Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia, Menanti "Ketok Palu" Berlakunya UU "Tax Amnesty"

Kompas.com - 26/05/2016, 07:00 WIB
Aprillia Ika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom UOB Group mencermati jalan panjang pemerintah menuntaskan Undang-undang (UU) Pengampunan Pajak (Tax Amnesty). Hadirnya regulasi ini, dinilai akan membawa angin segar pada penerimaan pajak negara yang belum maksimal.

Ekonom UOB Group Ho Woei Chen menilai pemberlakuan UU pengampunan pajak akan membawa dampak signifikan bagi pemerintah dalam memenuhi target anggaran pendapatan dan target defisit di 2016.  

Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dalam kurun waktu empat bulan terakhir Indonesia baru mencapai 20 persen dari total target penerimaan pajak, dimana dana yang telah terkumpul sebesar Rp 283 triliun (21 miliar dollar AS).

Jumlah tersebut lebih rendah 8,4 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai Rp 309 triliun.

Rendahnya penerimaan pajak disebabkan oleh penundaan pembayaran para wajib pajak karena tidak adanya kepastian akan undang-undang pengampunan pajak.

Revisi anggaran pembelanjaan negara 2016 yang telah disetujui pada bulan Oktober tahun lalu masih tertahan hingga adanya kejelasan pada undang-undang tersebut.

Menurut Ho, tanpa adanya pendapatan tambahan dari pengampunan pajak, laju pertumbuhan dapat terganggu. 

"Ini dikarenakan pendapatan yang lebih rendah dan berdampak pada pemotongan pengeluaran pemerintah serta pemotongan biaya pembangunan infrastruktur," tulis Ho dalam paparannya ke Kompas.com.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, sebenarnya berapa banyak pendapatan tambahan yang dapat diperoleh negara dari UU Tax Amnesty? Mari kita cermati.

Undang-undang pengampunan pajak mengusulkan tarif biaya 1-3 persen jika dana tersebut ditempatkan kembali ke Indonesia,  atau 2-6 persen jika dana dilaporkan oleh wajib pajak namun tidak ditempatkan di Indonesia.

Namun, terdapat perbedaan perhitungan siginifikan antara Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan atas estimasi pendapatan tambahan yang dihasilkan dari Undang-Undang Penghapusan Pajak.

Estimasi tersebut bervariasi dari 4 miliar dollar AS hingga 12 miliar dollar AS, atau sekitar 0,5 persen hingga 1,4 persen dari total Gross Domestic Product (GDP) Indonesia.  

Pemerintah mencatatkan defisit fiskal sebesar 2,8 persen dari GDP 2015, meskipun tahun ini pemerintah menetapkan defisit fiskal di angka 2,2 persen, namun diperkirakan dapat terjadi kenaikan hingga 3,0 persen.

"Kami percaya pendapatan tambahan ini akan membantu pemerintah memastikan rencana pembangunan infrastruktur yang telah disusun dapat berjalan di tahun ini," lanjut Ho.

Dalam pelaksanaannya, pemerintah berharap langkah ini akan memperluas sumber pajak, walaupun ada perbedaan estimasi diatas. 

Halaman:
Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Terkini Lainnya
Jadwal Operasional BCA 16-18 Agustus 2025 saat Libur HUT RI ke-80
Jadwal Operasional BCA 16-18 Agustus 2025 saat Libur HUT RI ke-80
Ekbis
Prabowo Sebut Ribuan Tambang Ilegal Rugikan Negara Rp 300 Triliun
Prabowo Sebut Ribuan Tambang Ilegal Rugikan Negara Rp 300 Triliun
Ekbis
Besaran Tantiem Direksi dan Komisaris BUMN, Bisa Capai Puluhan Miliar?
Besaran Tantiem Direksi dan Komisaris BUMN, Bisa Capai Puluhan Miliar?
Ekbis
Diskon Tambah Daya Listrik 50 Persen Agustus 2025, Ini Cara Mendapatkannya
Diskon Tambah Daya Listrik 50 Persen Agustus 2025, Ini Cara Mendapatkannya
Ekbis
Titiek Soeharto: Penyaluran Beras SPHP Kita Minta Cepat Selesai, Keluarkan Stok di Gudang
Titiek Soeharto: Penyaluran Beras SPHP Kita Minta Cepat Selesai, Keluarkan Stok di Gudang
Ekbis
Tak Ada Kenaikan Gaji PNS di APBN 2026, Ini Rincian Terbaru
Tak Ada Kenaikan Gaji PNS di APBN 2026, Ini Rincian Terbaru
Ekbis
Mulai Rp 40.000, Ini Daftar Kereta Ekonomi New Generation 2025 dan Rutenya
Mulai Rp 40.000, Ini Daftar Kereta Ekonomi New Generation 2025 dan Rutenya
Ekbis
Harga Emas Dunia Merosot 1,8 Persen Selama Sepekan, Pasar Soroti Pertemuan Trump-Putin
Harga Emas Dunia Merosot 1,8 Persen Selama Sepekan, Pasar Soroti Pertemuan Trump-Putin
Cuan
Apa Itu Tantiem? Bonus BUMN yang Dianggap Prabowo “Akal-akalan”
Apa Itu Tantiem? Bonus BUMN yang Dianggap Prabowo “Akal-akalan”
Ekbis
Prabowo Tak Singgung Anggaran IKN di RAPBN, Istana Pastikan Pembangunan Tetap Lanjut
Prabowo Tak Singgung Anggaran IKN di RAPBN, Istana Pastikan Pembangunan Tetap Lanjut
Ekbis
Penyebab Banyak Usaha Penggilingan Padi Gulung Tikar Menurut Mentan
Penyebab Banyak Usaha Penggilingan Padi Gulung Tikar Menurut Mentan
Ekbis
Anggaran Kesehatan 2026 Tembus Rp 244 Triliun, ASN-TNI-Polri Dapat Rp 13,3 Triliun
Anggaran Kesehatan 2026 Tembus Rp 244 Triliun, ASN-TNI-Polri Dapat Rp 13,3 Triliun
Ekbis
Warren Buffett Diam-diam Ubah Portofolio, Saham Apple dan Bank of America Dipangkas
Warren Buffett Diam-diam Ubah Portofolio, Saham Apple dan Bank of America Dipangkas
Ekbis
Jadwal Operasional BCA saat Libur dan Cuti Bersama HUT ke-80 RI
Jadwal Operasional BCA saat Libur dan Cuti Bersama HUT ke-80 RI
Ekbis
Penerimaan Pajak 2026 Ditargetkan Tumbuh 12,8 Persen
Penerimaan Pajak 2026 Ditargetkan Tumbuh 12,8 Persen
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Di Tengah Hari Kemerdekaan, PM Modi Ancam Pakistan Jika Serang India
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau