Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Ungkap Ruwetnya Urus Izin Pembangkit Listrik di Indonesia

Kompas.com - 16/10/2021, 16:11 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti proses perizinan terkait pembangkit listrik yang masih berbelit-belit.

Jokowi mengaku mendapatkan banyak keluhan terkait birokrasi yang berbelit ini. Untuk mengurus izin pembangkit listrik, Jokowi menyebut ada yang mengadu butuh waktu hingga 7 tahun.

Hal ini menjadi perhatian kepala negara agar proses yang berbelit ini tidak terjadi di perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Baca juga: BUMN Sakit Disuntik PMN, Jokowi Geram: Maaf, Terlalu Enak Sekali

“Jangan sampai yang namanya BUMN itu seperti birokrasi, ruwetnya coba. Bapak Ibu bisa membayangkan, mau izin yang namanya pembangkit listrik itu 259 izin, meskipun namanya beda-beda,” ungkap Jokowi dikutip dari sebuah video yang diunggah akun YouTube Sekretariat Presiden pada Sabtu (16/10/2021).

“Ada izin, ada rekomendasi, ada surat pernyataan, sama saja itu izin dan itu jumlahnya 259 izin. Kalau dibawa koper mungkin 10 koper ada,” sambung mantan Gubernur DKI Jakarta ini.

Tak hanya mengulas mengenai banyaknya jenis perizinan, Jokowi juga menyoroti lamanya waktu perizinan yang selama ini terjadi.

“Waktu yang diperlukan bisa mencari izin itu bisa 3 tahun 4 tahun 5 tahun 6 tahun 7 tahun. Ada yang 7 tahun ngadu ke saya. Seperti ini yang harus dipangkas, nggak boleh misal di PLN sampai bertele-tele seperti itu. Nggak bisa lagi,” tegasnya.

Jokowi khawatir, ruwetnya proses perizinan di Indonesia akan berdampak pada iklim investasi. Menurutnya, hal ini akan berakibat pada menurunnya minat investasi di Indonesia.

Baca juga: Jokowi Sentil PLN: Perizinan Bertele-tele, Ini Harus Dipangkas

“Siapa yang mau investasi kalau berbelit-belit seperti itu. Sudah dari kementeriannya berbelit-belit, di daerahnya berbelit, masuk ke BUMN-nya berbelit-belit lagi. Lari semua,” keluh Jokowi.

Di sisi lain, Jokowi mengapresiasi langkah Kementerian BUMN melakukan penggabungan sejumlah perusahaan pelat merah.

Hal ini menurutnya sesuai dengan yang dia perintahkan 7 tahun lalu, untuk secepatnya menggabungkan, mengkonsolidasikan, dan mereorganisasi BUMN-BUMN yang menurut Jokowi jumlahnya terlalu banyak.

“Dan tadi udah disampaikan oleh Pak Menteri BUMN ada 108, sekarang sudah turun menjadi 41. Ini sebuah pondasi yang sangat baik, kemudian diklasterkan juga baik,” bebernya.

Lebih lanjut, Jokowi menegaskan bahwa pemerintah ingin membawa perusahaan BUMN go global. Ia ingin perusahaan pelat merah bersaing di kancah internasional dengan menggencarkan penataan model bisnis dan teknologi.

Baca juga: Proyek Kereta Cepat Pakai APBN, Kementerian BUMN: Pembengkakan Itu Wajar

“Dunia sudah kayak gini, revolusi industri 4.0, distrubsi teknologi, ada pandemi, dan kalau saudara-saudara tidak merespons dari ketidakpastian ini dengan adaptasi secepat-cepatnya, kalau Pak Menteri sampaikan kepada saya, Pak ini ada perusahaan seperti ini kondisinya BUMN, kalau saya langsung tutup saja. Nggak ada diselamatkan. Diselamatin gimana kalau sudah kayak gitu,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Jokowi menekankan pentingnya untuk membangun profesionalisme dan nilai-nilai dasar di dalam diri para pimpinan BUMN.

Menurutnya, para direktur utama BUMN merupakan orang-orang terpilih yang diharapkan percaya diri menghadapi persaingan baik secara nasional maupun global. Demikian disampaikan Presiden saat memberikan arahan kepada para direktur utama BUMN.

Baca juga: Kata Jokowi, Jalanan RI Sudah Ramai dengan Mobil Listrik di 2024

“Ini, sekali lagi, perlu saya sampaikan dan sebetulnya dulu sudah saya sampaikan, karena yang ingin kita bangun ini adalah profesionalisme,” ujar Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
masalahnya investor mau enaknya saja..tdk mau bangun infrastruktur jaringan sutet 500 kv ini yg yg memberatkan pln dikenakan sewa transmisi tdk mau..skrg aja pln punya utang rp 500 t utk modal bangun sutet dan gardu induk...


Terkini Lainnya
Update dari Prabowo: Danantara Sudah Punya Aset Rp 16.310 Triliun
Update dari Prabowo: Danantara Sudah Punya Aset Rp 16.310 Triliun
Ekbis
 Rosan: Realisasi Investasi Semester I 2025 Capai Rp 950 Triliun
Rosan: Realisasi Investasi Semester I 2025 Capai Rp 950 Triliun
Ekbis
Low Yi Ngo dan Elaine Low, Dua Anak Penerus Bisnis Low Tuck Kwong
Low Yi Ngo dan Elaine Low, Dua Anak Penerus Bisnis Low Tuck Kwong
Ekbis
Kemenaker: 42.385 Pekerja Jadi Korban PHK pada Januari-Juni 2025
Kemenaker: 42.385 Pekerja Jadi Korban PHK pada Januari-Juni 2025
Ekbis
Bank Jakarta Dukung Digitalisasi Pasar di Jakarta, Ini yang Dilakukan
Bank Jakarta Dukung Digitalisasi Pasar di Jakarta, Ini yang Dilakukan
Keuangan
Dana Kelolaan Nasabah Kaya Bank DBS Indonesia Tumbuh 17,8 Persen
Dana Kelolaan Nasabah Kaya Bank DBS Indonesia Tumbuh 17,8 Persen
Keuangan
DPR Ingatkan Satgas Penindakan Barang Kena Cukai Ilegal Tak Matikan Industri Hasil Tembakau
DPR Ingatkan Satgas Penindakan Barang Kena Cukai Ilegal Tak Matikan Industri Hasil Tembakau
Industri
Mendag Ingin Kebijakan Perdagangan RI Didasari Riset Berkualitas Tinggi
Mendag Ingin Kebijakan Perdagangan RI Didasari Riset Berkualitas Tinggi
Ekbis
Pemerintah Tetapkan 219 PSN dalam RKP 2026, Tujuh Proyek Arahan Langsung Prabowo
Pemerintah Tetapkan 219 PSN dalam RKP 2026, Tujuh Proyek Arahan Langsung Prabowo
Ekbis
BI Harap Perbankan Cepat Respons Penurunan BI Rate, tapi...
BI Harap Perbankan Cepat Respons Penurunan BI Rate, tapi...
Keuangan
Pupuk Indonesia Dukung Peningkatan Aspek Legal dan SDM Kopdes Merah Putih
Pupuk Indonesia Dukung Peningkatan Aspek Legal dan SDM Kopdes Merah Putih
Ekbis
DPR Tekankan Pentingnya Skema Pendanaan dan Regulasi Koperasi Merah Putih
DPR Tekankan Pentingnya Skema Pendanaan dan Regulasi Koperasi Merah Putih
Keuangan
Perluas Pasar Ekspor Indonesia, Kadin Sorot Pentingnya Peran Dubes
Perluas Pasar Ekspor Indonesia, Kadin Sorot Pentingnya Peran Dubes
Ekbis
Apindo Usulkan Pemerintah Beri Insentif ke Industri Padat Karya
Apindo Usulkan Pemerintah Beri Insentif ke Industri Padat Karya
Industri
Penggunaan Produk Dalam Negeri Belum Optimal, Kemenperin Bakal Sederhanakan Perhitungan TKDN
Penggunaan Produk Dalam Negeri Belum Optimal, Kemenperin Bakal Sederhanakan Perhitungan TKDN
Industri
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Warga Iran Gelisah, Takut Perang Meletus Lagi meski Gencatan Senjata
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau