Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Putin, Warga AS Menderita Karena Harga Bensin Kian Mahal

Kompas.com - 11/03/2022, 21:32 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber CNN

KOMPAS.com - Kebijakan embargo yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia tampaknya tak hanya berdampak negatif terhadap kehidupan warga Rusia, namun juga berimbas kepada warga di Negeri Paman Sam sendiri.

AS sudah memutuskan untuk berhenti mengimpor minyak dari Rusia sebagai upaya untuk menekan ekonomi negara itu. Untuk mensubtitusi minyak dari Rusia, AS juga berencana melakukan kesepakatan impor minyak baru dengan Arab Saudi, Venezuela, dan Iran.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengaku tak ambil pusing. Ia bilang, negaranya akan mulai menyesuaikan diri dengan situasi buruk saat ini. Bahkan, ia malah membalas AS dan sekutunya dengan melarang ekspor berbagai macam produk-produk strategis ke negara-negara yang dianggap tidak bersahabat.

Terlebih selain minyak, Rusia juga punya kartu As lainnya, gas alam. Rusia sebelumnya sudah memperingatkan AS dan sekutu bahwa harga minyak bisa tembus lebih dari 300 dollar AS per barel menindaklanjuti kemungkinan penutupan pipa gas utama Rusia-Jerman.

Baca juga: Seberapa Miskin Ukraina?

Harga minyak melonjak di AS

Dikutip dari CNN, para pemilik kendaraan di Amerika Serikat mengeluh kini harus membayar bensin lebih mahal dari sebelumnya. Harga untuk satu galon bensin melonjak hingga 4,17 dollar AS atau Rp 59.580 (kurs Rp 14.280).

Satu galon bensin di Amerika Serikat setara dengan 3,78 liter. Harga bensin ini memecahkan rekor tertinggi di Juli 2008, saat segalon bensin dibanderol 4,11 dollar AS.

Saat Rusia mulai menyerbu Ukraina, harga minyak maupun gas sudah naik sangat signifikan dalam waktu yang relatif kilat. Harga minyak di AS juga diperparah dengan rusaknya beberapa kilang usai diterjang Badai Katrina.

Kepala Analis Energi Global, Tom Kloza, mengungkapkan harga bensin dan gas di AS dipastikan akan terus mengalami lonjakan. Dalam dua pekan terakhir, harga bensin naik sekitar 55 sen, lalu kembali naik 63 sen per galonnya.

Baca juga: Ini 5 Konglomerat Penguasa Minyak Goreng RI yang Diungkap Mendag

"Saya pikir akan mencapai 4,50 dollar AS (harga bensin per galon). Risiko (yang harus diantisipasi) adalah seberapa buruk dan seberapa lama ini akan berlangsung. Bahkan mungkin (harga bensin) bisa mencapai 5 dollar AS per galonnya" kata Kloza.

Sebagaimana diketahui, meski minyak impor asal Rusia relatif sedikit, yakni hanya 2 persen dari total impor BBM AS, namun Rusia adalah salah satu produsen besar minyak global.

Dengan kata lain, Rusia bisa menyeret harga minyak dunia ikut naik. Dampaknya pun bisa merembet ke banyak negara. Belum lagi, Rusia juga memasok gas alam sangat besar ke Eropa yang tentunya juga bakal berpengaruh ke harga minyak.

Sehingga tanpa kebijakan embargo Biden sekalipun, dengan keputusan Putin menyerang Ukraina, sudah membuat harga minyak di AS meroket karena mengikuti harga minyak global.

Menurut Kloza, jika AS dan sekutunya semakin menekan Rusia dengan sanksi ekonomi, Putin bisa saja semakin nekat untuk menghentikan pengiriman minyak dan gasnya ke Eropa sebagai bentuk pembalasan.

Baca juga: Bulog Belum Dapat Penugasan untuk Bantu Atasi Kelangkaan Minyak Goreng

"Jika ini terjadi, kekhawatiran (kenaikan harga bahan bakar fosil) bakal bertahan lebih lama," jelas Kloza.

Untuk mengantisipasi balasan dari Putin, Amerika Serikat sudah ancang-ancang mencari negara produsen minyak lainnya. Negara yang diincar adalah Iran, Arab Saudi, dan Venezuela.

Masalahnya, dengan Iran dan Venezuela, Amerika Serikat selama ini memiliki hubungan kurang akur. AS telah lama memiliki hubungan yang rumit dengan kedua negara tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, kedua negara tersebut telah dituduh melakukan segala hal mulai dari kecurangan pemilu hingga kekejaman hak asasi manusia. Khusus Iran, AS juga menudinh negara itu mengembangkan senjata nuklir.

Sementara dengan Arab Saudi, meski berstatus sebagai sekutu lama, Presiden Joe Biden sempat menyebut Arab Saudi sebagai "paria" karena perannya dalam pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi. Bahkan, Biden sempat merilis laporan intelijen Amerika Serikat yang mencurigai keterlibatan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.

Baca juga: Mengapa Israel Begitu Kaya Raya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
penulis editor nya ngaco... bikin judul sembarangan...


Terkini Lainnya
Kadin: Ekonomi Daerah Melemah karena Belanja Pemerintah Dikurangi
Kadin: Ekonomi Daerah Melemah karena Belanja Pemerintah Dikurangi
Ekbis
Setelah Beras dan Jagung, Pemerintah Mau Percepat Swasembada Gula di 2028
Setelah Beras dan Jagung, Pemerintah Mau Percepat Swasembada Gula di 2028
Ekbis
Erick Thohir Rombak Direksi dan Komisaris Pertamina, Berikut Susunan Terbarunya
Erick Thohir Rombak Direksi dan Komisaris Pertamina, Berikut Susunan Terbarunya
Ekbis
Hasil RUPS PTBA 2025: Tebar Dividen Rp 3,83 Triliun dan Rombak Manajemen
Hasil RUPS PTBA 2025: Tebar Dividen Rp 3,83 Triliun dan Rombak Manajemen
Industri
Penjualan Motor Listrik Anjlok, Produsen Soroti Ketidakpastian Subsidi
Penjualan Motor Listrik Anjlok, Produsen Soroti Ketidakpastian Subsidi
Ekbis
RUPS Pertamina Laporkan Pendapatan Tembus Rp1.194 Triliun, Laba Bersih Capai Rp49,54 Triliun
RUPS Pertamina Laporkan Pendapatan Tembus Rp1.194 Triliun, Laba Bersih Capai Rp49,54 Triliun
Ekbis
Bappenas Ungkap Kekurangan Gizi Mikro Berdampak Buruk Bagi Ekonomi Nasional
Bappenas Ungkap Kekurangan Gizi Mikro Berdampak Buruk Bagi Ekonomi Nasional
Ekbis
ISNU Dorong Pembentukan BPN di Tengah Krisis Penerimaan Negara
ISNU Dorong Pembentukan BPN di Tengah Krisis Penerimaan Negara
Ekbis
Tak Hanya di Indonesia, LuLu Hypermarket Juga Tutup di Malaysia
Tak Hanya di Indonesia, LuLu Hypermarket Juga Tutup di Malaysia
Belanja
Proyek Rumah Subsidi Mini, Didanai Konglomerat Kelas Kakap, Dikerjakan Pengembang Kecil
Proyek Rumah Subsidi Mini, Didanai Konglomerat Kelas Kakap, Dikerjakan Pengembang Kecil
Ekbis
Saham Boeing dan Pabrikan Mesinnya Anjlok Imbas Air India Jatuh
Saham Boeing dan Pabrikan Mesinnya Anjlok Imbas Air India Jatuh
Ekbis
ANTM dan PTBA Bagi Dividen Jumbo, Bagaimana Prospek Sahamnya?
ANTM dan PTBA Bagi Dividen Jumbo, Bagaimana Prospek Sahamnya?
Ekbis
Kemenkeu Pastikan Utang Jatuh Tempo Juni 2025 Dibayar Tepat Waktu dan Jumlah
Kemenkeu Pastikan Utang Jatuh Tempo Juni 2025 Dibayar Tepat Waktu dan Jumlah
Ekbis
Bukit Asam (PTBA) Bongkar Strategi Bisnis di Tengah Penurunan Harga Batu Bara
Bukit Asam (PTBA) Bongkar Strategi Bisnis di Tengah Penurunan Harga Batu Bara
Ekbis
Harga Bitcoin Turun di Tengah Redanya Ketegangan AS-China, Investor Masih 'Wait and See'
Harga Bitcoin Turun di Tengah Redanya Ketegangan AS-China, Investor Masih "Wait and See"
Cuan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Israel Siap Gempur Nuklir Iran, Warga AS Diminta Tinggalkan Irak
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau