Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perdagangan Internasional: Definisi, Dampak, Jenis, dan Manfaat

Kompas.com - Diperbarui 13/01/2023, 12:57 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Perdagangan internasional adalah hal yang tak bisa dihindari. Ini karena pada dasarnya tak ada satu pun negara yang sanggup memenuhi semua kebutuhan penduduknya sendiri, sehingga perdagangan internasional adalah keniscayaan. 

Lazimnya, perdagangan internasional adalah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan suatu negara akan barang atau jasa yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri karena faktor-faktor tertentu.

Perdagangan internasional adalah

Dikutip dari Investopedia, perdagangan internasional adalah memungkinkan negara-negara untuk memperluas pasar mereka dan mengakses barang dan jasa yang mungkin tidak tersedia di dalam negeri. 

Sebagai hasil dari perdagangan internasional adalah pasar menjadi lebih kompetitif. Hal ini pada akhirnya menghasilkan harga yang lebih kompetitif dan bisa menjual produk yang lebih murah ke konsumen.

Baca juga: Hambatan-hambatan dalam Perdagangan Internasional

Memahami ekspor impor

Dikutip dari bahan belajar IPS di laman Kemdikbud, perdagangan internasional adalah aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh satu negara dengan negara lainnya atas dasar kesepakatan bersama.

Aktivitas menjual barang dari dalam negeri ke luar negeri disebut ekspor. Sebaliknya, aktivitas menjual barang dari luar negeri ke dalam negeri disebut impor. 

Dalam istilah perdagangan internasional adalah produk yang dijual ke pasar global disebut ekspor, dan produk yang dibeli dari pasar global disebut impor. 

Impor dan ekspor dicatat di bagian transaksi berjalan di neraca pembayaran suatu negara. Perdagangan global memungkinkan negara-negara kaya untuk menggunakan sumber daya seperti tenaga kerja, teknologi, atau modal dengan lebih efisien. 

Baca juga: Dampak Negatif Perdagangan Internasional dan Langkah Mengatasinya

Sementara negara lain bisa jadi diberkahi dengan sumber daya alam yang melimpah namun tidak bisa mengolahnya. Semakin maju negara, semakin efisien pula mereka memproduksi barang. 

Oleh karena itu, dalam perdagangan internasional, mereka mungkin menjualnya lebih murah daripada negara lain. Itulah salah satu prinsip dalam perdagangan internasional. 

Jika suatu negara tidak dapat secara efisien memproduksi suatu barang, negara tersebut dapat memperolehnya dengan berdagang dengan negara lain yang dapat memproduksinya alias impor. Ini dikenal sebagai spesialisasi dalam perdagangan internasional.

Misalnya, Inggris dan Portugal secara historis diuntungkan dengan spesialisasi dan perdagangan sesuai dengan keunggulan komparatif mereka. 

Portugal memiliki banyak kebun anggur dan dapat membuat anggur dengan biaya rendah, sementara Inggris dapat membuat kain wol dengan lebih murah karena padang rumputnya penuh dengan domba. 

Baca juga: Apa Itu Mudharabah: Definisi, Prinsip, Jenis, dan Contohnya

Inggris tentu saja bisa memproduksi anggur, namun karena ladangnya terbatas dan teknologinya belum semaju Portugal, hasil anggur yang diproduksinya tentu lebih mahal. 

Hal ini juga berlaku untuk Indonesia, di mana Indonesia memiliki keunggulan komoditas ekspor berupa minyak sawit, batu bara, kopi, dan komoditas lainnya. 

Halaman:


Terkini Lainnya
Perusahaan Plastik Terbesar se-Asia Pasifik Segera Bangun Pabrik Rp 115 Miliar di Batang
Perusahaan Plastik Terbesar se-Asia Pasifik Segera Bangun Pabrik Rp 115 Miliar di Batang
Ekbis
Libur Nataru, Diskon Pesawat, Jalan Tol, dan Kereta Api Bakal Kembali Diberikan
Libur Nataru, Diskon Pesawat, Jalan Tol, dan Kereta Api Bakal Kembali Diberikan
Ekbis
Lewat Program Lisdes, PLN dan Kementerian ESDM Percepat Pemerataan Akses Listrik di Papua
Lewat Program Lisdes, PLN dan Kementerian ESDM Percepat Pemerataan Akses Listrik di Papua
Energi
Profil JTA Investree Doha, Perusahaan yang Tunjuk Buronan Adrian Gunadi Jadi CEO
Profil JTA Investree Doha, Perusahaan yang Tunjuk Buronan Adrian Gunadi Jadi CEO
Ekbis
Pemerintah Perlu Cermati Risiko Kredit Kopdes Merah Putih agar Tak Jadi Beban Keuangan
Pemerintah Perlu Cermati Risiko Kredit Kopdes Merah Putih agar Tak Jadi Beban Keuangan
Ekbis
Jual Bitcoin Terlalu Cepat, Tesla Rugi Potensi Cuan Rp 81 Triliun
Jual Bitcoin Terlalu Cepat, Tesla Rugi Potensi Cuan Rp 81 Triliun
Ekbis
Adrian Gunadi Jadi CEO di Qatar Meski Berstatus Buron Kasus Investree
Adrian Gunadi Jadi CEO di Qatar Meski Berstatus Buron Kasus Investree
Ekbis
Airlangga Sebut Konflik Thailand-Kamboja Belum Berdampak ke Perekonomian Indonesia
Airlangga Sebut Konflik Thailand-Kamboja Belum Berdampak ke Perekonomian Indonesia
Ekbis
HIPMI dan Pemprov Jakarta Godok Kolaboratif Fund, Legalitasnya Dikaji
HIPMI dan Pemprov Jakarta Godok Kolaboratif Fund, Legalitasnya Dikaji
Ekbis
Wamenaker: Ada Perusahaan yang Bakal Dicabut Izin Karena Langgar Aturan Penahanan Ijazah Karyawan
Wamenaker: Ada Perusahaan yang Bakal Dicabut Izin Karena Langgar Aturan Penahanan Ijazah Karyawan
Ekbis
East Ventures Sasar Investasi di Sektor Kesehatan, AI, Climate Tech, dan Consumer Tech
East Ventures Sasar Investasi di Sektor Kesehatan, AI, Climate Tech, dan Consumer Tech
Ekbis
Barang AS Bakal Bebas Bea Masuk, HIPMI Jaya Mulai Hitung Dampaknya
Barang AS Bakal Bebas Bea Masuk, HIPMI Jaya Mulai Hitung Dampaknya
Ekbis
Impor Baja Murah Tekan Industri Lokal, Legalitas Produk Vietnam dan China Dipertanyakan
Impor Baja Murah Tekan Industri Lokal, Legalitas Produk Vietnam dan China Dipertanyakan
Ekbis
Pemerintah Perpanjang Diskon PPN Rumah 100 Persen hingga Akhir 2025
Pemerintah Perpanjang Diskon PPN Rumah 100 Persen hingga Akhir 2025
Ekbis
Pengeluaran Rp 609.160 per Bulan Jadi Batas Seseorang Disebut Miskin
Pengeluaran Rp 609.160 per Bulan Jadi Batas Seseorang Disebut Miskin
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau