Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Menteri ESDM, Ini Risiko Fluktuasi Harga Minyak ke Ekonomi RI

Kompas.com - 09/01/2020, 13:16 WIB
Ade Miranti Karunia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengatakan, ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran tidak akan mempengaruhi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis subsidi untuk solar.

Ketegangan antara AS dan Iran membuat harga minyak dunia sempat melonjak namun kemudian kembali turun. Kondisi ini dipandang akan berdampak terhadap neraca pembayaran Indonesia.

"Sudah reda lagi, hari ini (harga acuan minyak mentah) Brent sudah reda lagi. Mudah-mudahan nggak ada eskalasi. Kalau harga minyak dunia naik risikonya ke neraca pembayaran kita," katanya ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (9/1/2020).

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Harga Minyak jika Pecah Perang AS-Iran?

Apabila harga minyak dunia kembali melonjak, pihaknya telah mempunyai strategi, yakni berupa efisiensi, optimalisasi pemakaian, serta mencegah penyimpangan.

"Tapi, langkah yang harus kita antisipasi, kita minta semua masyarakat untuk bisa mendukung pemerintah, meningkatkan efisiensi kegiatannya masing-masing. Supaya pemakaian itu bisa dioptimalkan dan juga menyebabkan demand yang berlebihan. Penyimpangan juga harus dikurangi, dicegah," ujarnya.

Di lokasi yang sama, Pelaksana Tugas Dirjen Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto menjelaskan, Indonesia telah berpengalaman menghadapi harga minyak dunia yang fluktuatif.

"Indonesia sudah punya pengalaman harga minyak di atas 100 (dollar AS per barrel) dan juga di bawah 40. Jadi, kita sudah punya pengalaman kalau nanti harga minyaknya tinggi, kita sudah bisa punya solusi atau langkah-langkah yang harus kita ambil. Misalnya, apakah ada APBN-P di 2020, kita belum tahu ini. Kalau misalnya tetap stabil, nggak ada masalah," jelasnya.

Baca juga: Timur Tengah Memanas, Harga Minyak Kian Mendidih

Saat ini, dalam APBN asumsi harga minyak dipatok 63 dollar AS per barrel.

Namun, apabila harga minyak mentah dunia melonjak melebihi asumsi, maka Kementerian ESDM akan membahas kembali pengubahan asumsi minyak dalam APBN bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan DPR RI.

Harga minyak mentah dunia saat ini masih akan dipantau tiap 3-6 bulan. Untuk saat ini, lanjut Djoko, terlalu dini bila harus mengubah asumsi minyak mentah dunia.

"APBN kan 63 (dollar AS per barrel) di 2020 ya. Kalau nanti 6 bulan pertama, harga minyak lebih tinggi, mungkin kita bisa bicara lagi dengan parlemen apakah bisa mengubah asumsi dengan Kementerian Keuangan. Kita lihat saja," katanya.

Baca juga: Analis: Harga Minyak Bisa Naik ke 100 Dollar AS Per Barrel jika Iran Blokir Selat Hormuz

Memang diakui, saat ketegangan geopolitik AS-Iran terjadi akhir-akhir ini, harga minyak dunia sempat menyentuh hingga 72 dollar AS per barrel. Namun, disebutkan harga minyak mulai kembali turun ke 65 dollar AS per barrel.

"Artinya, itu hanya sekejap saja," kata Djoksis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Terkini Lainnya
Pertamina Tunggu Regulasi untuk Impor Migas dari AS, Sudah Teken MoU Minyak Mentah
Pertamina Tunggu Regulasi untuk Impor Migas dari AS, Sudah Teken MoU Minyak Mentah
Ekbis
Mendag Sebut Tarif 19 Persen dari Trump Justru Tingkatkan Ekspor dan Investasi
Mendag Sebut Tarif 19 Persen dari Trump Justru Tingkatkan Ekspor dan Investasi
Ekbis
MK Tolak Uji Materi Rp 1.000 Jadi Rp 1, Redenominasi Harus lewat Aturan Pemerintah
MK Tolak Uji Materi Rp 1.000 Jadi Rp 1, Redenominasi Harus lewat Aturan Pemerintah
Ekbis
Kakak-Beradik Rintis UMKM Neu.Men di Shopee: Bosan WFH, Kini Jualan hingga Jepang dan AS
Kakak-Beradik Rintis UMKM Neu.Men di Shopee: Bosan WFH, Kini Jualan hingga Jepang dan AS
Smartpreneur
Trump Klaim Coca-Cola Bakal Pakai Gula Tebu untuk Produk Dijual di AS, Bukan Lagi Sirup Jagung
Trump Klaim Coca-Cola Bakal Pakai Gula Tebu untuk Produk Dijual di AS, Bukan Lagi Sirup Jagung
Ekbis
Pemerintah Revisi Aturan Cadangan Beras, Target Naik Jadi 4 Juta Ton
Pemerintah Revisi Aturan Cadangan Beras, Target Naik Jadi 4 Juta Ton
Ekbis
Ekspor Kokas Naik 62 Persen, Indonesia Raup Rp 9,19 Triliun
Ekspor Kokas Naik 62 Persen, Indonesia Raup Rp 9,19 Triliun
Ekbis
10 Produk AS Bakal Bebas Bea Masuk ke RI, dari Kedelai hingga Boeing
10 Produk AS Bakal Bebas Bea Masuk ke RI, dari Kedelai hingga Boeing
Ekbis
Investasi Apple Rp 2,6 Triliun di RI Bisa Batal, Imbas Trump Pangkas Tarif Jadi 19 Persen, Kok Bisa?
Investasi Apple Rp 2,6 Triliun di RI Bisa Batal, Imbas Trump Pangkas Tarif Jadi 19 Persen, Kok Bisa?
Ekbis
BEI Suspensi Saham CDIA, Manajemen: Kami Patuhi Regulasi
BEI Suspensi Saham CDIA, Manajemen: Kami Patuhi Regulasi
Ekbis
Sudah Punya 2.400 Gerai di Filipina, Alfamart Siap Ekspansi ke Bangladesh dan Malaysia
Sudah Punya 2.400 Gerai di Filipina, Alfamart Siap Ekspansi ke Bangladesh dan Malaysia
Ekbis
Cara Cek Penerima BSU 2025 dan Buat QR Code Pospay untuk Pencairan
Cara Cek Penerima BSU 2025 dan Buat QR Code Pospay untuk Pencairan
Ekbis
BEI Awasi 7 Saham IPO Baru, CDIA dan COIN Disuspensi Usai Naik Tajam
BEI Awasi 7 Saham IPO Baru, CDIA dan COIN Disuspensi Usai Naik Tajam
Ekbis
Revisi Aturan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah, Pemerintah Permudah Proses Izin dan Pengelolaan
Revisi Aturan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah, Pemerintah Permudah Proses Izin dan Pengelolaan
Ekbis
Gandeng Bendura Bank AG, J Trust Bank Perluas Jaringan Bisnis
Gandeng Bendura Bank AG, J Trust Bank Perluas Jaringan Bisnis
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau