Dalam pandangan Moody's yang dirilis Kamis (24/10/2013), lembaga itu menyebut defisit fiskal secara struktural mulai menyempit, dan utang pemerintah yang berkurang.
Namun, Indonesia tetap mengalami tekanan dengan adanya ketidakseimbangan pembayaran, depresiasi rupiah dan goncangan pada stabilitas makro ekonomi.
Baca juga: Fakta Pernikahan di Pacitan dengan Mahar Cek Rp 3 M, Mbah Tarman Bulan Madu ke Purwantoro
"Defisit transaksi berjalan yang lebar dan cadangan devisa menurun selama beberapa tahun terakhir. Meskipun mulai mengalami peningkatan, hal itu perlu diwaspadai. Indonesia masih menghadapi risiko tekanan eksternal. Seperti tekanan program quantitative easing AS yang masih terjadi," tulis Moody's.
Namun demikian, Moody's berharap respons kebijakan yang dikeluarkan pemerintah akan menurunkan tekanan tersebut.
Kepala Ekonom BII, Juniman berpendapat, masalah yang paling besar yang mendera pemerintah saat ini adalah defisit transaksi berjalan. Sekedar catatan saja, defisit transaksi berjalan Indonesia di kuartal II 2013 mencapai 4,4 persen dari PDB atau sebesar 9,8 miliar dollar AS.
“Inilah yang membuat tekanan pada rupiah dan akhirnya mempengaruhi kinerja pembayaran utang kita ke depannya. Makanya pemerintah harus secepatnya mengeluarkan program kebijakannya," tandas Juniman. (Margareta Engge Kharismawati)
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang