Efisiensi operasi, penundaan belanja modal, sampai pemutusan hubungan kerja dilakukan sebagai upaya bertahan.
Namun menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Srihartati, Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam bisa mengambil kesempatan dari murahnya harga energi.
“Komoditas kami kan banyak sekali yang langsung diekspor. Kalau kita melakukan pengolahan, seperti industri agro dan perikanan, maka ini akan menyebabkan daya saing kita tinggi,” kata Enny dihubungi Kompas.com, Jumat (29/1/2016).
Enny mencontohkan, dengan harga energi serta harga komoditas yang murah saat ini industri pengolahan karet bisa dikembangkan.
Produk hilir karet diyakini dapat menekan impor ban. Contoh lain di sektor perkebunan, permintaan kakao yang cukup tinggi untuk memasok industri makanan-minuman juga menjadi daya dorong hilirisasi.
“Ini kan sekarang ada dua hal yang menyebabkan daya saing kita tinggi, faktor harga material yang murah dan energi murah,” sambung Enny.
Ditambah lagi, peluang pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mencapai 600 juta orang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menumbuh-kembangkan dua sektor industri ini.
Meski banyak faktor yang bisa mendukung tumbuhnya industri pengolahan berbasis agro dan perikanan, Enny mengingatkan masih ada kendala infrastruktur yang harus diselesaikan pemerintah.
“Kalau ada sinergi horizontal (antar-kementerian), dan vertikal (pusat-daerah) dan kita fokus pada produk yang memiliki daya saing tinggi ini, maka peluangnya sangat besar,” pungkas Enny.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!