Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Corona, Ini Cara Kerja Aman untuk Jurnalis

Kompas.com - 16/04/2020, 12:19 WIB
Kurniasih Budi

Penulis

KOMPAS.comKonferensi pers daring menjadi preferensi utama para pekerja media dalam mencari informasi selain siaran pers di tengah wabah Covid-19.

Simpulan itu dirilis Imogen Communication Institute (ICI) dari hasil riset bertajuk “Apa yang Media Butuhkan selama WFH” pada medio April 2020.

Riset yang melibatkan 115 jurnalis media massa di 10 kota Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Palembang, Medan, Pekanbaru, Makassar, Banjarmasin, Samarinda dilakukan dengan metode kuantitatif maupun kualitatif.

Konferensi pers daring sejalan dengan instruksi pemerintah dalam memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” kata Direktur Imogen Communication Institute, Widi Wahyu Widodo, dalam pernyataan tertulis, Kamis (16/4/2020).

Baca juga: Komisi I Minta Konferensi Pers Sesuai Protokol Pencegahan Covid-19

Dari total responden, 61,4 persen memilih konferensi pers daring saat Work From Home (WFH), karena masih memungkinkan mereka bertanya langsung kepada narasumber melalui kolom komentar atau live chat.

Sementara 28,7 persen lebih memilih metode menerima siaran pers dan 9,9 persen memilih siaran pers berupa video streaming.

Ia menjelaskan, para jurnalis sangat membutuhkan informasi langsung dari narasumber, khususnya ketika narasumber dalam konferensi pers daring adalah ahli atau tokoh yang relevan dan kredibel dengan situasi sekarang.

“Apalagi jika mereka cukup sulit untuk dihubungi secara pribadi, sehingga konferensi pers daring bisa menjadi sarana bagi wartawan untuk bertanya langsung selama sesi tanya jawab,” ucap dia.

Dalam riset tersebut, ICI menemukan bahwa medium yang digunakan untuk konferensi pers daring cukup beragam, seperti Youtube streaming, Live Instagram, Zoom Meeting, dan Google Meet.

“Tapi sebagian besar lebih memilih Youtube dan Zoom yang memiliki fitur live chat. Konferensi pers daring yang sudah berlangsung juga bisa ditonton kembali dengan adanya fitur recording,” katanya.

Namun demikian, beberapa kendala seperti sinyal internet yang tidak stabil, dan kuota internet yang cukup besar membuat 28,7 persen jurnalis memilih lebih senang menerima siaran pers.

“Bayangkan jika sehari ada 5 konferensi daring, wartawan membutuhkan kuota internet yang memerlukan biaya yang lebih besar di tengah situasi seperti ini,” ujar dia.

Baca juga: Menkominfo: Penggunaan Internet Meningkat hingga 10 Persen 

Idealnya, imbuh dia, siaran pers dapat dibagikan melalui pesan Whatsapp atau email segera setelah jurnalis masuk ke online room meeting.

Dengan begitu, jurnalis tetap bisa mengeksplorasi pertanyaan dan angle lainnya yang dibutuhkan.

“Press release juga membantu jurnalis jika koneksi tidak stabil, suara narasumber tidak jelas, ketinggalan materi atau kendala teknis lain sehingga mereka tetap mendapatkan informasi yang tepat,” ucapnya.

Halaman:
Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Terkini Lainnya
Vale Indonesia (INCO) Masih Jajaki Partner Baru untuk Proyek Smelter di Sorowako
Vale Indonesia (INCO) Masih Jajaki Partner Baru untuk Proyek Smelter di Sorowako
Ekbis
Garuda Belum Teken MoU Pembelian 50 Pesawat Boeing dari AS
Garuda Belum Teken MoU Pembelian 50 Pesawat Boeing dari AS
Ekbis
KAI Serap 12,38 Juta Masukkan Pelanggan untuk Tingkatkan Layanan
KAI Serap 12,38 Juta Masukkan Pelanggan untuk Tingkatkan Layanan
Rilis
Impor Migas dari AS Capai Rp 243 Triliun, Bahlil: Harus Untungkan RI
Impor Migas dari AS Capai Rp 243 Triliun, Bahlil: Harus Untungkan RI
Ekbis
Pengusaha Minta Pemerintah Cermati Perkembangan Tarif Trump untuk Negara Kompetitor Ekspor
Pengusaha Minta Pemerintah Cermati Perkembangan Tarif Trump untuk Negara Kompetitor Ekspor
Ekbis
RI Impor Minyak Mentah, Bensin, dan LPG dari AS, Kemenko: Kita Tidak Dipaksa Beli, Ada Hitungannya
RI Impor Minyak Mentah, Bensin, dan LPG dari AS, Kemenko: Kita Tidak Dipaksa Beli, Ada Hitungannya
Ekbis
UMKM Fesyen Lokal Terapkan Produksi Ramah Lingkungan dan Minimalkan Limbah Tekstil
UMKM Fesyen Lokal Terapkan Produksi Ramah Lingkungan dan Minimalkan Limbah Tekstil
Smartpreneur
Indonesia Ekspor 10.000 Ton Baja Lapis ke AS di Tengah Perang Tarif Impor
Indonesia Ekspor 10.000 Ton Baja Lapis ke AS di Tengah Perang Tarif Impor
Ekbis
Tak Hanya Minyak Mentah dan LPG, RI Bakal Impor Juga BBM dari AS
Tak Hanya Minyak Mentah dan LPG, RI Bakal Impor Juga BBM dari AS
Energi
Pendapatan Turun, Vale Indonesia (INCO) Pangkas Belanja Modal
Pendapatan Turun, Vale Indonesia (INCO) Pangkas Belanja Modal
Ekbis
Tidak Semua Produk AS Masuk Ke Indonesia Kena Tarif 0 Persen
Tidak Semua Produk AS Masuk Ke Indonesia Kena Tarif 0 Persen
Ekbis
Saham Indokripto Koin Semesta (COIN) Cetak ARA Lagi Usai Suspensi Dibuka
Saham Indokripto Koin Semesta (COIN) Cetak ARA Lagi Usai Suspensi Dibuka
Ekbis
Daftar 29 Orang Terkaya Indonesia Terbaru, Prajogo Pangestu Makin Tinggalkan Low Tuck Kwong
Daftar 29 Orang Terkaya Indonesia Terbaru, Prajogo Pangestu Makin Tinggalkan Low Tuck Kwong
Cuan
Bulog Jual Beras Murah Rp12.500 per Kg di 5.000 Titik untuk Tekan Inflasi
Bulog Jual Beras Murah Rp12.500 per Kg di 5.000 Titik untuk Tekan Inflasi
Ekbis
Bantah Beras di Gudang Berkutu dan Tak Segar, Bulog Beberkan Sistem Pengawasannya
Bantah Beras di Gudang Berkutu dan Tak Segar, Bulog Beberkan Sistem Pengawasannya
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mengenal Rudal Patriot: Senjata Canggih AS yang Akan Dikirim ke Ukraina
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau