Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Pondok Cina dan Rumah Tua yang Kehilangan Konteks Budaya...

Kompas.com - 26/01/2017, 06:06 WIB
Bayu Galih,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com — Tidak ada yang terlihat istimewa di Pondok Cina, Depok, Jawa Barat. Begitu pun menjelang Imlek atau perayaan Tahun Baru China yang dirayakan masyarakat keturunan Tionghoa.

Padahal, jika mendengar nama Pondok Cina, tampak wajar jika terbayang kemeriahan suasana pecinan, kawasan permukiman yang kaya dengan arsitektur berlanggam China atau lingkungan yang dipenuhi ornamen Imlek.

Pemandangan ini, misalnya, seperti yang umumnya terlihat di kawasan pecinan Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat. (Baca: Petak Sembilan, Pecinan Jakarta yang Bersolek Menjelang Imlek...)

Rabu (25/1/2017) siang, suasana di Pondok Cina, tepatnya di Jalan Margonda, terlihat ramai seperti jalanan biasa, dengan lalu lalang berbagai kendaraan.

Baca juga: Putrinya Sekolah di SMA Taruna Nusantara, Mongol Stres: Dia Pengin Jadi Angkatan Laut

Adapun di kiri dan kanan jalan tampak ruko-ruko perkantoran saling berdempetan. Tak cuma kantor, kawasan tersebut juga ramai dengan kehadiran beragam tempat kuliner.

Tidak terlihat ornamen atau bangunan dengan langgam arsitektur China, yang dapat menggambarkan nama Pondok Cina.

Ornamen Imlek baru terlihat di dua mal yang ada di kawasan Pondok Cina, Margo City dan Depok Town Square.

Baca juga: Jam Berapa Puncak Gerhana Matahari Sebagian 21 September 2025? Ini Jadwal dan Link Live Streamingnya

Di Margo City, misalnya, lampion-lampion raksasa warna merah dan kuning tergantung tinggi di depan pintu masuk mal. Bambu-bambu tinggi berukuran besar menjadi tempat sandaran lampion itu.

Namun, tentu saja ornamen itu bersifat sementara, sebagai bagian dari kemeriahan mal menyambut libur Imlek.

Sejarah Pondok Cina

Jika melihat dari tinjauan toponimi atau sejarah nama tempatnya, Pondok Cina bisa dibilang telah kehilangan konteks sejarah budaya.

Baca juga: Leony Kaget, Anggaran Perbaikan Jalan Tangsel Rp 731 Juta, Sedangkan Perjalanan Dinas Rp 117 Miliar

Sebab, nama Pondok Cina diambil karena wilayah ini pernah menjadi permukiman orang Tionghoa.

Berdasarkan skripsi arkeologi di Universitas Indonesia yang ditulis Rian Timadar, "Persebaran Data Arkeologi di Permukiman Depok Abad 17-19 M: sebagai Kajian Awal Rekonstruksi Sejarah Permukiman Depok" (2008), nama Pondok Cina sudah tertulis dalam laporan perjalanan Abraham van Riebeeck pada 1703, sebelum dia menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1709-1713).

Riebeeck saat itu menulis rute perjalanannya, yaitu "Batavia-Cililitan-Tanjung (Tanjung Barat)-Seringsing (Srengseng)-Pondok Cina-Pondok Pucung-Bojong Manggis-Kedung Halang-Parung Angsana".

Baca juga: Warga Keluhkan Pindah Tiang Listrik Harus Bayar Rp 11 Juta, PLN Jelaskan Alasannya

Namun, cerita tentang Pondok Cina lebih tua ketimbang perjalanan Abraham van Rieebeck itu.

Halaman:
Komentar
salam.... yth: peneliti. sejarah pondok cina perlu diteliti lebih lanjut, terkait keturunan cina yg masuk islam dari pemilik gedung tua jln margonda di atas. saya adalah salah satu keturunnya tersebut. gedung tua: lauw tek lok - anaknya: lauw tjeng shiang. keluar krn msk islam: lauw tjeng kun
Baca tentang


Terkini Lainnya
Geger Anggota DPRD 'Ingin Rampok Uang Negara', Ujungnya Dipecat PDI-P
Geger Anggota DPRD "Ingin Rampok Uang Negara", Ujungnya Dipecat PDI-P
Nasional
Prabowo Tiba di New York, Siap Pidato di Sidang Majelis Umum PBB
Prabowo Tiba di New York, Siap Pidato di Sidang Majelis Umum PBB
Nasional
KSP Qodari Nilai Realokasi Anggaran MBG Tak Terserap adalah Langkah Tepat
KSP Qodari Nilai Realokasi Anggaran MBG Tak Terserap adalah Langkah Tepat
Nasional
320 Kendaraan Legendaris Meriahkan Pesta Rakyat HUT ke-80 TNI di Monas
320 Kendaraan Legendaris Meriahkan Pesta Rakyat HUT ke-80 TNI di Monas
Nasional
BGN Didesak Evaluasi Menyeluruh, KPAI: Hentikan Sementara MBG
BGN Didesak Evaluasi Menyeluruh, KPAI: Hentikan Sementara MBG
Nasional
Komisi VI DPR Klaim Kelangkaan BBM di SPBU Swasta Bukan karena Kebijakan Pemerintah
Komisi VI DPR Klaim Kelangkaan BBM di SPBU Swasta Bukan karena Kebijakan Pemerintah
Nasional
Prabowo Kunjungi Expo 2025 Osaka, Kantongi Komitmen Investasi 23,8 Miliar Dolar AS
Prabowo Kunjungi Expo 2025 Osaka, Kantongi Komitmen Investasi 23,8 Miliar Dolar AS
Nasional
Dino Patti Djalal Sebut Pidato Prabowo di PBB Akan Jadi Momen Bersejarah
Dino Patti Djalal Sebut Pidato Prabowo di PBB Akan Jadi Momen Bersejarah
Nasional
Prabowo Terbang dari Jepang ke AS untuk Berpidato di Sidang Umum PBB
Prabowo Terbang dari Jepang ke AS untuk Berpidato di Sidang Umum PBB
Nasional
Biar Kinclong, Prajurit TNI AD Rawat Panser V-150 di TNI Fair 2025
Biar Kinclong, Prajurit TNI AD Rawat Panser V-150 di TNI Fair 2025
Nasional
Cegah Kasus Keracunan Terulang, KSP Qodari Sebut Perlunya Evaluasi MBG
Cegah Kasus Keracunan Terulang, KSP Qodari Sebut Perlunya Evaluasi MBG
Nasional
Kementerian P2MI-Imipas Lakukan Pemadanan Data, untuk Penertiban Paspor Pekerja Migran
Kementerian P2MI-Imipas Lakukan Pemadanan Data, untuk Penertiban Paspor Pekerja Migran
Nasional
3 Prajurit TNI AD Korban Kerusuhan di Yalimo Sudah Membaik
3 Prajurit TNI AD Korban Kerusuhan di Yalimo Sudah Membaik
Nasional
Kasus Penculikan Kacab Bank BUMN, TNI AD Bantah Prajurit Bisa 'Di-hire' untuk Aksi Ilegal
Kasus Penculikan Kacab Bank BUMN, TNI AD Bantah Prajurit Bisa "Di-hire" untuk Aksi Ilegal
Nasional
Buntut Kasus Wahyudin Moridu 'Rampok Uang Negara', PDI-P Imbau Kader Tak Buat Kontroversi
Buntut Kasus Wahyudin Moridu "Rampok Uang Negara", PDI-P Imbau Kader Tak Buat Kontroversi
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
CURI PERHATIAN TRUMP! DAFTAR SENJATA CANGGIH BUATAN CHINA | BRIGADE
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Kompas.com

Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru! Jangan lewatkan update berita dari Kompas.com.

Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau