Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elite Politik Diminta Berperan Perangi Hoaks, Bukan Mengompori

Kompas.com - 14/03/2018, 19:37 WIB
Yoga Sukmana,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Elite politik dinilai tidak banyak berperan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat agar lebih melek menerima informasi yang benar.

Padahal, edukasi merupakan hal penting agar masyarakat tidak termakan berita bohong, hoaks, dan ujaran kebencian.

"Mereka (elite politik) justru mengeksploitasi sentimen yang membuat orang lebih mudah termakan hoaks," ujar Direktur NU Online Savic Ali, usai diskusi di Jakarta, Rabu (14/3/2018).

Baca juga: Prabowo di KTT PBB: Jika Israel Akui Palestina, RI Akui Israel

Menurut Savic, elite politik justru kerap jadi bagian dari kemunculan dan berkembangnya konten hoaks yang kerap memuat isu sensitif, terutama isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Perkembangan hoaks dan ujaran kebencian dianggap terjadi akibat sentimen-sentimen tertentu. Elite politik dinilai punya modal untuk mengalkulasi berbagai sentimen tersebut, dan ini juga terjadi di berbagai negara.

"Kalau dia punya sentimen negatif, politisi berjasa besar dalam konteks menciptakan yang namanya common enemy, dalam konteks sentimen membangkitkan kebencian," kata Savic.

(Baca juga: Polri Belum Temukan Afiliasi Penyebar Hoaks dengan Organisasi Politik)

Melihat kondisi tersebut, publik dinilai tidak perlu berharap banyak kepada elite politik untuk ikut memerangi hoaks dan ujaran kebencian yang berkembang di media sosial.

Di tempat yang sama, pengamat politik J Kristiadi menilai, tak mudah untuk mengidentifikasi keterlibatan partai politik dalam perkembangan hoaks dan ujaran kebencian.

Namun, J Kristiadi mengatakan, elite politik yang berkubang di dalam kekuasan dan ingin berkuasa perlu diwaspadai sebagai aktor berkembangnya hoaks dan ujaran kebencian untuk kepentingan politiknya.

Baca juga: Mahfud MD Cerita Ditelepon Jenderal Senior, Ditawari Kursi Menko Polkam

Menurut Kristiadi, ada berbagai cara untuk meredam hoaks. Salah satunya yakni memaksimalkan kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

"Konkretnya, kalau ada suatu hoaks harus bisa diredam real time. Klarifikasi, begini salah. Ini sangat menguntungkan sekali. Saya kira negara bisa mestinya begitu. Sementara untuk jangka panjang, melakukan kesadaran melek digital itu perlu sekali," kata dia.

"Itu bukan hal sepele karena sekarang penegak hukum sadar betul. Ulama dan tokoh besar sudah berbicara seperti itu. Polisi dan tentara kompak," ujar Kristiadi.

(Baca juga: Polri Minta Penangkapan Kelompok Penyebar Hoaks Tak Dijadikan Polemik)

Partisan politik

Dalam satu tahun terakhir, menurut Savic Ali, ungkapan ujaran kebencian berbasis agama di media sosial bukan datang dari akun-akun yang teridentifikasi kelompok radikal atau orang fundamentalis.

Namun, sekitar 80 persen ujaran kebencian terindentifikasi datang dari partisan poliitik. Hal tersebut merupakan penelusuran yang dilakukan NU dengan melibatkan ribuan kata kunci, ribuan post atau status di ribuan akun Twitter dan Facebook

"Tetapi teridentifikasi berasal dari orang yang partisan politik," ujar Savic Ali pada 21 Februari silam.

(Baca juga: Pemerintah Upayakan Teknologi Canggih untuk Tangani Penyebaran Hoaks)

Ia menuturkan, temuan penelusuran NU itu berbeda dengan tiga tahun lalu. Sebab, saat itu ujaran kebencian terindikasi berasal dari orang-orang yang intoleran.

Akibatnya, polarisasi di masyarakat kian meruncing dan membuat eskalasi kebencian terhadap kelompok masyarakat tertentu semakin kian besar. Semua dilakukan untuk kepentingan politik tertentu.

Kompas TV Hal ini diungkap oleh ketua penasehat persaudaraan alumni 212 Kapitra Ampera.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Terkini Lainnya
Prabowo dan Sekjen PBB Gelar Pertemuan Bilateral Usai Pidato di KTT soal Palestina
Prabowo dan Sekjen PBB Gelar Pertemuan Bilateral Usai Pidato di KTT soal Palestina
Nasional
Canda Kepala BGN yang Kini Punya 3 Wamen
Canda Kepala BGN yang Kini Punya 3 Wamen
Nasional
BGN Hormati Keputusan Anak yang Tak Mau Makan MBG Sementara Waktu karena Trauma
BGN Hormati Keputusan Anak yang Tak Mau Makan MBG Sementara Waktu karena Trauma
Nasional
Pimpinan Komisi IX DPR: Keracunan MBG Juga Terjadi di Jakarta, Korban 79 Anak
Pimpinan Komisi IX DPR: Keracunan MBG Juga Terjadi di Jakarta, Korban 79 Anak
Nasional
KPK Pastikan Pengusutan Korupsi DJKA terkait Bupati Pati Tak Ada Kendala
KPK Pastikan Pengusutan Korupsi DJKA terkait Bupati Pati Tak Ada Kendala
Nasional
Putusan Praperadilan Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo Digelar Siang Ini
Putusan Praperadilan Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo Digelar Siang Ini
Nasional
Babak Baru Gugatan Perdata terhadap Wapres Gibran: Menuju Tahap Mediasi
Babak Baru Gugatan Perdata terhadap Wapres Gibran: Menuju Tahap Mediasi
Nasional
Temui Perkebunan Besar Tebu, Mentrans Ajak Kolaborasi Riset dan Usaha
Temui Perkebunan Besar Tebu, Mentrans Ajak Kolaborasi Riset dan Usaha
Nasional
Diminta Desak Prabowo Setop MBG, Komisi IX: Prioritas Kita Selamatkan Anak dari Keracunan
Diminta Desak Prabowo Setop MBG, Komisi IX: Prioritas Kita Selamatkan Anak dari Keracunan
Nasional
Prabowo Puji Perancis, Kanada, hingga Inggris yang Akui Negara Palestina
Prabowo Puji Perancis, Kanada, hingga Inggris yang Akui Negara Palestina
Nasional
Wamendagri Bima Arya Dorong Lahirnya Pemimpin Berkarakter dan Visioner di Lingkungan ASN
Wamendagri Bima Arya Dorong Lahirnya Pemimpin Berkarakter dan Visioner di Lingkungan ASN
Nasional
IKN Akan Jadi Ibu Kota Politik 2028, Apa Maksudnya?
IKN Akan Jadi Ibu Kota Politik 2028, Apa Maksudnya?
Nasional
Di KTT PBB, Prabowo Nyatakan Siap Sediakan Pasukan Perdamaian untuk Palestina
Di KTT PBB, Prabowo Nyatakan Siap Sediakan Pasukan Perdamaian untuk Palestina
Nasional
Langkah Kapolri Bikin Tim Jenderal dan Perwira untuk Perbaiki Diri Sendiri
Langkah Kapolri Bikin Tim Jenderal dan Perwira untuk Perbaiki Diri Sendiri
Nasional
Kemlu RI: Mikrofon Mati Saat Pidato Prabowo di PBB karena Melebihi Batas Waktu
Kemlu RI: Mikrofon Mati Saat Pidato Prabowo di PBB karena Melebihi Batas Waktu
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Kompas.com

Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru! Jangan lewatkan update berita dari Kompas.com.

Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau