Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Condet Itu Sebetulnya Permukiman, Sekarang Jadi Lintasan, Makanya Macet"

Kompas.com - 09/06/2023, 09:38 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Jalan Raya Condet, Jakarta Timur, merupakan jalan arteri bagi pengendara yang terkena kemacetan di Jalan Raya Bogor.

Padahal, menurut pengamat tata kelola kota Yayat Supriyatna, dulunya kawasan ini merupakan permukiman warga.

Hal ini lah yang membuat kawasan tersebut macet.

Baca juga: Kompleksnya Penyebab Kemacetan di Condet Menurut Pengamat, Tak Luput dari Perubahan Fungsi Kawasan

"Condet itu sebetulnya lingkungan permukiman, tapi sekarang menjadi lintasan menuju arah Cililitan," ujar Yayat kepada Kompas.com, Kamis (8/6/2023).

Yayat berkata, sekarang banyak orang yang menggunakan Jalan Raya Condet sebagai lintasan karena melihat kepadatan Jalan Raya Bogor.

Awalnya, Condet merupakan kawasan permukiman, yang mana jalannya pun diperuntukkan sebagai jalan permukiman penduduk, bukan jalan arteri.

"Bangkitannya (traffic kendaraan) terlalu tinggi, sementara jaringan jalannya itu untuk permukiman, bukan jalan arteri, tapi bebannya menjadi beban jalan arteri," terang dia.

Belum lagi, keberadaan sekolah di Condet turut menjadi simpul kemacetan akibat banyaknya kendaraan pribadi yang antar jemput siswa.

Baca juga: Demi Atasi Macet, Mungkinkah Jalan Raya Condet Diperlebar?

Bahkan, antrean keluar masuk kendaraan mengular hingga gerbang masuk sekolah.

"Rata-rata orangtua itu pengin anaknya kelihatan masuk gerbang, jadi ngantar anaknya persis depan gerbang. Itu lah yang membuat kemacetannya makin bertambah. Setiap menurunkan anak butuh lima menit 10 menit, dalangnya macet itu," Yayat berujar.

Ditambah pula, lokasi parkir salah satu sekolah, yakni Sekolah Dasar (SD) Global Islamic School (GIS), tepat berseberangan dengan gerbang masuk sekolah tersebut.

"Pengaruhlah, (parkir SD Global yang ada di seberang SD nya mengambil dua sisi jalan), apalagi ada yang putar balik, lebih berat lagi," ujar dia.

Maka, untuk mengurai kepadatan ini, menurut Yayat, butuh bantuan dari aparat terkait, termasuk Dinas Perhubungan dan kepolisian lalu lintas.

"Nah, ada enggak di situ polisi? Ada enggak Dishub? Ada enggak bantuan dari petugas sekolah? Minimal ada petugas security-nya atau petugas khusus untuk mengatur turun naiknya anak sekolah," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Terkini Lainnya
Kebakaran Ludeskan 450 Rumah di Kapuk Muara, Warga Belum Ada Pengungsian Tetap
Kebakaran Ludeskan 450 Rumah di Kapuk Muara, Warga Belum Ada Pengungsian Tetap
Megapolitan
Kebakaran Melanda Blok A Pasar Anyar Bogor, Dua Toko Ludes Terbakar
Kebakaran Melanda Blok A Pasar Anyar Bogor, Dua Toko Ludes Terbakar
Megapolitan
Nelangsanya Solihin, Rumah di Kapuk Muara Ludes Terbakar Usai Kehilangan Istri
Nelangsanya Solihin, Rumah di Kapuk Muara Ludes Terbakar Usai Kehilangan Istri
Megapolitan
Kebakaran di Kapuk Muara Diduga Berasal dari Rumah Orang Membuat Kue
Kebakaran di Kapuk Muara Diduga Berasal dari Rumah Orang Membuat Kue
Megapolitan
Kelakuan 'Jagoan Kampung' Bekasi, Kuasai 3 Lahan Parkir dan Minta Jatah Rp 25.000
Kelakuan "Jagoan Kampung" Bekasi, Kuasai 3 Lahan Parkir dan Minta Jatah Rp 25.000
Megapolitan
Saat Buku Jadi Pelarian dari Hiruk-pikuk Kehidupan Urban
Saat Buku Jadi Pelarian dari Hiruk-pikuk Kehidupan Urban
Megapolitan
Barang Berharganya Ludes Saat Kebakaran, Warga Penjaringan: Cuma Bawa Baju Rombeng
Barang Berharganya Ludes Saat Kebakaran, Warga Penjaringan: Cuma Bawa Baju Rombeng
Megapolitan
Disembelih di Bogor, Sapi Kurban Prabowo Sempat Melawan Saat Dirobohkan
Disembelih di Bogor, Sapi Kurban Prabowo Sempat Melawan Saat Dirobohkan
Megapolitan
Ganti ke Bus Minitrans, Transjakarta Tambah Armada Rute Kampung Rambutuan-Blok M
Ganti ke Bus Minitrans, Transjakarta Tambah Armada Rute Kampung Rambutuan-Blok M
Megapolitan
Tak Hanya Nongkrong, Kafe di Gramedia Melawai Sediakan Ruang Kerja hingga Meeting
Tak Hanya Nongkrong, Kafe di Gramedia Melawai Sediakan Ruang Kerja hingga Meeting
Megapolitan
Kebakaran Gudang dan Toko Ban di Pondok Gede Padam, Damkar Fokus Pendinginan
Kebakaran Gudang dan Toko Ban di Pondok Gede Padam, Damkar Fokus Pendinginan
Megapolitan
Alasan Transjakarta Ganti Armada 7B Kampung Rambutan-Blok M ke Bus Kecil
Alasan Transjakarta Ganti Armada 7B Kampung Rambutan-Blok M ke Bus Kecil
Megapolitan
Tali Ikatan Putus, Sapi Kurban di Cilandak Tercebur ke Bekas Kolam Renang
Tali Ikatan Putus, Sapi Kurban di Cilandak Tercebur ke Bekas Kolam Renang
Megapolitan
Parkir di Gramedia Melawai Sudah Nontunai, tapi Masih Ada yang Minta Uang Tunai
Parkir di Gramedia Melawai Sudah Nontunai, tapi Masih Ada yang Minta Uang Tunai
Megapolitan
Kebakaran Toko dan Gudang Ban di Bekasi, Asap Pekat Masih Membubung
Kebakaran Toko dan Gudang Ban di Bekasi, Asap Pekat Masih Membubung
Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau