Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Keluhan Nelayan Sangihe kepada Menteri Susi

Kompas.com - 22/06/2015, 10:59 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mendapat laporan dari sejumlah nelayan di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, terkait banyaknya nelayan asing dari Filipina yang melaut di perairan Sangihe.

“Yang terhormat, Bu Menteri Kelautan dan Perikanan, kami sebagai nelayan Kabupaten Kep.Sangihe, Provinsi Sulut, datang membawa keluhan kami karena ada nelayan asing Filipina yang sekarang ini mendatangi laut kami. Akibatnya kami sangat menderita dalam hal mata pencaharian dan penangkapan ikan,” kata Susi membacakan salah satu pesan dari nelayan Sangihe, Jakarta, Senin (22/6/2015).

Dalam keluhannya, para nelayan juga melaporkan kepada Susi bahwa pemerintah daerah seolah abai akan kondisi tersebut. “Pemda kami seakan tidak peduli akan hal ini. Oleh karena itu, kami memberanikan diri membawa keluhan penderitaan kami dengan harapan ada jalan keluar,” lanjut Susi mengutip laporan nelayan.

Adapun laporan lain, Susi mengatakan, saat ini banyak sekali warga Filipina yang berada di Tahuna. Umumnya, mereka tidak memiliki kartu penduduk atau pasport. Orang-orang Filipina yang kini berada di Tahuna datang dengan menggunakan ratusan perahu pamboat.

“Pada waktu Ibu Menteri berkunjung, pamboat disuruh bersembunyi di Teluk Tawoali, sehingga tak nampak di Tahuna. Keadaan ini Bupati tahu, tapi tidak ada tindakan atas datangnya warga asing ini,” kata Susi.

Masih menurut laporan sama, Susi mengatakan saat ini nelayan Filipina tidak berkurang, melainkan bertambah dan dengna menggunakan perahu dengan bobot yang lebih besar. “Ini menambah parah kondisi nelayan kami. Sudah ada rencana untuk adakan tindakan sendiri di laut, karena tidak ada perhatian dari pemerintah daerah,” kata Susi membacakan keluhan nelayan.

Pada kesempatan itu, Susi juga membacarakan pesan pendek dari nelayan yang menyindir bahwa pemberantasan penangkapan ikan ilegal (illegall fishing). “Selamat pagi, sekedar info di Sangihe, the star-nya “Illegal Fishing” itu hanya sebuah simbol, dan seperti tidak berlaku. Faktanya sampai saat ini ikan Sangihe tuna, masuk Filipina semua,” kata Susi.

Dalam keluhannya itu, nelayan Sangihe juga blak-blakan bahwa keberadaan nelayan asing di perairan tersebut juga atas dasar bantuan oknum. “Dan perahu Filipina yang hilir mudik di Sangihe, di-back-up aparat dan pejabat. Jadi hiruk pikuk aturan illegal fishing tidak berlaku. Demikian semoga aturan tidak hanya sebuah simbol,” lanjut Susi.

Laporan lain yang diterima Susi juga bernada sama. Nelayan Sangihe menyesalkan, tidak terkoordinasikannya semangat pemberantasan illegal fishing dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. “Selamat malam Bu, kami masyarakat Sangihe sangat menyesalkan, Ibu Menteri getol memberantas pencuri ikan-ikan, tapi di Sangihe ada puluhan bahkan ratusan kapal Filipina kerjasama dengan orang-orang tertentu dan semua biaya operasional ditanggung perusahaan Filipina,” sebut Susi membacakan laporan yang diterimanya tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
Baca tentang


Terkini Lainnya
Ubah Cara Kelola Uang: Ini 10 Prinsip Keuangan Robert Kiyosaki untuk Kelas Menengah
Ubah Cara Kelola Uang: Ini 10 Prinsip Keuangan Robert Kiyosaki untuk Kelas Menengah
Keuangan
BTPN Syariah Raup Laba Bersih Rp 644 Miliar Sepanjang Semester I 2025.
BTPN Syariah Raup Laba Bersih Rp 644 Miliar Sepanjang Semester I 2025.
Keuangan
Industri Media Indonesia Hadapi Era Ekosistem Multiplatform dan Disrupsi Digital
Industri Media Indonesia Hadapi Era Ekosistem Multiplatform dan Disrupsi Digital
Industri
Perusahaan Plastik Terbesar se-Asia Pasifik Segera Bangun Pabrik Rp 115 Miliar di Batang
Perusahaan Plastik Terbesar se-Asia Pasifik Segera Bangun Pabrik Rp 115 Miliar di Batang
Ekbis
Libur Nataru, Diskon Pesawat, Jalan Tol, dan Kereta Api Bakal Kembali Diberikan
Libur Nataru, Diskon Pesawat, Jalan Tol, dan Kereta Api Bakal Kembali Diberikan
Ekbis
Lewat Program Lisdes, PLN dan Kementerian ESDM Percepat Pemerataan Akses Listrik di Papua
Lewat Program Lisdes, PLN dan Kementerian ESDM Percepat Pemerataan Akses Listrik di Papua
Energi
Profil JTA Investree Doha, Perusahaan yang Tunjuk Buronan Adrian Gunadi Jadi CEO
Profil JTA Investree Doha, Perusahaan yang Tunjuk Buronan Adrian Gunadi Jadi CEO
Ekbis
Pemerintah Perlu Cermati Risiko Kredit Kopdes Merah Putih agar Tak Jadi Beban Keuangan
Pemerintah Perlu Cermati Risiko Kredit Kopdes Merah Putih agar Tak Jadi Beban Keuangan
Ekbis
Jual Bitcoin Terlalu Cepat, Tesla Rugi Potensi Cuan Rp 81 Triliun
Jual Bitcoin Terlalu Cepat, Tesla Rugi Potensi Cuan Rp 81 Triliun
Ekbis
Adrian Gunadi Jadi CEO di Qatar Meski Berstatus Buron Kasus Investree
Adrian Gunadi Jadi CEO di Qatar Meski Berstatus Buron Kasus Investree
Ekbis
Airlangga Sebut Konflik Thailand-Kamboja Belum Berdampak ke Perekonomian Indonesia
Airlangga Sebut Konflik Thailand-Kamboja Belum Berdampak ke Perekonomian Indonesia
Ekbis
HIPMI dan Pemprov Jakarta Godok Kolaboratif Fund, Legalitasnya Dikaji
HIPMI dan Pemprov Jakarta Godok Kolaboratif Fund, Legalitasnya Dikaji
Ekbis
Wamenaker: Ada Perusahaan yang Bakal Dicabut Izin Karena Langgar Aturan Penahanan Ijazah Karyawan
Wamenaker: Ada Perusahaan yang Bakal Dicabut Izin Karena Langgar Aturan Penahanan Ijazah Karyawan
Ekbis
East Ventures Sasar Investasi di Sektor Kesehatan, AI, Climate Tech, dan Consumer Tech
East Ventures Sasar Investasi di Sektor Kesehatan, AI, Climate Tech, dan Consumer Tech
Ekbis
Barang AS Bakal Bebas Bea Masuk, HIPMI Jaya Mulai Hitung Dampaknya
Barang AS Bakal Bebas Bea Masuk, HIPMI Jaya Mulai Hitung Dampaknya
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau