Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stafsus Erick Thohir: Kita Terlambat Bentuk SWF Dibandingkan Negara Lain

Kompas.com - 28/12/2020, 13:43 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Staff Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menilai Indonesia terlambat membentuk sovereign wealth fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) jika dibandingkan dengan negara lainnya.

Hal tersebut dikatakan Arya saat jadi pembicara dalam sebuah webinar, Senin (28/12/2020).

“Kalau kita lihat SWF ini bukan sesuatu yang baru di dunia. Kita malah terlambat dibandingkan yang lain. Norwegia sudah, Tiongkok Sudah, UAE sudah membuat, Kuwait, Hongkong, Singapura, Arab Saudi ini adalah negara yang membuat SWF sejak awal,” ujar Arya.

Arya berharap dengan terbentuknya SWF bisa membantu pemerintah dalam mencari pendanaan untuk melakukan pembangunan di Tanah Air. Sebab, selama ini pembangunan yang dilakukan pemerintah mengandalkan dana dari APBN atau dari BUMN.

Baca juga: Airlangga Sebut Ada Dua Negara Siap Guyur 6 Miliar Dollar AS di SWF, Mana Saja?

“Kita butuh dana lebih besar lagi dan kita tahu juga BUMN-BUMN yang ada saat ini juga sudah memiliki aset yang sangat besar, tapi belum dimaksimalkan untuk mencari uang.

Jadi ini lah langkah yang dilakukan pemerintah bagaimana kita bisa menambah lagi pembangunan dengan dana-dana investasi dari luar atau dari dalam. Tapi kita utamakan kita cari dari luar,” kata dia.

Juru Bicara Menteri BUMN Erick Thohir itu menyampaikan, hingga saat ini banyak negara yang berminat menanamkan modalnya di Indonesia.

Baca juga: Apa Manfaat Makan Ubi Jalar Setiap Hari? Ketahui Efeknya pada Ginjal

Hal ini bisa terlihat dari respons pasar yang bagus terhadap saham-saham perusahaan pelat merah.

“Satu hal adalah, respon market sangat baik. Terlihat dari saham-saham BUMN yang naik karena isu SWF ini. Jadi artinya market memang melihat ini peluang bagi BUMN-BUMN karya untuk bisa mengembangkan lagi. Indonesia masih butuh untuk pengerjaan tol, kita masih butuh untuk pembangunan bandara, pengembangan parawisata,” ungkapnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengungkapkan banyak negara di dunia mulai menunjukkan ketertarikannya pada sovereign wealth fund (SWF) yang disebut dengan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authorithy (INA).

Baca juga: Dikenal Rendah Hati, Sikap Irwan Mussry di Depan Pelayan Terungkap

Menurut dia, beberapa negara yang sudah mengungkapkan ketertarikannya yakni mulai dari Amerika Serikat, Jepang, serta Uni Emirat Arab. Selain itu juga Arab Saudi dan Kanada.

"Sekarang sudah ada beberapa negara yang menyampaikan ketertarikannya (terhadap SWF), antara lain Amerika Serikat, Jepang, Uni Emirat Arab, Saudim dan Kanada," ujar Jokowi dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia yang diadakan secara virtual, Selasa (22/12/2020).

Jokowi menyebutkan, LPI bakal diluncurkan pada awal tahun 2021 mendatang. Harapannya, LPI bisa menjadi sumber pembiayaan pembangunan baru. Sehingga Indonesia tidak hanya akan mengandalkan utang dalam dalam proses pembangunan ekonomi.

"Ini sumber pembiayaan pembangunan baru, tidak hanya berbasis pinjaman tapi dalam bentuk penyertaan modal atau ekutas yang akan menyehatkan ekonomi kita, BUMN-BUMN kita, terutama di bidang infrastruktur dan energi," jelas dia.

Baca juga: Jokowi: Amerika Serikat hingga Kanada Tertarik Tanamkan Dana di SWF Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Terkini Lainnya
Pertamina Hulu Energi Kantongi Kredit Rp 19,8 Triliun dari Bank Global
Pertamina Hulu Energi Kantongi Kredit Rp 19,8 Triliun dari Bank Global
Energi
Harga Beras di Jepang Mulai Stabil, Usai Melonjak Berbulan-bulan
Harga Beras di Jepang Mulai Stabil, Usai Melonjak Berbulan-bulan
Ekbis
Pro Kontra Pelaku Industri soal Pengenaan BMAD Benang Filament Asal China, Siapa yang Dirugikan?
Pro Kontra Pelaku Industri soal Pengenaan BMAD Benang Filament Asal China, Siapa yang Dirugikan?
Industri
Taksi Terbang EHang Diuji Coba, Bagaimana Aspek Keamanan dan Dasar Hukumnya ?
Taksi Terbang EHang Diuji Coba, Bagaimana Aspek Keamanan dan Dasar Hukumnya ?
Ekbis
Bitcoin Melesat, Dekati Rekor Tertinggi di Tengah Sinyal Pemangkasan Suku Bunga AS
Bitcoin Melesat, Dekati Rekor Tertinggi di Tengah Sinyal Pemangkasan Suku Bunga AS
Cuan
Kopdes Merah Putih Bakal Suplai Bahan Baku dan Kelola Dapur Umum MBG
Kopdes Merah Putih Bakal Suplai Bahan Baku dan Kelola Dapur Umum MBG
Ekbis
Gandeng BNI, Pameran 'Mommy N Me' Kembali Digelar di JICC, Targetkan Transaksi Besar
Gandeng BNI, Pameran "Mommy N Me" Kembali Digelar di JICC, Targetkan Transaksi Besar
Ekbis
Anwar Ibrahim: Potensi Investasi RI-Malaysia Sangat Besar Tapi Belum Dioptimalkan
Anwar Ibrahim: Potensi Investasi RI-Malaysia Sangat Besar Tapi Belum Dioptimalkan
Ekbis
Prabowo: RI dan Malaysia Sama-sama Bisa Mengeksploitasi Laut Ambalat
Prabowo: RI dan Malaysia Sama-sama Bisa Mengeksploitasi Laut Ambalat
Ekbis
PM Malaysia Anwar Ibrahim Dukung Kerja Sama Ekonomi 'Joint Development' di Blok Ambalat
PM Malaysia Anwar Ibrahim Dukung Kerja Sama Ekonomi "Joint Development" di Blok Ambalat
Ekbis
RI-Malaysia Sepakati Kerja Sama Ekonomi 'Joint Development' di Blok Ambalat yang Kaya Migas
RI-Malaysia Sepakati Kerja Sama Ekonomi "Joint Development" di Blok Ambalat yang Kaya Migas
Ekbis
Pertemuan Prabowo-PM Malaysia Anwar Ibrahim Bahas Investasi dan Perdagangan
Pertemuan Prabowo-PM Malaysia Anwar Ibrahim Bahas Investasi dan Perdagangan
Ekbis
Dari Mana Sumber Dana Kopdes Merah Putih? Menkop: dari Bank BUMN, LPDB, hingga BPD
Dari Mana Sumber Dana Kopdes Merah Putih? Menkop: dari Bank BUMN, LPDB, hingga BPD
Ekbis
Airlangga dan Rosan Roeslani Temani Prabowo Bertemu PM Malaysia Anwar Ibrahim, Apa yang Dibahas?
Airlangga dan Rosan Roeslani Temani Prabowo Bertemu PM Malaysia Anwar Ibrahim, Apa yang Dibahas?
Ekbis
Revisi Aturan Impor Tekstil Mendesak, Industri Terancam PHK Massal
Revisi Aturan Impor Tekstil Mendesak, Industri Terancam PHK Massal
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Zelensky Desak Sanksi Minyak Rusia, Ini Jawaban Putin
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau