayam di pasar.

Baca juga: Jatuh Bangun Pengemudi Ojol yang Kini Jadi Calon Penghuni Rusun Rp 10.000 Bambu Apus

Selama mengontrak, nominal yang harus dikeluarkan oleh Sutarman sekeluarga adalah Rp 700.000-Rp 1,8 juta.

Sutarman mengaku bahwa nominal itu cukup memberatkan, terutama saat ia beralih menjadi pengemudi ojol.

"Saya udah lebih kurang 10 tahun jadi ojol. Awal-awal pendapatannya bagus. Sekarang udah agak-agak memprihatinkan," ungkap Sutarman.

"Sehari kadang cuma dapat Rp 50.000-Rp 100.000. Kadang-kadang malah cuma Rp 30.000. Covid-19 kemarin, kami sangat terdampak sekali (secara keuangan) karena sempat sekeluarga di Wisma Atlet juga," tutur dia.

Uang habis obati sang anak

Halaman:
3
Komentar
smoga-anis-ri-satu- wong-cilik-naik-ekonominya- ganti-wajah-ganti-org-2024-


Terkini Lainnya
Pengunjung Sebut Ragunan Jadi Kelas Alam untuk Anak-anak
Pengunjung Sebut Ragunan Jadi Kelas Alam untuk Anak-anak
Megapolitan
Legislator Usul agar Orangtua Dikenakan Sanksi jika Anaknya Tawuran
Legislator Usul agar Orangtua Dikenakan Sanksi jika Anaknya Tawuran
Megapolitan
Ragunan Jadi Pilihan Liburan Edukatif Jauh dari Hiruk Pikuk Mal
Ragunan Jadi Pilihan Liburan Edukatif Jauh dari Hiruk Pikuk Mal
Megapolitan
Libur Panjang, The Jungle Waterpark Bogor Diserbu Ribuan Wisatawan
Libur Panjang, The Jungle Waterpark Bogor Diserbu Ribuan Wisatawan
Megapolitan
Air PAM Jaya Keruh dan Bau, Warga Cengkareng Tetap Bayar Tagihan meski Tak Pakai
Air PAM Jaya Keruh dan Bau, Warga Cengkareng Tetap Bayar Tagihan meski Tak Pakai
Megapolitan
BPBD: 12 Wilayah Jakarta Terancam Banjir Rob hingga 29 Juni
BPBD: 12 Wilayah Jakarta Terancam Banjir Rob hingga 29 Juni
Megapolitan
Senangnya Warga Berlibur di Taman BKT, Ada Area Bermain Anak hingga Tempat Olahraga
Senangnya Warga Berlibur di Taman BKT, Ada Area Bermain Anak hingga Tempat Olahraga
Megapolitan
Rob Ancam Pesisir Jakarta hingga 29 Juni, Warga Diminta Siaga
Rob Ancam Pesisir Jakarta hingga 29 Juni, Warga Diminta Siaga
Megapolitan
Kesaksian Warga Saat Kebakaran di Kwitang: Api Berputar dan Langsung Menyambar
Kesaksian Warga Saat Kebakaran di Kwitang: Api Berputar dan Langsung Menyambar
Megapolitan
Parkir Sembarangan di Trotoar CSW Blok M, 17 Pemilik Kendaraan Terkena Sanksi
Parkir Sembarangan di Trotoar CSW Blok M, 17 Pemilik Kendaraan Terkena Sanksi
Megapolitan
Air PAM di Rumah Warga Cengkareng Keruh, Bau Busuk, dan Berbusa
Air PAM di Rumah Warga Cengkareng Keruh, Bau Busuk, dan Berbusa
Megapolitan
Penyebab Kebakaran di Kwitang Diduga akibat Korsleting
Penyebab Kebakaran di Kwitang Diduga akibat Korsleting
Megapolitan
Psikolog Dampingi Anak yang Dianiaya dan Ditelantarkan di Pasar Kebayoran Lama
Psikolog Dampingi Anak yang Dianiaya dan Ditelantarkan di Pasar Kebayoran Lama
Megapolitan
Korban Kebakaran Kwitang Harap Pemerintah Bisa Bangun Kembali Rumahnya
Korban Kebakaran Kwitang Harap Pemerintah Bisa Bangun Kembali Rumahnya
Megapolitan
32 Rumah dan 177 Warga Terdampak Kebakaran di Kwitang
32 Rumah dan 177 Warga Terdampak Kebakaran di Kwitang
Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau